Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Membuat Pupuk Hijau

Sunday, November 20, 2011

pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sisa panen yang membusuk dengan bantuan bakteri secara alami.
Manfaat pupuk hijau antara lain untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi,selain itu pupuk hijau juga lebih murah, dan kitapun bisa membuatnya. Thanks to petanidesa, dan berikut cara pembuatannya,



Bahan yang dibutuhkan:

  • 200 kg hijau daun atau sampah dapur.
  • 10 kg dedak halus.
  • ¼ kg gula pasir/gula merah.
  • ¼ liter bakteri.
  • 200 liter air atau secukupnya.

Cara Pembuatannya:

  1. Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.
  2. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
  3. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
  4. Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah, aduk hingga rata.
  5. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
  6. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.

sumber : Petani Online

Membuat Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk Cair Organik

pupuk cair

Pupuk cair adalah hasil pengolahan limbah organik yang dicairkan, fungsinya sama dengan kompos,namun karena berupa cairan proses penyerapan ke dalam tanah lebih cepat. 
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. Thanks to petanidesa, dan berikut cara pembuatannya,

Bahan dan Alat :

  • 1 liter bakteri.
  • 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya).
  • 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya.
  • 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air.
  • 30 kg kotoran hewan.
  • Air secukupnya.
  • Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat.


Cara Pembuatan:

  1. Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
  2. Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
  3. Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
  4. Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
  5. Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
  6. Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.

sumber : Petani Online

Micro Organisme Lokal (MOL)

image MOL Buah-buahan

Sumber: http://isroi.wordpress.com/

Bahan-bahan:

  • Buah-buahan yang sudah busuk. Bisa buah apa saja: pepaya, pisang, mangga, apel, salak, dll. Sebanyak 5 kg
  • Air kelapa 10 butir.
  • Gula jawa 1 kg.

Cara Pembuatan:

  • Limbah buah-buahan dihaluskan. Bisa dengan cara ditumbuk atau diparut.
  • Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
  • Tambahkan air kelapa.
  • Tambahkan gula.
  • Semua bahan diaduk sampai tercampur merata.
  • Tutup drum dengan penutu. Beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa menggunakan selang agar tidak dimasukki oleh lalat atau serangga lain.
  • Semua bahan kemudian difermentasi selama 2 minggu sebelum digunakan.

Penggunaan:

MOL ini bisa digunakan untuk pengomposan maupun untuk penyemprotan ke tanaman.

  • Untuk pengomposan: encerkan larutan fermentasi sebayak 5 x nya. Kemudian disemprotkan ke bahan-bahan yang akan dikomposkan.
  • Untuk penyemprotan tanaman: larutkan larutan fermentasi sebanyak 30 kali. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari ke permukaan daun. Penyemprotan dilakukan berselang 2 minggu.

Pembuatan MOL (mikro organisme lokal)

Sumber: http://id.shvoong.com/

Bahan dan alat:

  1. Batang pisang yang sudah busuk 2 genggam.
  2. air panas/hangat 5 L.
  3. air biasa 5 L.
  4. terasi 1/4 kg.
  5. gula pasir 1/2 kg.
  6. dedak 1 genggam.
  7. ember + tutup (kapasitas 15 L).
  8. bambu pengaduk.

cara pembuatan:

  1. rendam dan peras batang pisang ke dalam air biasa sehingga sari pati bercampur dengan air, dan sisakan sedikit serat pisang di dalam air.
  2. campurkan air panas, terasi, gula pasir, aduk merata tunggu hingga air mendingin.
  3. campurkan larutan serat pisang dan air panas (sudah dingin) ke ember, tambahkan dedak, aduk-aduk.
  4. tutup ember dengan rapat, biarkan selama 10 hari.
  5. setelah 10 hari cek kondisi MOL, jika sudah bau, dan muncul gelembung2 udara, berarti MOL sudah jadi dan dapat dipergunakan.
  6. penghilang bau dapat digunakan nanas yang telah dihancurkan sebelumnya.

MOL Tapai atau MOL Peuyem Lebih Bersih

Oleh: SOBIRIN

Sumber : http://clearwaste.blogspot.com/

MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan.

Selain untuk “starter” kompos, MOL bisa juga dipakai untuk “pupuk cair” dengan cara diencerkan terlebih dahulu, 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air. Siramkan pada tanah di sekitar tanaman. Upayakan jangan mengenai batang tanaman. Untuk ”anggrek”? Karena anggrek ini tumbuh di pakis dan akarnya menonjol, saya tidak menyarankan dengan pupuk cair MOL ini. Nanti pakisnya di makan MOL dan timbul panas yang bisa mematikan anggrek. Jadi baiknya untuk tanaman yang tumbuh di tanah saja, dan tanahnya yang disiram MOL encer.

Kembali ke MOL tapai atau MOL peuyeum, saya sebut lebih bersih, karena bahannya juga bersih, dan tidak ada kesan menjijikkan. Bisa tapai singkong atau peuyeum ketan, pilih yang paling mudah didapat.

  1. Siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya.
  2. Beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi.
  3. Isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh.
  4. Masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan.
  5. Kocok-kocok sebentar agar gula melarut.
  6. Biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas.
  7. Setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai.
  8. Kalau ingin ”beternak” MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama.

MOL Hitam

Oleh: Sobirin

Sumber:  http://clearwaste.blogspot.com/

Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai agen percepatan dalam pembuatan kompos dapat dibuat dengan bermacam cara mudah, murah, tapi bermanfaat. Dalam tulisan-tulisan sebelumnya telah disampaikan ada MOL nasi, MOL tapai, dan lain-lainnya lagi. Kali ini ada MOL hitam dari kencing kelinci.

MOL hitam ini adalah MOL seperti biasanya, misalnya MOL tapai, dengan bahan-bahan tapai atau peuyeum (bisa tapai ketan atau tapai ubi) kira-kira 1 Kg, ditambah gula pasir (atau gula merah) kira-kira setengah Kg, air kelapa kira-kira 4 gelas, dicampurkan dalam tong plastik yang diisi air kira-kira 40 Liter. Maka yang terjadi adalah MOL tapai biasanya.

Kebetulan saya mempunyai kelinci yang dipelihara dalam kandang, dan dasar kandang bagian luar diberi lembaran plastik, sehingga air kecing kelinci ini tertampung. Lalu air kencing kelinci ini saya tambahkan ke dalam MOL tapai, jadilah MOL kencing kelinci yang warnanya hitam.

Ternyata MOL kencing kelinci ini relatif lebih cepat dalam membantu proses pengomposan. Proses kompos yang biasanya berlangsung selama 1 bulan, ternyata hanya berlangsung selama 3 minggu.

MOL kencing kelinci ini juga saya coba untuk menyiram tanaman, tetapi harus diencerkan terlebih dahulu, yaitu 1 kaleng MOL diencerkan dengan 15 kaleng air, hasilnya juga cukup efektif menyuburkan tanaman.

MOL dari Gedebok Pisang

Sumber: http://isroi.wordpress.com/

Ada satu resep MOL yang perlu dicoba, yaitu MOL dari Gedebok (batang) pisang. Resepnya sederhana dan mudah membuatnya.

Bahan-bahan:

Perbandingan bahan adalah 1:1, seperti contoh di bawah ini

  1. Batang pisang 1 kg
  2. Nira 1 liter atau bisa diganti dengan gula jawa 1,5 ons.

Untuk produksi yang lebih banyak tinggal dikalikan kelipatannya.

Cara pembuatan:

  1. Batang pisang dipotong-potong. Jangan diparut/ditumbuk/dicincang.
  2. Campurkan batang pisang dengan 3/4 nira.
  3. Masukkan ke dalam baskom dan atur agar memadat.
  4. Tambahkan sisa nira lagi.
  5. Tutup rapat dan dibiarkan selama dua minggu.
  6. Setelah dua minggu diperas dan diambil airnya.

Pemakaian:

  1. Untuk pupuk daun MOL diencerkan dengan perbandingan 1:1000.
  2. Disemprotkan ke seluruh bagian tanaman di pagi hari atau sore hari.

Selamat mencoba.

MOL dari Sabut Kelapa

Sumber: http://isroi.wordpress.com/

Resep MOL ini istimewa dibandingkan dengan resep-resep MOL yang lain, karena konon MOL ini kaya akan unsur K. Bahan dan cara pembuatannya juga suangat mudah zekali.

Bahan-bahan:

  1. Sabut Kelapa
  2. Air bersih

Cara pembuatan:

  1. Masukkan sabut kelapa ke dalam drum. Jangan penuh-penuh.
  2. Masukkan air sampai semua sabut kelapa terendam air.
  3. Drum ditutup dan dibiarkan selama dua minggu.
  4. Air yang sudah berwarna coklat kehitaman digunakan sebagai MOL.

Selain sabut kelapa bisa juga ditambahkan dengan jerami kering. Penambahan jerami bisa bermanfaat sebagai pestisida nabati.

Pemakaian:

MOL bisa disiramkan atau disemprotkan ke tanaman. Cara pemakaian sama seperti MOL-MOL yang lain.

 

Starter Kompos dari Mikroorganisme Lokal

Sumber: http://bp3knanggulan.blogspot.com/

  1. Buah pisang, buah nanas, bawang merah, tempe
  2. Gula pasir / tetes tebu
  3. Air matang yang sudah dingin
  4. Terpal

Alat :

  1. Botol air mineral 1,5 liter + tutup sebanyak 4 buah
  2. Pisau
  3. Sendok teh
  4. Sendok makan
  5. Gembor 10 literan

Cara Pembuatan Starter ( 1 botol untuk 1 jenis bahan) :

  1. Buah pisang diiris tipis
  2. Irisan buah pisang dimasukkan ke dalam botol mineral 1/2 – 2/3 bagian
  3. Tambahkan air matang sampai hampir penuh
  4. Tambahkan gula pasir / tetes tebu 3-5 sendok teh
  5. Tutup rapat dan simpan selama 24 jam
  6. Setelah 24 jam, buka tutup botol, apabila keluar gas berarti mikroorganisme sudah tumbuh dan aktif
  7. Botol ditutup agak longgar, lalu diperam selama 5 – 7 hari
    Siap untuk diaplikasikan.
  8. Lakukan hal yang sama untuk bahan lain ( 1 botol untuk 1 jenis bahan ).

Cara Pembuatan kompos ( 4 botol starter untuk 200 kg bahan organik) :

  • Keempat botol dituangkan ke dalam ember
  • Tambahkan air bersih 15 – 20 liter, tambahkan gula pasir / tetes 10 sendok makan kemudian diaduk sampai rata
  • Bahan organik disusun setebal 20 cm, siram dengan larutan starter
  • Buat lapisan kedua dengan ketebalan 20 cm, siram dengan larutan starter
  • Buat lapisan ke-3, ke-4, dan ke-5 seperti langkah di atas
    Tutup dengan terpal
  • Hari ke-7 terpal dibuka, kemudian kompos diaduk, kemudian sore ditutup lagi
  • Hari ke-14 terpal dibuka, kemudian kompos diaduk, kemudian sore ditutup lagi
  • Hari ke-21 terpal dibuka, kemudian kompos diaduk, kemudian sore ditutup lagi
  • Hari ke-28 kompos dibuka, diadul, diangin-anginkan, siap digunakan sebagai pupuk organik

sumber ; Depok Bebas Sampah

Bacaan Terkait : MOL dan Kampungantenan serta rullyagro

Tata Cara Sederhana Membuat Kompos

Langkah Pertama:

Membuat strarter untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya EM4 (efektif mikroorganisme tipe 4). Bahan2nya bisa macam2 (yang ada disekitar kita). Contoh yang paling gampang, menggunakan tape/tapai (peuyeum singkong) 1 kg, terasi yg paling murah 1/4 kg, gula pasir 1/4 kg, air kelapa 5 gelas. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam jerigen plastik ukuran 20 liter. Tambahkan air 10 liter, kemudian diaduk sampai lumat. Lalu, biarkan selama 7 hari dan jangan ditutup. Setelah itu, bahan tersebut sudah bisa dipakai sebagai starter untuk proses pengomposan. bahan cairan ini baunya seperti alkohol. Kita namakan bahan cairan ini dengan sebutan MOL (mikroorganisme lokal).

Langkah Kedua:

Mengumpulkan bahan kompos (sampah), terdiri atas sampah organik yang ada di sekitar kita. Sampah organik yang masih segar berwarna hijau dicampur dengan sampah organik (daun2) yang sudah kering berwarna coklat. Bahan2 itu dirajang/potong halus kecil2 ukuran maksimum sekitar 3 cm. Jumlah yang hijau dan yang coklat seimbang, atau 1 banding 1, diaduk rata. Lebih bagus jika dicampur kotoran ternak. Jumlah total bahan kompos minimum 1/2 meter kubik.

Langkah Ketiga:

Masukkan bahan2 tersebut dalam keranjang bambu. Kalau tidak ada, bisa dimasukkan dalam karung yang bolong2 dilubangi. Kemudian dibasahi dengan MOL. Setiap 3 hari diaduk, ditambah MOL. Pada minggu pertama akan terasa proses kompos ini mengeluarkan panas, bisa sampai 70 derajat celsius. Pada minggu ke dua, panas mulai menurun. Minggu ke tiga sudah mulai mendingin. Dan minggu terakhir, sudah dingin kembali, dan kompos sudah matang dengan warnanya coklat kehitaman seperti tanah. Giliran berikutnya bisa dimanfaatkan untuk tanaman.

Sumber: http://bundaiing.blogspot.com/  dalam depok bebas sampah

Unsur Hara Tanaman

image 1. Nitrogen ( N )
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak.
Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen ditinjau dari berbagai sudut, mempunyai pengaruh positif sebagai berikut :
a. Besar pengaruhnya dalam menaikkan potensi pembentukan daun-daun dan ranting.
b.Mempunyai pengaruh positif terhadap kadar protein pada rumput dan tanaman makanan ternak dan lainnya.
c.Pada berbagai tanaman gandum menaikkan kadar protein pada butir gandum.
Gejala kekurangan unsur N :
-warna daun yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning.
-daun menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
-Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh terhadap pembuahan sehingga buahnya tidak sempurna, umumnya kecil dan cepat matang.
Gejala Kelebihan unsur N :
-tanaman akan tampak terlalu subur, ukuran daun akan menjadi lebih besar.
-batang menjadi lunak dan berair (sekulensi) sehingga mudah rebah dan mudah diserang penyakit.
-penundaan pembentukan bunga, bahkan mudah lebih mudah rontok dan pemasakan buah cenderung terlambat.
2. Fosfor ( P )
Gejala kekurangan unsur P :
-warna daunnya akan tampak tua dan sering tampak mengkilap kemerahan.
-Tepi daun bercabang.
-batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
-Jika tanaman berbuah, buahnya kecil, tampak jelek dan lekas matang.
Gejala kelebihan unsur P :
-tumbuhan kerdil.
-Warna daun berubah menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung-ujung daun.

image
3. Kalium ( K )
Gejala kekurangan unsur K :
-daun terlihat lebih tua.
-batang dan cabang lemah dan mudah rebah.
-muncul warna kuning ditepi daun yang sudah tua yang akhirnya mengering dan rontok.
-daun keriting dimulai daun yang paling tua.
-kematangan buah terhambat.
-ukuran buah menjadi lebih kecil dan mudah rontok.
4. Kalsium ( Ca )
Kalsium penting untuk tanaman dan tanah. Kalsium merupakan bagian dari semua sel tanaman. Di dalam tanaman, ia bersifat immobial. Ia tidak bergerak dari daun-daun muda, sehingga menyediakan kalsium yang berkesinambungan sangat mutlak selama siklus hidup tanaman yang bersangkutan.Bagi tanah kalsium yang seimbang jumlahnya dapat memperbaiki struktur tanah.
Gejala kekurangan unsur Ca :
-tepi daun muda yang mengalami klorosis.
-Kuncup-kuncup muda akan mati karena perakarannya yang kurang sempurna.
-Kalaupun ada daun yang muncul, warnanya akan berubah dan jaringan di beberapa tempat pada helai daun akan mati.
Gejala kelebihan unsur Ca :
-Akar tanaman tidak mampu tumbuh memanjang dengan cepat.
-menghalangi pertumbuhan serta mekarnya daun-daun muda dan pucuk-pucuk.
-menghalangi pertumbuhan bagian tepi daun, oleh karena itu daun-daunnya menjadi keriting.
5. Magnesium ( Mg )
Gejala kekurangan unsur Mg :
-daun mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat.
-Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat.
-Warna kekuningan inipun timbul diantara tulang-tulang daun.
-Daun mengering dan kerap kali langsung mati.
Gejala kelebihan unsur Mg :
-Daun berwarna kuning, hal terjadi karena pembentukan klorofil terganggu.
-Pada tanaman jagung kekahatan Mg terlihat pada daun adanya garis-garis kuning yang agak menonjol sedangkan pada daun-daun muda keluar lender terutama bila kekahatan sudah berlanjut.
6. Belerang ( S )
Belerang diserap oleh tanaman sebagai anion SO42-. Peranan fisiologisnya analog dengan nitrogen, sebab keduanya merupakan penyusun protein.
Peranan unsur belerang (S) adalah :
-Sebagai koenzim yang terlibat dalam rantai transfer electron pada respirasi dan fotosintesis.
- Bahan produksi sekunder yang mudah menguap .
Gejala kekurangan unsur S :
-daun muda yang berubah menjadi hijau muda, kadan-kadang tamapak tidak merata, sedikit mengkilat agak keputihan lantas berubah menjadi kuning kehijauan.
-Pertumbuhan tanaman akan terhambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus.
7. Besi ( Fe )
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.
Gejala kekurangan unsur Fe :
- pada daun muda, mula-mula secara bertempat-tempat daun berwarna hijau pucat dan hijau kekuningan.
-tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringannya tidak mati.
pada tulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi warna putih.

image
8. Mangan ( Mn )
Gejala kekurangan unsur Mn :
-tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua.
-pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda.
9. Seng ( Zn )
Gejala kekurangan unsur Zn :
-tanaman kerdil.
-ruas-ruas batang memendek.
-daun mengecil dan mengumpul (resetting).
-klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
10. Tembaga ( Cu )
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.
Gejala kekurangan unsur Cu :
-pembungaan dan pembuahan terganggu.
-warna daun muda kuning dan kerdil.
-daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang.
-tangkai daun lemah.

image
11. Molibdenum ( Mo )
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase.
Gejala kekurangan unsur Mo :
-pertumbuhan tanaman terhambat.
-daun menjadi pucat dan mati.
- pembentukan bunga terlambat.
12. Boron ( B )
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin.
Gejala kekurangan unsur B :
-pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar).
-mati pucuk (die back).
-mobilitas rendah.
-buah yang sedang berkembang sangat rentan terserang penyakit.
13. Klor ( Cl )
Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting.Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen.
Gejala kekurangan unsur Cl :
-pola percabangan akar abnormal.
-gejala wilting (daun lemah dan layu).
-warna keemasan (bronzing) pada daun.
-pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.

sumber : Kaskus

Membuat kompos dan Pupuk Organik

Apa itu kompos?
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Apa manfaat kompos?
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.
Apa saja yang bisa dibuat kompos?
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.
Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu?
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang 'setengah matang' juga tidak baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai 'matang' agar bisa diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.
Bagaimana cara membuat kompos yang cepat, mudah, dan murah?
Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2 - 3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara 4 - 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.
Bagaimana cara penggunaan kompos?
Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan satu bagian kompos : tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain.

skema daur hidup:

Kompos adalah produk akhir dari proses dekomposisi senyawa organik yang diurai menggunakan bantuan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu, kegiatannya dinamakan pengomposan.
Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah dan sebagai penutup/ landfill .
Mengapa masyarakat perlu melakukan proses pengomposan?
1. Membantu menghilangkan beban permasalahan sampah perkotaan
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
3. Kompos matang bisa menyuburkan tanah
4. Untuk masyarakat tertentu bisa dijadikan sumber penghasilan
5. Mengurangi beban TPA
Metoda pengomposan
A. Berdasarkan kebutuhan oksigen:
1. Pengomposan Aerob: menggunakan bantuan udara terbuka.
2. Pengomposan An-Aerob: dengan cara tertutup tanpa bantuan udara
Pengomposan dengan cara Aerob , ragamnya bermacam mulai dari teknologi sederhana sampai yang menggunakan peralatan canggih, seperti:
Sistem open windrow
merupakan metode yang paling sederhana dan sudah sejak lama dilakukan. Untuk mendapatkan aerasi dan pencampuran, biasanya tumpukan sampah tersebut dibalik (diaduk). Hal ini juga dapat menghambat bau yang mungkin timbul, pembalikan dapat dilakukan baik secara mekanis maupun manual.
Aerated Static Pile Composting
Udara disuntikkan melalui pipa statis ke dalam tumpukan sampah. Untuk mencegah bau yang timbul, pipa dilengkapi dengan exhaust fan. Setiap tumpukan biasanya menggunakan blower untuk memantau udara yang masuk.
In-veseel Composting System
sistim pengomposan dilakukan di dalam kontainer/tangki tertutup. Proses ini berlangsung secara mekanik, untuk mencegah bau disuntikkan udara, pemantauan suhu dan konsentrasi oksigen.
Vermicomposting
pengomposan secara aerobik dengan memanfaatkan cacing tanah sebagai perombak utama atau dekomposer, inokulasi cacing tanah dilakukan pada saat kondisi material organik sudah siap menjadi media tumbuh (kompos setengah matang).
Dikenal 4 (empat) marga cacing tanah yang sudah dibudidayakan, yaitu Eisenia, Lumbricus, Perethima danPeryonix
Effective Microorganisms (EM)
EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman yang dapat diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman. Manfaat yang dapat diambil dalam teknologi EM pada pengolahan sampah kota adalah berkurangnya bau busuk dan panas yang keluar dari tumpukan sampah, serta mempercepat proses pengomposan
B. Berdasarkan Lokasi Pembuatan Kompos, jenisnya antara lain:
1. Sistem Setempat (On-site System)
pembuatan kompos yang mengambil tempat di sumber sampah, misalnya di halaman rumah, di pasar, dan lain-lain. Sebagai contoh adalah pengomposan dengan menggunakan komposter skala rumah tangga, berbentuk takakura/bin/tong yang berukuran 50 - 250 liter. Proses bisa secara anaeob atau aerob. Sampah dapur sebagai bahan baku dapat dikombinasikan dengan sampah kebun seperti rumput, daun-daunan, dsb. Waktu pengomposan bisa diatur
2. Sistem Terpusat (On-central System)
pembuatan kompos dipusatkan di suatu lokasi yang memiliki jarak dengan sumber sampah. Sebagai contoh adalah pengomposan dengan metode UDPK (Usaha Daur-Ulang dan Produksi Kompos).
Efektivitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada mikroorganisme pengurai. Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup :
1. Keseimbangan nutrien ( C / N ratio ), yaitu perbandingan antara bahan yang mengandung unsur carbon dan nitrogen. Rasionya berkisar 20:1 s/d 40:1, rasio terbaik adalah 30:1
2. Kelembaban, optimum adalah 50%
3. Derajat keasaman [ph], netral 6 - 8,5
4. Suhu, terbaik dikisaran 50 - 65 ºc diperlukan suhu yang optimum untuk membunuh bakteripatogen dan benih gulma
5. Ukuran partikel yang tebaik adalah 0,5-1 cm semakin kecil ukuran partikel semakin luas permukaan dan mempermudah kerja mikroorganisme
6. Homogenitas campuran, diperlukan homogenitas campuran untuk mempercepat kerja bakteri pengurai.

Beberapa Masalah dalam proses pengomposan!
1. BAU
Penyebab : tumpukan sampah terlalu padat dan basah sehingga tidak cukup oksigen dalam tumpukan
Pemecahan: aduk tumpukan sehingga dapat teraliri udara & tambahkan bahan-bahan kering yang kasar seperti jerami dan daun untuk menyerap kelembaban yang berlebihan.
2. LALAT, LARVA LALAT (BELATUNG), KECOA, & TIKUS
Penyebab : bahan-bahan yang tidak tepat seperti daging & minyak masuk ke dalam komposter, kurangnya sumber karbon dan tutup komposter yang tidak rapat .
Pemecahan : kubur sisa makanan ditengah tumpukan, tutup dengan sumber karbon yang cukup dan membuang sampah ke dalam komposter pada pagi jam 05.00-05.30 WIB & sore diatas jam 17.00 WIB, menanam tanaman yang berdaun keras & berduri di sekitar komposter, menutup rapat komposter dan menambal lubang komposter yang bocor dengan lem pipa atau lem aquarium.
3. LINDI ATAU AIR SAMPAH
Penyebab : pembusukan dari sisa makan basah, sayur yang tidak ditiriskan
Pemecahan : tempatkan komposter pada daerah yang tidak tergenang air dan tiriskan sisa makanan/sayur yang berkuah.
Dampak Terhadap Kualitas Lingkungan
Dalam sistem pengomposan tidak selalu memberikan dampak yang baik, namun juga terdapat dampak yang tidak baik, terutama pada saat proses pembuatan maupun pasca pembuatan kompos.
Pengomposan dengan menggunakan bahan baku sampah organik domestik dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala. Salah satu permasalahan yang muncul yaitu adanya dampak terhadap kualitas lingkungan.
Permasalahan yang mungkin muncul adalah masih terdapatnya organisme patogen/parasit, berkembangnya vektor penyakit dan masalah estetika.
Organisme Patogen dan Parasit
Organisme patogen seperti virus, bakteria, protozoa, jamur yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan kemungkinan masih terkandung didalam kompos yang disebabkan oleh masalah teknis, seperti tidak tercapainya suhu yang mematikan organisme tersebut. Permasalahan ini dapat dihindari dengan pengawasan mutu kompos pada setiap langkah produksinya, antara lain dengan pemantauan suhu setiap hari.
Vektor Penyakit
Vektor penyakit yang sering terdapat pada proses pengomposan adalah lalat, tikus, dan kecoa. Lalat sering dijumpai pada bahan baku kompos, yaitu sampah domestik yang tidak segar (berumur lebih dari dua hari) sedangkan tikus dan kecoa sangat menyukai tumpukan kompos yang tidak segera dikemas atau dipasarkan serta tumpukan residu yang tidak segera diangkut ke TPA. Pemasokan bahan baku dan pengangkutan residu yang teratur dan tepat waktu serta pemeliharaan sarana/prasarana pengomposan yang memadai dapat menghindari gangguan vektor penyakit.
Estetika
Bau dan kenampakan fisik yang kurang baik dari fasilitas pengomposan merupakan masalah estetika yang sering muncul, sehingga menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar fasilitas tersebut. Bau disebabkan oleh 1) kondisi anaerobik yang terjadi akibat pengoperasian pengomposan tidak sesuai dengan prosedur, seperti kurangnya asupan oksigen (pekerja kurang rajin membalik tumpukan pada pengomposan dengan sistem Windrow); 2) bahan baku kompos tidak segar sehingga sebelum diolah, sampah tersebut sudah mengalami pembusukan. Kenampakan visual fasilitas pengomposan yang kurang baik, disebabkan pemeliharaan terhadap fasilitas tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga menimbulkan kesan kotor. Hal ini dapat diantisipasi dengan pengendalian dan pemeliharaan fasilitas dengan lingkungan luar antara lain dengan mendirikan tembok atau pagar tanaman.
Logam Berat
Salah satu masalah penting adalah kemungkinan kontaminasi logam berat dalam kompos yang diproduksi. Hal ini terjadi bila pemilahan tidak dilaksanakan sebelumnya sehingga bahan baku masih tercampur dengan sampah yang mengandung logam berat. Aktivitas pemilahan sampah sebelum pengomposan dilaksanakan sangat penting untuk dilakukan dan lebih baik lagi bila pemilahan telah dilakukan di sumber sampah.

Apakah Perubahan yang Terjadi pada Pembuatan Kompos?



Tumpukan bahan-bahan mentah (seresah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur, dll) menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan dari sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru (kompos). Perubahan-perubahan ini sebagian besar adalah karena kegiatan-kegiatan jasad renik, sehubungan pula dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Apa yang telah terikat oleh jasad renik demi mencukupi kebutuhan hidupnya, kelak akan dikembalikan lagi apabila jasad-jasad renik tersebut mati.
Jelasnya perubahan-perubahan itu adalah karena terjadinya penguraian-penguraian, pengikatan dan pembebasan berbagai zat atau unsur hara selama berlangsung proses pembentukan kompos, jelasnya sebagai berikut:
a. Hidrat arang (selulosa, hemiselulosa dll.) diurai menjadi CO2 dan air atau CH4 dan H2.
b. Zat putih telur diurai melalui amida-amida, asam-asam amino menjadi maoniak, CO2 dan air.
c. Berjenis-jenis unsur hara, terutama N di samping P dan K dan lain-lain, sebagai hasil uraian, akan terikat dalam tubuh jasad renik dan sebagian yang tidak terikat menjadi tersedia di dalam tanah. Apa yang terikat ini kelak akan dikembalikan ke dalam tanah setelah jasad-jasad renik mati.
d. Ternyata pula unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa anorganik akan terbebas menjadi senyawa-senyawa anorganik sehingga tersedia di dalam tanah bagi keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
e. Lemak dan lilinpun akan terurai menjadi CO2 dan air.
Selama berlangsungnya perubahan-perubahan tersebut akan terjadi pula perubahan-perubahan pada berat dan isi bahan-bahannya atau dengan perkataan lain akan berlangsung pengurangan-pengurangan, misalnya karena terjadi penguapan dan pencucian. Dalam penguapan biasanya sebagian besar senyawa-senyawa zat arang hilang ke udara.

Sumber : Kaskus

Kompos Fermentasi

image Apa itu KOMPOS TAPE? Kompos dalam bahasa Jepang disebut BOKASHI (kompos yg dibuat dari berbagai bahan organik dengan cara fermentasi). Apa itu fermentasi? Sama seperti nenek moyang kita membuat tape.

Kompos Tape adalah : Fermentasi bahan organik dengan bantuan microorganism yg efektif. Contoh cara membuat 5 kg Kompos Tape :
- 100 ml molasse (tetes tebu)
- 100 ml Biotoileto
- 3 lt air ( 1,5 lt air hangat, 1,5 lt air dingin )
- 5 kg dedak/bekatul

Instruksi pembuatan kompos tape :
1. Campurkan tetes tebu (molasse) dengan air hangat ( 60 - 80º C),aduk merata hingga dingin
atau hangat-hangat kuku ( ± 40º C )
2. Campurkan biotoleto dengan 1,5 lt air dingin
3. Campurkan ke 2 laruratan ( molasse & biotoleto ) dgn dedak, aduk hingga merata seperti
membuat adonan kue.
4. Buat bulatan bulatan sebesar bola tenis, usahakan saat membuat bulatan sudah tdk ada air
yang menetes saat kita meremas ( kadar air 35 %- 45 % ).
Masukkan bulatan -bulatan tadi ke dalam plastik atau ember.Tutup wadah dengan kain.
Diamkan selama 2 minggu.
5. Ketika proses fermentasi berjalan baik,maka akan terlihat lapisan putih/krem muda ( ragi
mould terlihat agak gelap/ kehitam-hitaman ), berarti proses fermentasi terlalu banyak kena
udara / aerobic.
6. Kompos Tape ini dapat disimpan sampai 1 tahun

KEGUNAAN :
- untuk semua jenis tanaman,
- untuk mempercepat pengomposan,
- untuk campuran pakan ternak, dan pakan ikan.

Kompos Tape 100 % Organik, Aman dan Ramah Lingkungan
Produksi oleh : FKR Indonesia

Pengawetan Dedak Padi dengan Cara Fermentasi

Oleh DR. Agung Prabowo, SPt, MP

image Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi. Ketersediaannya sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini disebabkan karena dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Selain itu dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini disebabkan karena ketidakstabilan dedak padi selama penyimpanan. Ketidakstabilan ini disebabkan karena aktifitas enzim. Aktifitas enzim ini dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi. Suatu teknologi penyimpanan dedak padi dengan cara fermentasi anaerob dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas. Teknologi ini dapat memperpanjang waktu simpan dedak padi. Selain itu, teknologi ini dapat menurunkan kandungan asam fitat dedak padi sehingga penggunaannya dapat lebih maksimal dalam ransum. Asam fitat ini mampu berikatan dengan mineral, protein dan pati membentuk garam atau senyawa komplek, seperti: fitat-mineral, fitat-protein, fitat mineral protein dan fitat-mineral-protein-pati sehingga mineral, protein dan pati yang terkandung dalam ransum tidak dapat optimal digunakan oleh ternak. Irianingrum (2009) melaporkan bahwa perlakuan fermentasi dan lama penyimpanan dapat menurunkan kandungan asam fitat dari 6,70% menjadi 2,07% dan meningkatkan nilai Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dari 63,06% menjadi 69,72%. Dedak yang telah difermentasi dapat disimpan dalam waktu 4 bulan (Maragi, 2010).

Fermentasi

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk sehingga menjadi lebih baik. Selain itu juga untuk menurunkan zat anti nutrisi.

Medium fermentasi dapat dibagi tiga:

a. Medium padat: medium tdk larut, tetapi cukup lembab utk keperluan mikrobia (KA 12–60 %).

b. Medium semi padat: medium tdk larut, kelembaban cukup (KA 65 –80 %).

c. Medium cair: medium cair substrat larut dan atau tak larut (KA > 80 %) (Pujaningsih, 2005).

Teknologi fermentasi anaerob yang digunakan pada pengawetan dedak padi dapat memanfaatkan starter bakteri asam laktat (BAL). Penambahan bakteri asam laktat ini akan mempercepat proses fermentasi.

Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri anaerob fakultatif yang dapat hidup pada tanaman, saluran pencernaan hewan maupun manusia. Bakteri ini tidak bersifat patogen dan aman bagi kesehatan sehingga sering digunakan dalam industri pengawetan makanan dan minuman (Hardiningsih et al., 2006), seperti: yogurt, minuman fermentasi, mentega fermentasi, keju, saos, kedelai dan sake (Januarsyah, 2007). Bakteri asam laktat dapat menjaga mutu makanan karena dapat mengendalikan pertumbuhan bakteri pengganggu dan pembusuk dengan memproduksi asam organik, hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin. Bakteriosin merupakan suatu senyawa protein yang memiliki sifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteriosin aman digunakan sebagai pengawet makanan karena dapat didegradasi oleh enzim protease yang terdapat dalam tubuh hewan maupun manusia.

Bakteri asam laktat, baik yang bersifat homofermentatif maupun heterofermentatif memanfaatkan substrat yang tersedia pada lingkungannya dengan hasil akhir berupa energi dan asam-asam lemah, seperti: asam laktat, asam asetat serta CO2. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dapat bersifat sebagai salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik (Lunggani, 2007). Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan membinasakan bakteri saluran pencernaan yang patogen karena menghasilkan D, L atau DL asam laktat yang terfermentasi (Huis in’t Veld et al., 1994).

Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman s€hingga dapat secara otomatis berperan pada saat fermentasi,, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang sempuma (Ridwan et al., 2005).

Starter

Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% dari volume media yang akan difermentasi. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis.

Pembuatan Dedak Padi Fermentasi

Dedak padi yang akan diawetkan adalah dedak padi yang masih baru dan segar. Dedak padi selanjutnya ditambah air (50% dari berat dedak padi [v/w]). Air yang ditambahkan sebelumnya dicampur terlebih dahulu dengan molases (3% dari berat dedak padi). Molases merupakan hasil samping industri tebu yang masih mengandung gula cukup tinggi terutama sukrosa (34%). Dedak padi yang telah ditambah air diaduk-aduk sampai merata, selanjutnya dimasukkan drum atau kantong plastik dan ditutup rapat-rapat. Dedak padi yang sudak dimasukkan drum atau plastik selanjutnya difermentasi selama 2 bulan pada suhu kamar (Balitnak, 2010). Apabila dalam pembuatan dedak padi fermentasi molases sukar diperoleh, maka molases dapat diganti dengan gula pasir