tag:blogger.com,1999:blog-90134259331356898472024-03-12T17:05:24.448-07:00BiotanikanKumpulan kliping Pertanian dan Peternakan dari Berbagai SumberCobahttp://www.blogger.com/profile/05045706523217669399noreply@blogger.comBlogger258125tag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-41951523672749196652011-11-20T08:47:00.001-08:002011-11-20T08:48:14.875-08:00Membuat Pupuk Hijau<p><a href="http://2.bp.blogspot.com/-9bThSttJzb0/Try6bYLVFAI/AAAAAAAAAI4/OXZWmEsgoy8/s350/PupukHijau.jpg"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" title="pupuk hijau" border="0" alt="pupuk hijau" align="left" src="http://2.bp.blogspot.com/-9bThSttJzb0/Try6bYLVFAI/AAAAAAAAAI4/OXZWmEsgoy8/s200/PupukHijau.jpg" width="150" height="200" /></a></p> <p>Pupuk hijau adalah <u><i><b>pupuk organik</b></i></u> yang terbuat dari sisa tanaman atau sisa panen yang membusuk dengan bantuan bakteri secara alami. <br />Manfaat <b><i><u>pupuk hijau</u></i></b> antara lain untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi,selain itu pupuk hijau juga lebih murah, dan kitapun bisa membuatnya. Thanks to <i><a href="http://petanidesa.wordpress.com/">petanidesa</a>,</i> dan berikut cara pembuatannya,</p> <p><b> <br /></b> <br /><b>Bahan yang dibutuhkan: </b></p> <ul> <li>200 kg hijau daun atau sampah dapur.</li> <li>10 kg dedak halus.</li> <li>¼ kg gula pasir/gula merah.</li> <li>¼ liter bakteri.</li> <li>200 liter air atau secukupnya.</li> </ul> <p><b>Cara Pembuatannya:</b></p> <ol> <li>Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.</li> <li>Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.</li> <li>Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.</li> <li>Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah, aduk hingga rata.</li> <li>Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.</li> <li>Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.</li> </ol> <p>sumber : <a href="http://kika-batas.blogspot.com/2011/11/cara-membuat-pupuk-hijau-organik.html" target="_blank">Petani Online</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-76685121132786508682011-11-20T08:46:00.001-08:002011-11-20T08:48:26.722-08:00Membuat Pupuk Organik Cair (POC)<h3>Pupuk Cair Organik</h3> <p><a href="http://4.bp.blogspot.com/-qtmblVd3WaY/Try6Xi9QLII/AAAAAAAAAIg/7j52ZtrU2Uw/s640/2281740_pupukcairams.jpg"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" title="pupuk cair" border="0" alt="pupuk cair" align="left" src="http://4.bp.blogspot.com/-qtmblVd3WaY/Try6Xi9QLII/AAAAAAAAAIg/7j52ZtrU2Uw/s320/2281740_pupukcairams.jpg" width="320" height="240" /></a></p> <p><i><u><b>Pupuk cair</b></u></i> adalah hasil pengolahan limbah organik yang dicairkan, fungsinya sama dengan kompos,namun karena berupa cairan proses penyerapan ke dalam tanah lebih cepat.  <br />Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi <b><i><u>kompos</u></i></b> (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. Thanks to <a href="http://petanidesa.wordpress.com/"><i>petanidesa</i></a>, dan berikut cara pembuatannya,</p> <p><b>Bahan dan Alat :</b></p> <ul> <li>1 liter bakteri. </li> <li>5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya). </li> <li>0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya. </li> <li>1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air. </li> <li>30 kg kotoran hewan. </li> <li>Air secukupnya. </li> <li>Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat. </li> </ul> <p><b> <br /></b></p> <p><b>Cara Pembuatan:</b></p> <ol> <li>Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. </li> <li>Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. </li> <li>Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. </li> <li>Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. </li> <li>Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. </li> <li>Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya. </li> </ol> <p>sumber : <a href="http://kika-batas.blogspot.com/2011/11/cara-membuat-pupuk-hijau-organik.html" target="_blank">Petani Online</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-34389198087437900542011-11-20T07:07:00.001-08:002011-11-20T07:16:28.450-08:00Micro Organisme Lokal (MOL)<h4><a href="http://lh4.ggpht.com/-px53k32ht0I/TskXtRTBkbI/AAAAAAAAA-0/qxeUU-IITlE/s1600-h/image%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh4.ggpht.com/-5eHeUihD_6A/TskXuyFPjLI/AAAAAAAAA-8/_ADAg1vGbOU/image_thumb%25255B2%25255D.png?imgmax=800" width="200" height="156" /></a> <strong>MOL Buah-buahan</strong></h4> <p><strong>Sumber: <a href="http://isroi.wordpress.com/2010/05/04/mol-buah-buahan/">http://isroi.wordpress.com/</a> </strong></p> <p><strong>Bahan-bahan:</strong></p> <ul> <li>Buah-buahan yang sudah busuk. Bisa buah apa saja: pepaya, pisang, mangga, apel, salak, dll. Sebanyak 5 kg </li> <li>Air kelapa 10 butir. </li> <li>Gula jawa 1 kg. </li> </ul> <p><strong>Cara Pembuatan:</strong></p> <ul> <li>Limbah buah-buahan dihaluskan. Bisa dengan cara ditumbuk atau diparut. </li> <li>Masukkan ke dalam dalam tempat (drum) </li> <li>Tambahkan air kelapa. </li> <li>Tambahkan gula. </li> <li>Semua bahan diaduk sampai tercampur merata. </li> <li>Tutup drum dengan penutu. Beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa menggunakan selang agar tidak dimasukki oleh lalat atau serangga lain. </li> <li>Semua bahan kemudian difermentasi selama 2 minggu sebelum digunakan. </li> </ul> <p><strong>Penggunaan:</strong></p> <p>MOL ini bisa digunakan untuk pengomposan maupun untuk penyemprotan ke tanaman.</p> <ul> <li>Untuk pengomposan: encerkan larutan fermentasi sebayak 5 x nya. Kemudian disemprotkan ke bahan-bahan yang akan dikomposkan. </li> <li>Untuk penyemprotan tanaman: larutkan larutan fermentasi sebanyak 30 kali. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari ke permukaan daun. Penyemprotan dilakukan berselang 2 minggu. </li> </ul> <h4><strong>Pembuatan MOL (mikro organisme lokal)</strong></h4> <p><strong>Sumber: <a href="http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2031453-pembuatan-mol-mikro-organisme-lokal/">http://id.shvoong.com/</a> </strong></p> <p><strong>Bahan dan alat:</strong></p> <ol> <li>Batang pisang yang sudah busuk 2 genggam. </li> <li>air panas/hangat 5 L. </li> <li>air biasa 5 L. </li> <li>terasi 1/4 kg. </li> <li>gula pasir 1/2 kg. </li> <li>dedak 1 genggam. </li> <li>ember + tutup (kapasitas 15 L). </li> <li>bambu pengaduk. </li> </ol> <p><strong>cara pembuatan:</strong></p> <ol> <li>rendam dan peras batang pisang ke dalam air biasa sehingga sari pati bercampur dengan air, dan sisakan sedikit serat pisang di dalam air. </li> <li>campurkan air panas, terasi, gula pasir, aduk merata tunggu hingga air mendingin. </li> <li>campurkan larutan serat pisang dan air panas (sudah dingin) ke ember, tambahkan dedak, aduk-aduk. </li> <li>tutup ember dengan rapat, biarkan selama 10 hari. </li> <li>setelah 10 hari cek kondisi MOL, jika sudah bau, dan muncul gelembung2 udara, berarti MOL sudah jadi dan dapat dipergunakan. </li> <li>penghilang bau dapat digunakan nanas yang telah dihancurkan sebelumnya. </li> </ol> <h4><strong>MOL Tapai atau MOL Peuyem Lebih Bersih </strong></h4> <p><strong>Oleh: SOBIRIN</strong></p> <p><strong>Sumber : <a href="http://clearwaste.blogspot.com/2008/01/mol-tapai-atau-mol-peuyeum-lebih-bersih.html">http://clearwaste.blogspot.com/</a></strong></p> <p>MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan.</p> <p>Selain untuk “starter” kompos, MOL bisa juga dipakai untuk “pupuk cair” dengan cara diencerkan terlebih dahulu, 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air. Siramkan pada tanah di sekitar tanaman. Upayakan jangan mengenai batang tanaman. Untuk ”anggrek”? Karena anggrek ini tumbuh di pakis dan akarnya menonjol, saya tidak menyarankan dengan pupuk cair MOL ini. Nanti pakisnya di makan MOL dan timbul panas yang bisa mematikan anggrek. Jadi baiknya untuk tanaman yang tumbuh di tanah saja, dan tanahnya yang disiram MOL encer.</p> <p>Kembali ke MOL tapai atau MOL peuyeum, saya sebut lebih bersih, karena bahannya juga bersih, dan tidak ada kesan menjijikkan. Bisa tapai singkong atau peuyeum ketan, pilih yang paling mudah didapat.</p> <ol> <li>Siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya. </li> <li>Beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi. </li> <li>Isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh. </li> <li>Masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan. </li> <li>Kocok-kocok sebentar agar gula melarut. </li> <li>Biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas. </li> <li>Setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai. </li> <li>Kalau ingin ”beternak” MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama. </li> </ol> <h4><strong>MOL Hitam</strong></h4> <p><strong>Oleh: Sobirin </strong></p> <p><strong>Sumber:  <a href="http://clearwaste.blogspot.com/2010/04/mol-hitam.html">http://clearwaste.blogspot.com/</a></strong></p> <p>Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai agen percepatan dalam pembuatan kompos dapat dibuat dengan bermacam cara mudah, murah, tapi bermanfaat. Dalam tulisan-tulisan sebelumnya telah disampaikan ada MOL nasi, MOL tapai, dan lain-lainnya lagi. Kali ini ada MOL hitam dari kencing kelinci.</p> <p>MOL hitam ini adalah MOL seperti biasanya, misalnya MOL tapai, dengan bahan-bahan tapai atau peuyeum (bisa tapai ketan atau tapai ubi) kira-kira 1 Kg, ditambah gula pasir (atau gula merah) kira-kira setengah Kg, air kelapa kira-kira 4 gelas, dicampurkan dalam tong plastik yang diisi air kira-kira 40 Liter. Maka yang terjadi adalah MOL tapai biasanya.</p> <p>Kebetulan saya mempunyai kelinci yang dipelihara dalam kandang, dan dasar kandang bagian luar diberi lembaran plastik, sehingga air kecing kelinci ini tertampung. Lalu air kencing kelinci ini saya tambahkan ke dalam MOL tapai, jadilah MOL kencing kelinci yang warnanya hitam.</p> <p>Ternyata MOL kencing kelinci ini relatif lebih cepat dalam membantu proses pengomposan. Proses kompos yang biasanya berlangsung selama 1 bulan, ternyata hanya berlangsung selama 3 minggu.</p> <p>MOL kencing kelinci ini juga saya coba untuk menyiram tanaman, tetapi harus diencerkan terlebih dahulu, yaitu 1 kaleng MOL diencerkan dengan 15 kaleng air, hasilnya juga cukup efektif menyuburkan tanaman.</p> <h4>MOL dari Gedebok Pisang</h4> <p><strong>Sumber: <a href="http://isroi.wordpress.com/2010/07/01/mol-dari-gedebok-pisang/">http://isroi.wordpress.com/</a></strong></p> <p>Ada satu resep MOL yang perlu dicoba, yaitu MOL dari Gedebok (batang) pisang. Resepnya sederhana dan mudah membuatnya.</p> <p><strong>Bahan-bahan:</strong></p> <p>Perbandingan bahan adalah 1:1, seperti contoh di bawah ini</p> <ol> <li>Batang pisang 1 kg </li> <li>Nira 1 liter atau bisa diganti dengan gula jawa 1,5 ons. </li> </ol> <p>Untuk produksi yang lebih banyak tinggal dikalikan kelipatannya.</p> <p><strong>Cara pembuatan:</strong></p> <ol> <li>Batang pisang dipotong-potong. Jangan diparut/ditumbuk/dicincang. </li> <li>Campurkan batang pisang dengan 3/4 nira. </li> <li>Masukkan ke dalam baskom dan atur agar memadat. </li> <li>Tambahkan sisa nira lagi. </li> <li>Tutup rapat dan dibiarkan selama dua minggu. </li> <li>Setelah dua minggu diperas dan diambil airnya. </li> </ol> <p><strong>Pemakaian:</strong></p> <ol> <li>Untuk pupuk daun MOL diencerkan dengan perbandingan 1:1000. </li> <li>Disemprotkan ke seluruh bagian tanaman di pagi hari atau sore hari. </li> </ol> <p>Selamat mencoba.</p> <h4><strong>MOL dari Sabut Kelapa</strong></h4> <p><strong>Sumber: <a href="http://isroi.wordpress.com/2010/07/01/mol-dari-sabut-kelapa/">http://isroi.wordpress.com/</a> </strong></p> <p>Resep MOL ini istimewa dibandingkan dengan resep-resep MOL yang lain, karena konon MOL ini kaya akan unsur K. Bahan dan cara pembuatannya juga suangat mudah zekali.</p> <p><strong>Bahan-bahan:</strong></p> <ol> <li>Sabut Kelapa </li> <li>Air bersih </li> </ol> <p><strong>Cara pembuatan:</strong></p> <ol> <li>Masukkan sabut kelapa ke dalam drum. Jangan penuh-penuh. </li> <li>Masukkan air sampai semua sabut kelapa terendam air. </li> <li>Drum ditutup dan dibiarkan selama dua minggu. </li> <li>Air yang sudah berwarna coklat kehitaman digunakan sebagai MOL. </li> </ol> <p>Selain sabut kelapa bisa juga ditambahkan dengan jerami kering. Penambahan jerami bisa bermanfaat sebagai pestisida nabati.</p> <p><strong>Pemakaian:</strong></p> <p>MOL bisa disiramkan atau disemprotkan ke tanaman. Cara pemakaian sama seperti MOL-MOL yang lain.</p> <p> </p> <h4>Starter Kompos dari Mikroorganisme Lokal</h4> <p><strong>Sumber: <a href="http://bp3knanggulan.blogspot.com/2010/08/starter-kompos-dari-mikroorganisme.html">http://bp3knanggulan.blogspot.com/</a> </strong></p> <p><a href="http://depokbebassampah.files.wordpress.com/2010/12/dscn6171.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="DSCN6171" border="0" alt="" align="left" src="http://depokbebassampah.files.wordpress.com/2010/12/dscn6171.jpg?w=126&h=320" width="126" height="320" /></a></p> <ol> <li>Buah pisang, buah nanas, bawang merah, tempe </li> <li>Gula pasir / tetes tebu </li> <li>Air matang yang sudah dingin </li> <li>Terpal </li> </ol> <p><strong>Alat :</strong></p> <ol> <li>Botol air mineral 1,5 liter + tutup sebanyak 4 buah </li> <li>Pisau </li> <li>Sendok teh </li> <li>Sendok makan </li> <li>Gembor 10 literan </li> </ol> <p><strong>Cara Pembuatan Starter ( 1 botol untuk 1 jenis bahan) :</strong></p> <ol> <li>Buah pisang diiris tipis </li> <li>Irisan buah pisang dimasukkan ke dalam botol mineral 1/2 – 2/3 bagian </li> <li>Tambahkan air matang sampai hampir penuh </li> <li>Tambahkan gula pasir / tetes tebu 3-5 sendok teh </li> <li>Tutup rapat dan simpan selama 24 jam </li> <li>Setelah 24 jam, buka tutup botol, apabila keluar gas berarti mikroorganisme sudah tumbuh dan aktif </li> <li>Botol ditutup agak longgar, lalu diperam selama 5 – 7 hari <br />Siap untuk diaplikasikan. </li> <li>Lakukan hal yang sama untuk bahan lain ( 1 botol untuk 1 jenis bahan ). </li> </ol> <p><strong>Cara Pembuatan kompos ( 4 botol starter untuk 200 kg bahan organik) : </strong></p> <ul> <li>Keempat botol dituangkan ke dalam ember </li> <li>Tambahkan air bersih 15 – 20 liter, tambahkan gula pasir / tetes 10 sendok makan kemudian diaduk sampai rata </li> <li>Bahan organik disusun setebal 20 cm, siram dengan larutan starter </li> <li>Buat lapisan kedua dengan ketebalan 20 cm, siram dengan larutan starter </li> <li>Buat lapisan ke-3, ke-4, dan ke-5 seperti langkah di atas <br />Tutup dengan terpal </li> <li>Hari ke-7 terpal dibuka, kemudian kompos diaduk, kemudian sore ditutup lagi </li> <li>Hari ke-14 terpal dibuka, kemudian kompos diaduk, kemudian sore ditutup lagi </li> <li>Hari ke-21 terpal dibuka, kemudian kompos diaduk, kemudian sore ditutup lagi </li> <li>Hari ke-28 kompos dibuka, diadul, diangin-anginkan, siap digunakan sebagai pupuk organik </li> </ul> <p></p> sumber ; <a href="http://depokbebassampah.wordpress.com/acuan/mikro-organisme-lokal/" target="_blank">Depok Bebas Sampah</a> <p>Bacaan Terkait : <a href="http://bp3ksukabumi.blogspot.com/2011/07/cara-membuat-mol-micro-organisme-lokal.html" target="_blank">MOL</a> dan <a href="http://kampungantenan.blogspot.com/2008/03/kompos-dalam-karung.html" target="_blank">Kampungantenan</a> serta <a href="http://rullyagro.multiply.com/journal?&page_start=200" target="_blank">rullyagro</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-27036859154446818502011-11-20T06:54:00.001-08:002011-11-20T06:55:12.987-08:00Tata Cara Sederhana Membuat Kompos<p><strong>Langkah Pertama: </strong></p> <p>Membuat strarter untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya EM4 (efektif mikroorganisme tipe 4). Bahan2nya bisa macam2 (yang ada disekitar kita). Contoh yang paling gampang, menggunakan tape/tapai (peuyeum singkong) 1 kg, terasi yg paling murah 1/4 kg, gula pasir 1/4 kg, air kelapa 5 gelas. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam jerigen plastik ukuran 20 liter. Tambahkan air 10 liter, kemudian diaduk sampai lumat. Lalu, biarkan selama 7 hari dan jangan ditutup. Setelah itu, bahan tersebut sudah bisa dipakai sebagai starter untuk proses pengomposan. bahan cairan ini baunya seperti alkohol. Kita namakan bahan cairan ini dengan sebutan MOL (mikroorganisme lokal).</p> <p><strong>Langkah Kedua:</strong></p> <p>Mengumpulkan bahan kompos (sampah), terdiri atas sampah organik yang ada di sekitar kita. Sampah organik yang masih segar berwarna hijau dicampur dengan sampah organik (daun2) yang sudah kering berwarna coklat. Bahan2 itu dirajang/potong halus kecil2 ukuran maksimum sekitar 3 cm. Jumlah yang hijau dan yang coklat seimbang, atau 1 banding 1, diaduk rata. Lebih bagus jika dicampur kotoran ternak. Jumlah total bahan kompos minimum 1/2 meter kubik.</p> <p><strong>Langkah Ketiga: </strong></p> <p>Masukkan bahan2 tersebut dalam keranjang bambu. Kalau tidak ada, bisa dimasukkan dalam karung yang bolong2 dilubangi. Kemudian dibasahi dengan MOL. Setiap 3 hari diaduk, ditambah MOL. Pada minggu pertama akan terasa proses kompos ini mengeluarkan panas, bisa sampai 70 derajat celsius. Pada minggu ke dua, panas mulai menurun. Minggu ke tiga sudah mulai mendingin. Dan minggu terakhir, sudah dingin kembali, dan kompos sudah matang dengan warnanya coklat kehitaman seperti tanah. Giliran berikutnya bisa dimanfaatkan untuk tanaman.</p> <p><strong>Sumber: <a href="http://bundaiing.blogspot.com/2008/09/tata-cara-sederhana-membuat-kompos.html">http://bundaiing.blogspot.com/</a>  dalam <a href="http://depokbebassampah.wordpress.com/acuan/pengomposan/" target="_blank">depok bebas sampah</a></strong></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-8358503672423109802011-11-20T06:47:00.001-08:002011-11-20T06:51:55.554-08:00Unsur Hara Tanaman<p><a href="http://lh4.ggpht.com/-s0ug5_PmmNw/TskS7FH-GyI/AAAAAAAAA98/bEv0T2hLyMw/s1600-h/image%25255B12%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh6.ggpht.com/-wR8pVTmHnu8/TskS8hl24DI/AAAAAAAAA-A/8mxEhuHVTpg/image_thumb%25255B10%25255D.png?imgmax=800" width="238" height="180" /></a> 1. <b>Nitrogen ( N )</b> <br />Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. <br />Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen ditinjau dari berbagai sudut, mempunyai pengaruh positif sebagai berikut : <br />a. Besar pengaruhnya dalam menaikkan potensi pembentukan daun-daun dan ranting. <br />b.Mempunyai pengaruh positif terhadap kadar protein pada rumput dan tanaman makanan ternak dan lainnya. <br />c.Pada berbagai tanaman gandum menaikkan kadar protein pada butir gandum. <br />Gejala kekurangan unsur N : <br />-warna daun yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning. <br />-daun menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. <br />-Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh terhadap pembuahan sehingga buahnya tidak sempurna, umumnya kecil dan cepat matang. <br />Gejala Kelebihan unsur N : <br />-tanaman akan tampak terlalu subur, ukuran daun akan menjadi lebih besar. <br />-batang menjadi lunak dan berair (sekulensi) sehingga mudah rebah dan mudah diserang penyakit. <br />-penundaan pembentukan bunga, bahkan mudah lebih mudah rontok dan pemasakan buah cenderung terlambat. <br />2. <b>Fosfor ( P )</b> <br />Gejala kekurangan unsur P : <br />-warna daunnya akan tampak tua dan sering tampak mengkilap kemerahan. <br />-Tepi daun bercabang. <br />-batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. <br />-Jika tanaman berbuah, buahnya kecil, tampak jelek dan lekas matang. <br />Gejala kelebihan unsur P : <br />-tumbuhan kerdil. <br />-Warna daun berubah menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung-ujung daun.</p> <p><a href="http://lh3.ggpht.com/-tOOv8Z_UJ6I/TskTmQVId0I/AAAAAAAAA-E/uz1_pYxWBWQ/s1600-h/image%25255B17%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh4.ggpht.com/-ARLjtRI-7CM/TskTnsV0SuI/AAAAAAAAA-M/pvqjS1V-Oq0/image_thumb%25255B13%25255D.png?imgmax=800" width="183" height="240" /></a> <br />3. <b>Kalium ( K )</b> <br />Gejala kekurangan unsur K : <br />-daun terlihat lebih tua. <br />-batang dan cabang lemah dan mudah rebah. <br />-muncul warna kuning ditepi daun yang sudah tua yang akhirnya mengering dan rontok. <br />-daun keriting dimulai daun yang paling tua. <br />-kematangan buah terhambat. <br />-ukuran buah menjadi lebih kecil dan mudah rontok. <br />4. <b>Kalsium ( Ca )</b> <br />Kalsium penting untuk tanaman dan tanah. Kalsium merupakan bagian dari semua sel tanaman. Di dalam tanaman, ia bersifat immobial. Ia tidak bergerak dari daun-daun muda, sehingga menyediakan kalsium yang berkesinambungan sangat mutlak selama siklus hidup tanaman yang bersangkutan.Bagi tanah kalsium yang seimbang jumlahnya dapat memperbaiki struktur tanah. <br />Gejala kekurangan unsur Ca : <br />-tepi daun muda yang mengalami klorosis. <br />-Kuncup-kuncup muda akan mati karena perakarannya yang kurang sempurna. <br />-Kalaupun ada daun yang muncul, warnanya akan berubah dan jaringan di beberapa tempat pada helai daun akan mati. <br />Gejala kelebihan unsur Ca : <br />-Akar tanaman tidak mampu tumbuh memanjang dengan cepat. <br />-menghalangi pertumbuhan serta mekarnya daun-daun muda dan pucuk-pucuk. <br />-menghalangi pertumbuhan bagian tepi daun, oleh karena itu daun-daunnya menjadi keriting. <br />5. <b>Magnesium ( Mg )</b> <br />Gejala kekurangan unsur Mg : <br />-daun mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat. <br />-Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. <br />-Warna kekuningan inipun timbul diantara tulang-tulang daun. <br />-Daun mengering dan kerap kali langsung mati. <br />Gejala kelebihan unsur Mg : <br />-Daun berwarna kuning, hal terjadi karena pembentukan klorofil terganggu. <br />-Pada tanaman jagung kekahatan Mg terlihat pada daun adanya garis-garis kuning yang agak menonjol sedangkan pada daun-daun muda keluar lender terutama bila kekahatan sudah berlanjut. <br />6. <b>Belerang ( S )</b> <br />Belerang diserap oleh tanaman sebagai anion SO42-. Peranan fisiologisnya analog dengan nitrogen, sebab keduanya merupakan penyusun protein. <br />Peranan unsur belerang (S) adalah : <br />-Sebagai koenzim yang terlibat dalam rantai transfer electron pada respirasi dan fotosintesis. <br />- Bahan produksi sekunder yang mudah menguap . <br />Gejala kekurangan unsur S : <br />-daun muda yang berubah menjadi hijau muda, kadan-kadang tamapak tidak merata, sedikit mengkilat agak keputihan lantas berubah menjadi kuning kehijauan. <br />-Pertumbuhan tanaman akan terhambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus. <br />7. <b>Besi ( Fe )</b> <br />Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. <br />Gejala kekurangan unsur Fe : <br />- pada daun muda, mula-mula secara bertempat-tempat daun berwarna hijau pucat dan hijau kekuningan. <br />-tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringannya tidak mati. <br />pada tulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi warna putih.</p> <p><a href="http://lh6.ggpht.com/-ZCHwfiZihP8/TskTo1wFbWI/AAAAAAAAA-U/UIgDAv4jtnw/s1600-h/image%25255B25%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" src="http://lh4.ggpht.com/-hPzTw33wASU/TskTq-YTCmI/AAAAAAAAA-c/6W1idUaY3O4/image_thumb%25255B19%25255D.png?imgmax=800" width="365" height="285" /></a> <br />8. <b>Mangan ( Mn )</b> <br />Gejala kekurangan unsur Mn : <br />-tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua. <br />-pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda. <br />9. <b>Seng ( Zn )</b> <br />Gejala kekurangan unsur Zn : <br />-tanaman kerdil. <br />-ruas-ruas batang memendek. <br />-daun mengecil dan mengumpul (resetting). <br />-klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis. <br />10. <b>Tembaga ( Cu )</b> <br />Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin. <br />Gejala kekurangan unsur Cu : <br />-pembungaan dan pembuahan terganggu. <br />-warna daun muda kuning dan kerdil. <br />-daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang. <br />-tangkai daun lemah.</p> <p><a href="http://lh6.ggpht.com/-PWmD2ggrzbs/TskT9Vcj67I/AAAAAAAAA-k/zRxhWaTxwGE/s1600-h/image%25255B30%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" src="http://lh5.ggpht.com/-nOgjiMskSHs/TskUCcOyInI/AAAAAAAAA-s/tqKzGYUDV8g/image_thumb%25255B22%25255D.png?imgmax=800" width="423" height="326" /></a> <br />11. <b>Molibdenum ( Mo )</b> <br />Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. <br />Gejala kekurangan unsur Mo : <br />-pertumbuhan tanaman terhambat. <br />-daun menjadi pucat dan mati. <br />- pembentukan bunga terlambat. <br />12. <b>Boron ( B )</b> <br />Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. <br />Gejala kekurangan unsur B : <br />-pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar). <br />-mati pucuk (die back). <br />-mobilitas rendah. <br />-buah yang sedang berkembang sangat rentan terserang penyakit. <br />13. <b>Klor ( Cl )</b> <br />Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting.Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. <br />Gejala kekurangan unsur Cl : <br />-pola percabangan akar abnormal. <br />-gejala wilting (daun lemah dan layu). <br />-warna keemasan (bronzing) pada daun. <br />-pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.</p> <p>sumber : <a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5270097" target="_blank">Kaskus</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-84840941269761385542011-11-20T06:40:00.001-08:002011-11-20T06:40:42.946-08:00Membuat kompos dan Pupuk Organik<p><i><b>Apa itu kompos? </b></i> <br />Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. <br /><i><b>Apa manfaat kompos? </b></i> <br />Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos. <br /><b><i>Apa saja yang bisa dibuat kompos? </i></b> <br />Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang. <br /><b><i>Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu? </i></b> <br />Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang 'setengah matang' juga tidak baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai 'matang' agar bisa diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi. <br /><b><i>Bagaimana cara membuat kompos yang cepat, mudah, dan murah?</i></b> <br />Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan. <br />Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat. <br />Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos. <br />Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu. <br />Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2 - 3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara 4 - 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah. <br /><b><i>Bagaimana cara penggunaan kompos? </i></b> <br />Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan satu bagian kompos : tiga bagian tanah. <br />Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan kompos. <br />Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain.</p> <p>skema daur hidup: <br /><img border="0" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgK68LZqfS9u2m9XGHwvRFjpgpf6DwCX-G3kXT7ApmP-chRkB8Vtf6N8fDL4FmI_US8MGgqEVo3RjuJF8eQ2M0r5cMzUTNfwfuoLsk8O-cwRKNP6WpNgOLQh4WVFuPtez0g3d4l_MP9gU/s320/compost_cycle.jpg" /> <br /><img border="0" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn37mz-6gQlC3ti5zbbtzMNrpjDzWTneWp7moSogAwGLbfs8o5PnqT_qu6GatMR5MerlgmfPOUT3pFENB2IcQmCt4DVXYxcS3XECJqlHBQUBZc1ZjIQuER9O7w6uZwp6vL5blrOoai0O57/s1600/How+Compost+Happens.gif" /></p> <p>Kompos adalah produk akhir dari proses dekomposisi senyawa organik yang diurai menggunakan bantuan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu, kegiatannya dinamakan pengomposan. <br />Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah dan sebagai penutup/ landfill . <br /><b>Mengapa masyarakat perlu melakukan proses pengomposan?</b> <br />1. Membantu menghilangkan beban permasalahan sampah perkotaan <br />2. Mengurangi pencemaran lingkungan <br />3. Kompos matang bisa menyuburkan tanah <br />4. Untuk masyarakat tertentu bisa dijadikan sumber penghasilan <br />5. Mengurangi beban TPA <br /><b>Metoda pengomposan</b> <br /><b>A. Berdasarkan kebutuhan oksigen:</b> <br />1. Pengomposan Aerob: menggunakan bantuan udara terbuka. <br />2. Pengomposan An-Aerob: dengan cara tertutup tanpa bantuan udara <br />Pengomposan dengan cara Aerob , ragamnya bermacam mulai dari teknologi sederhana sampai yang menggunakan peralatan canggih, seperti: <br />Sistem open windrow <br />merupakan metode yang paling sederhana dan sudah sejak lama dilakukan. Untuk mendapatkan aerasi dan pencampuran, biasanya tumpukan sampah tersebut dibalik (diaduk). Hal ini juga dapat menghambat bau yang mungkin timbul, pembalikan dapat dilakukan baik secara mekanis maupun manual. <br />Aerated Static Pile Composting <br />Udara disuntikkan melalui pipa statis ke dalam tumpukan sampah. Untuk mencegah bau yang timbul, pipa dilengkapi dengan exhaust fan. Setiap tumpukan biasanya menggunakan blower untuk memantau udara yang masuk. <br />In-veseel Composting System <br />sistim pengomposan dilakukan di dalam kontainer/tangki tertutup. Proses ini berlangsung secara mekanik, untuk mencegah bau disuntikkan udara, pemantauan suhu dan konsentrasi oksigen. <br />Vermicomposting <br />pengomposan secara aerobik dengan memanfaatkan cacing tanah sebagai perombak utama atau dekomposer, inokulasi cacing tanah dilakukan pada saat kondisi material organik sudah siap menjadi media tumbuh (kompos setengah matang). <br />Dikenal 4 (empat) marga cacing tanah yang sudah dibudidayakan, yaitu Eisenia, Lumbricus, Perethima danPeryonix <br />Effective Microorganisms (EM) <br />EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman yang dapat diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman. Manfaat yang dapat diambil dalam teknologi EM pada pengolahan sampah kota adalah berkurangnya bau busuk dan panas yang keluar dari tumpukan sampah, serta mempercepat proses pengomposan <br /><b>B. Berdasarkan Lokasi Pembuatan Kompos, jenisnya antara lain:</b> <br />1. Sistem Setempat (On-site System) <br />pembuatan kompos yang mengambil tempat di sumber sampah, misalnya di halaman rumah, di pasar, dan lain-lain. Sebagai contoh adalah pengomposan dengan menggunakan komposter skala rumah tangga, berbentuk takakura/bin/tong yang berukuran 50 - 250 liter. Proses bisa secara anaeob atau aerob. Sampah dapur sebagai bahan baku dapat dikombinasikan dengan sampah kebun seperti rumput, daun-daunan, dsb. Waktu pengomposan bisa diatur <br />2. Sistem Terpusat (On-central System) <br />pembuatan kompos dipusatkan di suatu lokasi yang memiliki jarak dengan sumber sampah. Sebagai contoh adalah pengomposan dengan metode UDPK (Usaha Daur-Ulang dan Produksi Kompos). <br />Efektivitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada mikroorganisme pengurai. Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup : <br />1. Keseimbangan nutrien ( C / N ratio ), yaitu perbandingan antara bahan yang mengandung unsur carbon dan nitrogen. Rasionya berkisar 20:1 s/d 40:1, rasio terbaik adalah 30:1 <br />2. Kelembaban, optimum adalah 50% <br />3. Derajat keasaman [ph], netral 6 - 8,5 <br />4. Suhu, terbaik dikisaran 50 - 65 ºc diperlukan suhu yang optimum untuk membunuh bakteripatogen dan benih gulma <br />5. Ukuran partikel yang tebaik adalah 0,5-1 cm semakin kecil ukuran partikel semakin luas permukaan dan mempermudah kerja mikroorganisme <br />6. Homogenitas campuran, diperlukan homogenitas campuran untuk mempercepat kerja bakteri pengurai.</p> <p><b>Beberapa Masalah dalam proses pengomposan!</b> <br /><b>1. BAU</b> <br />Penyebab : tumpukan sampah terlalu padat dan basah sehingga tidak cukup oksigen dalam tumpukan <br />Pemecahan: aduk tumpukan sehingga dapat teraliri udara & tambahkan bahan-bahan kering yang kasar seperti jerami dan daun untuk menyerap kelembaban yang berlebihan. <br /><b>2. LALAT, LARVA LALAT (BELATUNG), KECOA, & TIKUS</b> <br />Penyebab : bahan-bahan yang tidak tepat seperti daging & minyak masuk ke dalam komposter, kurangnya sumber karbon dan tutup komposter yang tidak rapat . <br />Pemecahan : kubur sisa makanan ditengah tumpukan, tutup dengan sumber karbon yang cukup dan membuang sampah ke dalam komposter pada pagi jam 05.00-05.30 WIB & sore diatas jam 17.00 WIB, menanam tanaman yang berdaun keras & berduri di sekitar komposter, menutup rapat komposter dan menambal lubang komposter yang bocor dengan lem pipa atau lem aquarium. <br /><b>3. LINDI ATAU AIR SAMPAH</b> <br />Penyebab : pembusukan dari sisa makan basah, sayur yang tidak ditiriskan <br />Pemecahan : tempatkan komposter pada daerah yang tidak tergenang air dan tiriskan sisa makanan/sayur yang berkuah. <br /><b>Dampak Terhadap Kualitas Lingkungan </b> <br />Dalam sistem pengomposan tidak selalu memberikan dampak yang baik, namun juga terdapat dampak yang tidak baik, terutama pada saat proses pembuatan maupun pasca pembuatan kompos. <br />Pengomposan dengan menggunakan bahan baku sampah organik domestik dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala. Salah satu permasalahan yang muncul yaitu adanya dampak terhadap kualitas lingkungan. <br />Permasalahan yang mungkin muncul adalah masih terdapatnya organisme patogen/parasit, berkembangnya vektor penyakit dan masalah estetika. <br /><b>Organisme Patogen dan Parasit</b> <br />Organisme patogen seperti virus, bakteria, protozoa, jamur yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan kemungkinan masih terkandung didalam kompos yang disebabkan oleh masalah teknis, seperti tidak tercapainya suhu yang mematikan organisme tersebut. Permasalahan ini dapat dihindari dengan pengawasan mutu kompos pada setiap langkah produksinya, antara lain dengan pemantauan suhu setiap hari. <br /><b>Vektor Penyakit</b> <br />Vektor penyakit yang sering terdapat pada proses pengomposan adalah lalat, tikus, dan kecoa. Lalat sering dijumpai pada bahan baku kompos, yaitu sampah domestik yang tidak segar (berumur lebih dari dua hari) sedangkan tikus dan kecoa sangat menyukai tumpukan kompos yang tidak segera dikemas atau dipasarkan serta tumpukan residu yang tidak segera diangkut ke TPA. Pemasokan bahan baku dan pengangkutan residu yang teratur dan tepat waktu serta pemeliharaan sarana/prasarana pengomposan yang memadai dapat menghindari gangguan vektor penyakit. <br /><b>Estetika</b> <br />Bau dan kenampakan fisik yang kurang baik dari fasilitas pengomposan merupakan masalah estetika yang sering muncul, sehingga menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar fasilitas tersebut. Bau disebabkan oleh 1) kondisi anaerobik yang terjadi akibat pengoperasian pengomposan tidak sesuai dengan prosedur, seperti kurangnya asupan oksigen (pekerja kurang rajin membalik tumpukan pada pengomposan dengan sistem Windrow); 2) bahan baku kompos tidak segar sehingga sebelum diolah, sampah tersebut sudah mengalami pembusukan. Kenampakan visual fasilitas pengomposan yang kurang baik, disebabkan pemeliharaan terhadap fasilitas tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga menimbulkan kesan kotor. Hal ini dapat diantisipasi dengan pengendalian dan pemeliharaan fasilitas dengan lingkungan luar antara lain dengan mendirikan tembok atau pagar tanaman. <br /><b>Logam Berat</b> <br />Salah satu masalah penting adalah kemungkinan kontaminasi logam berat dalam kompos yang diproduksi. Hal ini terjadi bila pemilahan tidak dilaksanakan sebelumnya sehingga bahan baku masih tercampur dengan sampah yang mengandung logam berat. Aktivitas pemilahan sampah sebelum pengomposan dilaksanakan sangat penting untuk dilakukan dan lebih baik lagi bila pemilahan telah dilakukan di sumber sampah.</p> <p><strong>Apakah Perubahan yang Terjadi pada Pembuatan Kompos?</strong></p> <hr size="1" /><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" border="0" alt="" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCq80DOxiVeKRbWtRj2vOldXv-SF0xv0Yqj3iEOKVGpkxWVpchA9g7gXOoUhvsROUBwC_YhJxpgNIUK9ubDcG9_RA52-myYuPpWJfkkV1HjCrWZ6nTxF7bR5mZoobosZPKvlfYNJ__wNqC/s320/aduk+kompos+tong+%25282%2529.JPG" /> <br />Tumpukan bahan-bahan mentah (seresah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur, dll) menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan dari sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru (kompos). Perubahan-perubahan ini sebagian besar adalah karena kegiatan-kegiatan jasad renik, sehubungan pula dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Apa yang telah terikat oleh jasad renik demi mencukupi kebutuhan hidupnya, kelak akan dikembalikan lagi apabila jasad-jasad renik tersebut mati. <br />Jelasnya perubahan-perubahan itu adalah karena terjadinya penguraian-penguraian, pengikatan dan pembebasan berbagai zat atau unsur hara selama berlangsung proses pembentukan kompos, jelasnya sebagai berikut: <br />a. Hidrat arang (selulosa, hemiselulosa dll.) diurai menjadi CO2 dan air atau CH4 dan H2. <br />b. Zat putih telur diurai melalui amida-amida, asam-asam amino menjadi maoniak, CO2 dan air. <br />c. Berjenis-jenis unsur hara, terutama N di samping P dan K dan lain-lain, sebagai hasil uraian, akan terikat dalam tubuh jasad renik dan sebagian yang tidak terikat menjadi tersedia di dalam tanah. Apa yang terikat ini kelak akan dikembalikan ke dalam tanah setelah jasad-jasad renik mati. <br />d. Ternyata pula unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa anorganik akan terbebas menjadi senyawa-senyawa anorganik sehingga tersedia di dalam tanah bagi keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. <br />e. Lemak dan lilinpun akan terurai menjadi CO2 dan air. <br />Selama berlangsungnya perubahan-perubahan tersebut akan terjadi pula perubahan-perubahan pada berat dan isi bahan-bahannya atau dengan perkataan lain akan berlangsung pengurangan-pengurangan, misalnya karena terjadi penguapan dan pencucian. Dalam penguapan biasanya sebagian besar senyawa-senyawa zat arang hilang ke udara. <p>Sumber : <a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7066022&page=4" target="_blank">Kaskus</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-49098344341419614152011-11-20T06:32:00.001-08:002011-11-20T06:34:13.786-08:00Kompos Fermentasi<p><a href="http://lh4.ggpht.com/-YA59aoTrkC0/TskP3jNEHHI/AAAAAAAAA9c/s6bpFCCGoOY/s1600-h/image%25255B5%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh5.ggpht.com/-6ymljTEnk1k/TskP5AvLLNI/AAAAAAAAA9k/5cv6toTrJeE/image_thumb%25255B3%25255D.png?imgmax=800" width="277" height="190" /></a> Apa itu KOMPOS TAPE? Kompos dalam bahasa Jepang disebut BOKASHI (kompos yg dibuat dari berbagai bahan organik dengan cara fermentasi). Apa itu fermentasi? Sama seperti nenek moyang kita membuat tape.</p> <p>Kompos Tape adalah : Fermentasi bahan organik dengan bantuan microorganism yg efektif. Contoh cara membuat 5 kg Kompos Tape : <br />- 100 ml molasse (tetes tebu) <br />- 100 ml Biotoileto <br />- 3 lt air ( 1,5 lt air hangat, 1,5 lt air dingin ) <br />- 5 kg dedak/bekatul</p> <p>Instruksi pembuatan kompos tape : <br />1. Campurkan tetes tebu (molasse) dengan air hangat ( 60 - 80º C),aduk merata hingga dingin <br />atau hangat-hangat kuku ( ± 40º C ) <br />2. Campurkan biotoleto dengan 1,5 lt air dingin <br />3. Campurkan ke 2 laruratan ( molasse & biotoleto ) dgn dedak, aduk hingga merata seperti <br />membuat adonan kue. <br />4. Buat bulatan bulatan sebesar bola tenis, usahakan saat membuat bulatan sudah tdk ada air <br />yang menetes saat kita meremas ( kadar air 35 %- 45 % ). <br />Masukkan bulatan -bulatan tadi ke dalam plastik atau ember.Tutup wadah dengan kain. <br />Diamkan selama 2 minggu. <br />5. Ketika proses fermentasi berjalan baik,maka akan terlihat lapisan putih/krem muda ( ragi <br />mould terlihat agak gelap/ kehitam-hitaman ), berarti proses fermentasi terlalu banyak kena <br />udara / aerobic. <br />6. Kompos Tape ini dapat disimpan sampai 1 tahun</p> <p>KEGUNAAN : <br />- untuk semua jenis tanaman, <br />- untuk mempercepat pengomposan, <br />- untuk campuran pakan ternak, dan pakan ikan.</p> <p>Kompos Tape 100 % Organik, Aman dan Ramah Lingkungan <br />Produksi oleh : <a href="http://organisasi.org/pengertian-kompos-tape-fermentasi-dan-cara-membuat-kompos-tape-aman-ramah-lingkungan" target="_blank">FKR Indonesia</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-76621232147403321172011-11-20T06:28:00.001-08:002011-11-20T06:28:36.515-08:00Pengawetan Dedak Padi dengan Cara Fermentasi<p>Oleh <a href="http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/component/content/article/53-it-1/206-dedak-padi" target="_blank">DR. Agung Prabowo, SPt, MP</a></p> <p><a href="http://lh6.ggpht.com/-n_Z-flDMesc/TskOjapncHI/AAAAAAAAA9M/ZlUCu1XYmlA/s1600-h/image%25255B6%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh3.ggpht.com/-rjSLM5kTeKU/TskOkjOnsHI/AAAAAAAAA9U/rznMkBo7zIg/image_thumb%25255B4%25255D.png?imgmax=800" width="288" height="205" /></a> <strong>Dedak Padi </strong></p> <p>Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi. Ketersediaannya sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini disebabkan karena dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Selain itu dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini disebabkan karena ketidakstabilan dedak padi selama penyimpanan. Ketidakstabilan ini disebabkan karena aktifitas enzim. Aktifitas enzim ini dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi. Suatu teknologi penyimpanan dedak padi dengan cara fermentasi anaerob dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas. Teknologi ini dapat memperpanjang waktu simpan dedak padi. Selain itu, teknologi ini dapat menurunkan kandungan asam fitat dedak padi sehingga penggunaannya dapat lebih maksimal dalam ransum. Asam fitat ini mampu berikatan dengan mineral, protein dan pati membentuk garam atau senyawa komplek, seperti: fitat-mineral, fitat-protein, fitat mineral protein dan fitat-mineral-protein-pati sehingga mineral, protein dan pati yang terkandung dalam ransum tidak dapat optimal digunakan oleh ternak. Irianingrum (2009) melaporkan bahwa perlakuan fermentasi dan lama penyimpanan dapat menurunkan kandungan asam fitat dari 6,70% menjadi 2,07% dan meningkatkan nilai Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dari 63,06% menjadi 69,72%. Dedak yang telah difermentasi dapat disimpan dalam waktu 4 bulan (Maragi, 2010). </p> <p><strong>Fermentasi</strong></p> <p>Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk sehingga menjadi lebih baik. Selain itu juga untuk menurunkan zat anti nutrisi. </p> <p>Medium fermentasi dapat dibagi tiga: </p> <p>a. Medium padat: medium tdk larut, tetapi cukup lembab utk keperluan mikrobia (KA 12–60 %). </p> <p>b. Medium semi padat: medium tdk larut, kelembaban cukup (KA 65 –80 %). </p> <p>c. Medium cair: medium cair substrat larut dan atau tak larut (KA > 80 %) (Pujaningsih, 2005). </p> <p>Teknologi fermentasi anaerob yang digunakan pada pengawetan dedak padi dapat memanfaatkan starter bakteri asam laktat (BAL). Penambahan bakteri asam laktat ini akan mempercepat proses fermentasi. </p> <p><strong>Bakteri Asam Laktat (BAL) </strong></p> <p>Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri anaerob fakultatif yang dapat hidup pada tanaman, saluran pencernaan hewan maupun manusia. Bakteri ini tidak bersifat patogen dan aman bagi kesehatan sehingga sering digunakan dalam industri pengawetan makanan dan minuman (Hardiningsih et al., 2006), seperti: yogurt, minuman fermentasi, mentega fermentasi, keju, saos, kedelai dan sake (Januarsyah, 2007). Bakteri asam laktat dapat menjaga mutu makanan karena dapat mengendalikan pertumbuhan bakteri pengganggu dan pembusuk dengan memproduksi asam organik, hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin. Bakteriosin merupakan suatu senyawa protein yang memiliki sifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteriosin aman digunakan sebagai pengawet makanan karena dapat didegradasi oleh enzim protease yang terdapat dalam tubuh hewan maupun manusia. </p> <p>Bakteri asam laktat, baik yang bersifat homofermentatif maupun heterofermentatif memanfaatkan substrat yang tersedia pada lingkungannya dengan hasil akhir berupa energi dan asam-asam lemah, seperti: asam laktat, asam asetat serta CO2. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dapat bersifat sebagai salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik (Lunggani, 2007). Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan membinasakan bakteri saluran pencernaan yang patogen karena menghasilkan D, L atau DL asam laktat yang terfermentasi (Huis in’t Veld et al., 1994). </p> <p>Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman s€hingga dapat secara otomatis berperan pada saat fermentasi,, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang sempuma (Ridwan et al., 2005). </p> <p><strong>Starter </strong></p> <p>Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% dari volume media yang akan difermentasi. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis. </p> <p><strong>Pembuatan Dedak Padi Fermentasi</strong></p> <p>Dedak padi yang akan diawetkan adalah dedak padi yang masih baru dan segar. Dedak padi selanjutnya ditambah air (50% dari berat dedak padi [v/w]). Air yang ditambahkan sebelumnya dicampur terlebih dahulu dengan molases (3% dari berat dedak padi). Molases merupakan hasil samping industri tebu yang masih mengandung gula cukup tinggi terutama sukrosa (34%). Dedak padi yang telah ditambah air diaduk-aduk sampai merata, selanjutnya dimasukkan drum atau kantong plastik dan ditutup rapat-rapat. Dedak padi yang sudak dimasukkan drum atau plastik selanjutnya difermentasi selama 2 bulan pada suhu kamar (Balitnak, 2010). Apabila dalam pembuatan dedak padi fermentasi molases sukar diperoleh, maka molases dapat diganti dengan gula pasir</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-11739482405126297622011-11-20T06:25:00.001-08:002011-11-20T06:26:32.703-08:00Membuat Minyak Kelapa Fermentasi<p><a href="http://lh6.ggpht.com/--7OUYKDAeEk/TskOEpZmrAI/AAAAAAAAA88/0U0KNRZqI_k/s1600-h/image%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh4.ggpht.com/-KIWzfF5UL0w/TskOFxtb5mI/AAAAAAAAA9E/2Ag1CTPQvwg/image_thumb%25255B2%25255D.png?imgmax=800" width="240" height="192" /></a> Minyak kelapa diproduksi melalui proses kompresi dari kopra, santan dan bio-proses melalui pemanasan santan, yang telah diketahui sejak lama. Bio-proses dari santan kelapa telah dimulai dari penggunaan kultur asli melalui penggunaan enzim-enzim. Akan tetapi sampai saat ini penggunaan metode tersebut tidak popular dalam masyarakat, salah satu masalah adalah bagaimana menangani mikroorganisme yang dikategorikan kompleks atau harga enzim yang mahal. Tempeh inoculum yang termasuk dalam pasar, berpotensi sebagai decomposer santan yang aman dan mudah digunakan dalam produksi fermentasi minyak kelapa tanpa menggunakan kimia dan pemanasan yang tinggi. Bio-proses untuk santan yang menggunakan tempeh inoculum dapat dilakukan tanpa melalui pre-culture (starter), merupakan satu langkah yang penting untuk memfasilitasi aplikasi ini di daerah pedesaan untuk mengolah minyak kelapa fermentasi, hasil minyak di daerah pesisir pantai. Kelapa parut atau krim kelapa yang sudah tidak terpakai yang sudah di inokulasi oleh tempeh inoculum, dicampur dengan baik, dan diinkubasi selama 6 jam pada suhu kamar. Pada proses akhir dari fermentasi ini akan terbentuk dan akan terpisah antara air, minyak dan protein. Akusisi dari minyak melalui proses fermentasi dapat mencapai  100-200 ml per satu buah kelapa tua yang biasanya dapat ditemui di pasaran. Produk yang yang beraroma minyak kelapa  dengan karakteristiknya, adalah cocok untuk pembuatan kosmetik. Pada saat ditambahkan aroma untuk percobaan sebagai pelembab, larutan tercampur secara baik dan bau dapat bertahan lebih dari satu bulan. <br />Buah kelapa secara umum hanya digunakan untuk minyak sayur dan minyak goreng. Pada beberapa tempat juga telah dikembangkan proses produk yang berbeda  dan produk seperti tepung kelapa, nata de coco, coco fiber, and arang tempurung. Walaupun demikian, minyak kelapa murni yang mempunyai nilai tambah yang tinggi belum dikembangkan di Indonesia. Minyak kelapa murni lebih banyak digunakan untuk kesehatan dan kosmetik. Dan minyak goreng juga dibuat secara sederhana, dan tradisional, yang pada dasarnya minyak kelapa dapat dibuat melalui fermentasi. <br /><strong>Minyak Kelapa </strong> <br />VCO dibuat dari buah kelapa segar, yang diproses dengan control pemanasan atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa kimia, dan RDB. Minyak sawit murni seperti di atas mengandung senyawa penting yang diperlukan untuk asupan tubuh kita. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama lauric acid mempunyai peralatan antibiotik, dan anti-bakteri. VCO merupakan proses modifikasi dari pembuatan minyak kelapa sehingga hasil produk dengan kandungan air dan bebas lemak jenuh yang rendah, tanpa warna, beraroma, dan mempunyai jangka waktu penyimpanan yang lama yakni lebih dari 12 bulan. <br />Pengolahan minyak kelapa murni memberikan banyak keuntungan yang tidak memerlukan dana yang mahal karena bahan mentah mudah didapatkan dengan harga yang murah, dengan proses yang sederhana dan tidak terlalu rumit, dan menggunakan energy secara minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga bahan kimia dan kandungan nutrisi dapat dipertahankan terutama asam lemak di dalam minyak. Apabila  dibandingkan dengan minyak sawit atau yang dikenla dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra), minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa yang terbuat dari kopra berubah warna menjadi coklat emas, berbau dan mudah tengik sehingga masa penyimpanan tidak lama (kurang dari dua bulan). Dari segi ekonomi, minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada minyak kelapa dari kopra sehingga studi mengenai VCO perlu dikembangkan. <br />Tanaman kelapa telah menjadi sumber makanan sejak lama. Buah kelapa menjadi satu kesatuan dari masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan tradisional, daging kelapa merupakan sumber nutrisi yang terdapat dalam santan kelapa dengan rasa yang enak. <br />Ada beberapa cara untuk membuat ekstra minyak kelapa dari buahnya, dari segi fisik, kimia dan fermentasi. Proses secara tradisional dengan cara fisik (pemanasan) yaitu menghasilkan minyak dengan kualitas yang rendah karena kandungan air yang tinggi dengna hasil kualitas yang tidak baik (jumlah asam dan peroxida yang tinggi). Ekstraksi minyak secara kimia yang berarti menyebabkan penurunan kualitas dari nutrisi-nutrisi yang penting seperti  asam laurat dan tocopherol dan jumlah peroxida meningkat. <br /><strong>Minyak Kelapa Fermentasi </strong> <br />Fermentasi merupakan proses produksi energy didalam sel  pada kondisi anaerobic (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi merupakan bentuk dari respirasi anaerobic, akan tetapi terdapat definisi yang jelas yang menjelaskan fermentasi sebagai respirasi dalam keadaan anaerobic, tanpa adanya eksternal acceptor electron, gula merupakan bahan yang biasa ada dalam fermentasi.  Beberapa contoh dari hasil fermentasi adalah ethanol, lactic acid, dan hydrogen. Tetapi, beberapa senyawa dapat dihasilkan melalui fermentasi, seperti butyric acid dan acetone. Ragi merupakan bahan yang biasa digunakan untuk menghasilkan ethanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobic pada binatang mamalia pada saat mereka bekerja keras (yang tidak mempunyai eksternal acceptor electron). Dapat dikategorikan dalam bentuk  minyak kelapa fermentasi merupakan keuntungan dalam hal jangka waktu, cepat berbau tengik dan hampir tidak mengandung kolesterol. <br />Minyak kelapa fermentasi mengandung lebih dari 95% triglycerides dan beberapa jenis asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh termasuk lauric acid, myristic, palmitic, dan stearic, sedangkan asam lemak tak jenuh termasuk oleic acid, linoleic, dan linolenic. Yang mendominasi asam lemak jenuh adalah lauric acid. Kelebihan dari proses ekstraksi fermentasi adalah pada cara yang sederhana sehingga dapat memproduksi secara praktis, efesien dalam penggunaan bahan bakar, tidak meninggalkan residu yang banyak, jumlah asam yang rendah, jumlah peroxide yang rendah, dengan jangka waktu penyimpanan yang lama, lebih beraroma, dan tanpa kolesterol-senyawa yang diinduksi. <br />Dalam biologi, minyak kelapa fermentasi lebih aman dan menguntungkan daripada minyak kelapa yang diproses secara tradisional yang terbuat dari kopra, karena dapat mencegah masuknya infeksi melalui binatang/insek dan mencegah berkembangnya jamur  yang berpotensi toxin. Hasil minyak/bahan bakar  yang disebut "kelentik" yang diproses secara tradisional tidaklah menguntungkan secara ekonomi dan kualitasnya rendah, oleh karena itu persaingan di pasar lokal dan regional juga rendah. <br />Proses ekstraksi minyak menggunakan enzim fermentasi pemecah emulsi santan. Kultur mikroba yang digunakan diharapkan mempunyai kegiatan yang berperan sebagai proteolytic, amilolitik, dan lipolytic dalam hidrolisis dari protein, karbohidrat dan lemak. Tujuan dari studi ini adalah untuk mencoba kemampuan enzimatik dari kultur mikroba untuk ekstraksi dari minyak kelapa dalam proses fermentasi. <br /><strong>Tehnik/cara Fermentasi </strong> <br />Ada beberapa cara yang berbeda untuk mendapatkan minyak dari buah kelapa. Beberapa diantaranya adalah: <br /><strong>1.    Metode Basah </strong> <br />Metode  ini relative sederhana. Parut daging kelapa, kemudian tambahkan air, dan peras sehingga menghasilkan santan kelapa. Kemudian santan kelapa dipsahkan dari minyak dan airnya. Pemisahan dapat dilakukan melalui pemanasan atau sentrifugasi. <br /><strong>2.    Metode Peras </strong> <br />Bagaimana memeras/menekan daging kelapa kering (kopra). Proses ini memerlukan investasi substansial untuk pembelian peralatan dan mesin. <br /><strong>3.    Ekstraksi Pelarut </strong> <br />Metode ini menggunakan cairan pelarut (setelah ini disebut pelarut saja) yang dapat larut dalam minyak.Pelarut menggunakan titik didih yang rendah, sangat mudah menguap, tidak mempengaruhi minyak secara kimia, residu tidak beracun. Walaupun metodenya sangat sederhana, tetapi jarang digunakan karena biayanya relative mahal. <br /><strong>Bagaimana Melakukan Proses Fermentasi dengan Metode Basah </strong> <br />Dalam proses fermentasi , didiamkan untuk memisahkan kepala santan dan skim. Selanjutnya, krim yang sudah melalui proses fermentasi membantu pembekuan dari non-minyak (protein-protein utama)selama proses pemanasan. Mikroba yang berkembang selama proses fermentasi, khususnya asam – memproduksi mikroba. Produksi asam menyebabkan protein santan menggumpal dan mudah terpisah selama pemanasan. <br /><strong>1.    Bahan </strong> <br />Kelapa parut (8 kg), air kelapa, air hangat, dan 5 g ragi roti <br /><strong>2.    Alat </strong> <br />Timbangan, , gallon, kompor, wadah, pemeras santan, saringan, selang dan Erlenmeyer <br /><strong>3.        Cara Kerja </strong> <br />a.    Siapkan alat dan bahan-bahan <br />b.    Peras  parutan kelapa untuk mendapatkan santan kelapa yang sebelumnya telah ditambahkan air panas. <br />c.    Biarkan cairan selama 45 menit untuk memisahkan kulit susu dan krimnya, setelah terpisah hisap keluar skim menggunakan selang. <br />d.    Setelah tinggal krim/santan kepala, tambahkan santan murni kedalam krim tadi dan akhirnya tambahkan ragi dan langsung dikocok agar ragi tercampur pada santan. <br />e.    Tutup gallon dan tambahkan udara pada tube Erlenmeyer untuk menghindari ledakan <br />f.    Biarkan proses fermentasi selama 24 jam dan awasi terus. <br />g.    Sesudah proses fermentasi, pisahkan antara minyak, protein dan air kelapa. <br />h.    Masak minyak dan protein untuk menghilangkan kandungan air. <br />i.    Terakhir, saring sisa minyak hasil fermentasi dan kita mengambil hasil minyak kelapa. <br /><strong>Keuntungan Metode Fermentasi daripada Proses Tradisional </strong> <br />Teori mengatakan bahwa ekstraksi minyak pada proses fermentasi, enzim-enzim meliputi/terdapat pemecah emulsi santan. Kegiatan enzim dipengaruhi oleh konsentrat substrat, konsentrat enzim, pH, temperatur dan durasi dari reaksi enzim. Sehingga semua proses dalam pengolahan minyak kelapa harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan. <br />Pertama, tujuan penambahan air kedalam parutan kelapa adalah agar protein dalam kelapa dapat ditemukan dengan cepat, sehingga pada saat proses pemerasan kelapa untuk mendapatkan santan, hasilnya akan baik sekali. Kemudian, tujuan dari pemisahan skim dan santan kelapa adalah untuk memfasilitasi proses fermentasi, pada saat skim tidak terpisah, proses fermentasi akan berlangsung lebih lama karena bahan dalam fermentasi tersebut terlalu banyak/berlebihan. <br />Kedua, tujuan penambahan santan adalah untuk menambah ragi pada santan, karena air kelapa mengandung gula, dan menyatu pada saat proses fermentasi, sehingga pada akhir proses kita akan mendapatkan residu minyak yang rasanya pahit. Selama proses anaerobic fermentasi terjadi, tanpa mendapatkan udara/oksigen dari luar, tetapi pada saat fermentasi berlangsung letakkan selang pada gallon dan masukkan pada aliran air sehingga dapat terlihat gelembung udara   yang besar keluar pada saat proses berlangsung, dan itu bukan ledakan. <br />Selanjutnya, keuntungan dari proses fermentasi ini adalah produknya bisa tahan lama, mudah berbau tengik, dan hampir tidak mengandung kolesterol. Minyak kelapa dari metode fermentasi ini mengadung lebih 95% triglycerides (triglyceride) dan beberapa jenis asam lemak jenuh dan tidak jenuh.  Dalam ilmu biologi, minyak kelapa dari proses fermentasi lebih aman dan menguntungkan daripada minyak kelapa yang dihasilkan dari kopra, karena dapat mencegah masuknya infeksi oleh binatang kecil/insek dan afla toxin yang menghasilkan racun yang berbahaya. <br />Sebagai tambahan, keuntungan lainnya adalah dalam hal penghematan bahan bakar, karena proses pemanasan hanya memerlukan waktu 15 menit, sedangkan waktu pemanasan untuk minyak kelapa tradisional memerlukan kurang lebih 5 jam. Dari hasil yang dicapai, tidak dapat dibandingkan dengan minyak kelapa yang memakai cara tradisional, karena tidaklah praktis apabila hasilnya hanya 1.7 L. <br /><em><a href="http://farm-industry.blogspot.com/2010/10/how-to-make-coconut-oil-from_09.html">Dari Industri Perkebunan (Indonesia)</a>, Mr. Akbar Arsyad, Lulusan Teknologi Agroindustri </em> dalam : <a href="http://coconutmic.com/id/berita-industri/111-how-to-make-coconut-oil-from-fermentation-method" target="_blank">Coconutmic.com</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-77728458376967533822011-11-20T06:22:00.001-08:002011-11-20T06:22:35.897-08:00Cara Membuat Yoghurt yang Benar<h3></h3> <p><img style="margin: 0px 10px 0px 0px" title="membuat yogurt" alt="membuat yogurt" align="left" src="http://bisnisukm.com/wp-content/uploads/2008/01/yogurt.jpg" width="236" height="175" /><strong> Yoghurt </strong>merupakan salah satu <a href="http://bisnisukm.com/ebook-aneka-olahan-susu.html">olahan susu</a> yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Di pasaran yoghurt terbagi dalam dua jenis, yang pertama adalah yoghurt plain yaitu yoghurt tanpa rasa tambahan dan yang kedua adalah drink yoghurt yaitu yoghurt plain yang oleh produsen telah ditambahkan perasa tambahan <a href="http://bisnisukm.com/video-tutorial-bisnis-aneka-olahan-keripik-buah-dan-sayur.html">buah-buahan </a>seperti rasa <a href="http://bisnisukm.com/melongok-investasi-stroberi-organik.html">strawberry</a>, jeruk ataupun leci .</p> <p><strong>Kelebihan Yoghurt :</strong> <br />Bila di nilai dari kandungan gizinya, yoghurt tidaklah kalah dengan  susu pada umumnya. Hal ini karena bahan dasar yoghurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :</p> <ol> <li>Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (yang ditandai dengan diare) karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi  yoghurt. </li> <li>Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yoghurt mengandung bakteri <em>lactobasillus</em>. <em>Lactobasillus</em> berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah kita yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging. </li> <li>Meningkatkan daya tahan tubuh kita karena yoghurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu kita. </li> </ol> <p><a href="http://bisnisukm.com/cara-membuat-yogurt-yang-benar.html"><strong>Cara Pembuatan Yoghurt</strong> <strong>yang Benar</strong></a> <br />Walaupun terlihat sulit, pembuatan yoghurt sebenarnya sangat sederhana. Alat-alat yang kita butuhkan tidaklah terlalu rumit, seperti panci berukuran kira-kira 40 cm, sendok pengaduk, toples kaca dengan tutup. Semua peralatan ini dapat diperoleh dengan mudah dipasar-pasar atau pusat pembelanjaan seperti Carrefour. Bahan utama yang dibutuhkan untuk pembuatan yoghurt hanyalah susu. Susu ini dapat berupa susu cair langsung tetapi yang perlu diperhatikan susu yang digunakan harus susu putih.</p> <p><strong>Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :</strong></p> <ol> <li>Siapkan susu yang sudah dicairkan dengan air matang sebanyak 1 liter lalu tambahkan susu krim sebanyak 15%. </li> <li>Masak dengan api kecil sambil diaduk terus selama 30 menit tetapi jangan sampai mendidih. Hal ini hanya bertujuan untuk menguapkan air sehingga nantinya akan terbentuk gumpalan atau solid yoghurt. </li> <li>Jika sudah, solid yoghurt lalu diangkat dan didinginkan kira-kira sampai hangat-hangat kuku baru kemudian ditambahkan bibit yoghurt sebanyak 2 – 5% dari jumlah yoghurt yang sudah mengental tadi. Bibit yoghurt memang tidak dijual di pasaran secara bebas tetapi dapat anda peroleh disalah satu toko. Atau secara sederhananya kita dapat menggunakan yogurt yang plain (tanpa rasa tambahan), tanpa gula dan tanpa aroma sebagai bibit yoghurt. </li> <li>Diamkan selama 24 jam dalam wadah tertutup untuk menghasilkan rasa asam dan bentuk yang kental . </li> <li>Semakin tinggi total solidnya maka cairan bening yang tersisa semakin sedikit, dan yoghurt yang dihasilkan semakin bagus. Solid yoghurt yang belum diberikan tambahan rasa ini dapat juga dijadikan bibit yoghurt untuk pembuatan selanjutnya. </li> <li>Setelah berbentuk yoghurt dapat ditambahkan sirup atau gula bagi yang tidak kuat asamnya, bahkan bisa ditambahkan dengan perasa tambahan makanan seperti rasa jeruk, strawberry dan leci yang dapat kita peroleh di apotek-apotek. Yoghurt dapat disajikan tidak hanya sebagai minuman, tetapi juga dapat disajikan bersama salad buah sebagai sausnya ataupun sebagai bahan campuran es buah. </li> <li>Yoghurt yang sudah jadi dapat ditempatkan di wadah plastik ataupun kaca. Kalaupun kita ingin menggunakan wadah plastik sebaiknya yang agak tebal, akan tetapi bila ingin menyimpan yoghurt untuk waktu yang lebih lama sebaiknya menggunakan wadah kaca. </li> </ol> <p>Kebersihan merupakan hal yang harus sangat kita perhatikan, sehingga sebaiknya semua alat yang digunakan direbus terlebih dahulu dalam air mendidih selama 5-10 menit. Apabila kebersihan tidak dijaga dapat mengakibatkan <a href="http://bisnisukm.com/froyo-cara-lain-menikmati-sensasi-yoghurt.html">yoghurt</a> tidak jadi, dengan ciri-ciri tidak berasam walaupun berbentuk solid, di permukaan solid ditumbuhi jamur yang berbentuk bintik-bintik hitam dan berbau asam yang sangat tajam. <br />Untuk yoghurt yang kita buat sendiri sebaiknya paling lama  penyimpanannya selama 1 minggu.</p> <p>Selain masalah kebersihan, masalah penyimpanan yoghurt juga perlu untuk diperhatikan.</p> <p><strong>Ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :</strong></p> <ol> <li>Yoghurt tidak boleh terkena sinar matahari. </li> <li>Tidak boleh ditaruh dalam suhu ruangan, harus disimpan dalam suhu dingin/kulkas tetapi juga tidak boleh diletakkan dalam freezer. Yoghurt tidak boleh disimpan dalam freezer karena bahan dasar yoghurt yang berupa susu dapat pecah dan justru itu akan merusak yoghurt. </li> </ol> <p><strong>Tips Memilih Yogurt</strong> <br />Bila anda tidak sempat membuat dan ingin membeli yogurt di pasaran maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :</p> <ol> <li>Pilihlah yoghurt yang kental. </li> <li>Pilihlah yoghurt yang disimpan di suhu dingin jangan yang di luar karena biasanya sudah disterilkan lagi sehingga mikroorganismenya sudah tidak ada. </li> <li>Dicermati labelnya yang plain yoghurt atau yang drink yoghurt disesuaikan dengan kebutuhan kita. </li> <li>Dicermati tanggal kadaluarsanya. </li> </ol> <p><small>sumber gambar: <a href="http://bisnisukm.com/cara-membuat-yogurt-yang-benar.html" target="_blank">Bisnisukm.com</a></small></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-68759241495308491862011-11-18T12:36:00.001-08:002011-11-18T12:36:12.637-08:00Membuat Pupuk Organik Cair Dari Urine Kelinci<p>I. PENDAHULUAN</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz5WBhVJpORzVlltUvQjHa5HmkUW-KrNrW43983lPmTHo0TIEUIutLHzOIvx7PVxlqe11m3XGndNfHwp0UU4TSzOrfasEFmOGvXwXoOl1kBMNCJGYdON4-WbY8eTwd5zrCSmx7Zia0U_g/s1600-h/E.bmp"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" border="0" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz5WBhVJpORzVlltUvQjHa5HmkUW-KrNrW43983lPmTHo0TIEUIutLHzOIvx7PVxlqe11m3XGndNfHwp0UU4TSzOrfasEFmOGvXwXoOl1kBMNCJGYdON4-WbY8eTwd5zrCSmx7Zia0U_g/s200/E.bmp" width="125" height="91" /></a>Pada dekade terakhir ini banyak petani mengeluh tentang tingginya harga sarana produksi terutama pupuk kimia, banyak petani yang tidak mampu lagi untuk membeli pupuk kimia, sehingga produksi hasil usaha taninya rendah. <br />Sebagai alternatif untuk mengatasi masalah tersebut petani memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Namun limbah organik seperti sisa-sisa tanaman dan limbah ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanah, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. <br />Limbah cair urien kelinci sementara ini banyak tidak digunakan oleh para peternak kelinci, padahal urine (kencing ) kelinci yang sudah diolah menjadi pupuk organik cair, tidak hanya bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan mengembalikan kesuburan lahan, tetapi dapat juga untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Bahkan bila hasilnya dalam jumlah banyak, tidak hanya untuk kebutuhan sendiri, akan tetapi dapat juga dijual untuk<a href="http://www.formulabisnis.com/?id=sepdinsba"> menambah pendapatan.</a> <br />Berikut ini kami sajikan bagaimana mengolah limbah cair dari air kencing atau urien kelinci yang dapat dibuat untuk bahan baku pupuk organik yaitu sebagai pupuk organik cair. <br />II. BAHAN DAN ALAT <br />A. Bahan : <br />1. Urin Kelinci : 100 liter <br />2. Laos / Lengkuas : 5 kg <br />3. Temu ireng : 5 kg <br />4. Jahe : 5 kg <br />5. Kencur : 5 kg <br />6. Kunyit : 5 kg <br />7. Daun Sambiloto/Mimbo : 5 kg <br />8. Azotobacter : 100 cc <br />9. Ruminobacter : 100 cc <br />10. Tetes tebu : 2 liter <br />B. Alat : <br />1. Pisau <br />2. Alu dan Lumpang <br />3. Penggiling daging <br />4. Drum Plastik</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCmusVSEnpb-bwvQMsYnZZ8e3eaUwBVOni4Y4DhMr8q3we9q2wxT-igaySz8AwyIHQM8XxY09bIRl-JXnpiHGd_FWREdVv_FzetZfDILPQ9fufwfNBmT_yYE-5uQ1MVNHCUVjIagPv3iU/s1600-h/alat.bmp"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCmusVSEnpb-bwvQMsYnZZ8e3eaUwBVOni4Y4DhMr8q3we9q2wxT-igaySz8AwyIHQM8XxY09bIRl-JXnpiHGd_FWREdVv_FzetZfDILPQ9fufwfNBmT_yYE-5uQ1MVNHCUVjIagPv3iU/s200/alat.bmp" width="107" height="131" /></a></p> <p>III. CARA MEMBUATNYA <br />1. Semua empon-empon diiris-iris pakai pisau kemudian ditumbuk bersamaan dengan daun sambiloto / mimbo.. <br />2. Sesudah ditumbuk kemudian digiling lalu disaring (diperas) diambil air perasannya <br />3. Masukan urine kelinci dalam drum yang sudah disiapkan. <br />4. Masukan air empon-empon, tetes, Fermenter (Azotobacter dan Ruminobacter). Aduk sampai rata kira-kira 3 - 4 jam. <br />5. Tutup drum dan Letakan drum di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan curah air hujan langsung, diamkan selama 7 hari <br />6. Pada hari ke 8 Campuran urine kelinci dibuka dan diputar dengan pompa (aerator) dinaik-turunkan lewat selang minimal setinggi 4 m selama 6 - 7 jam ( Pemutaran ini dimaksudkan untuk menguapkan amoniak yang bersifat racun bagi tanaman dan untuk mengurangi bau ) <br />7. Campuran air kencing kelinci sudah jadi dan dapat digunakan untuk pupuk organik cair. <br />IV. CARA PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK CAIR URINE KELINCI PLUS <br />250 ml pupuk organik cair urien kelinci plus dicampur dengan 14 liter air <br />bersih, dan semprotkan pada seluruh bagian tanaman.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHm8_lm52gG_-EV_EO3IbpnXXfzmGqZYXRZEnzPs6gh2v52baIG0eK2kpD5lHrySduKqxEfccjrG-1-LJ2QPOi8LVGmPDg9BUkqCQeaax3B4LCi-ZMccmz8UyzND2FOrLhJOYpVbASpv0/s1600-h/W5.bmp"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHm8_lm52gG_-EV_EO3IbpnXXfzmGqZYXRZEnzPs6gh2v52baIG0eK2kpD5lHrySduKqxEfccjrG-1-LJ2QPOi8LVGmPDg9BUkqCQeaax3B4LCi-ZMccmz8UyzND2FOrLhJOYpVbASpv0/s200/W5.bmp" width="144" height="98" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7EbZU54OXKe0FOc5uoj86nTDGSiUl0nShL3I8rrHYabUPV4ZR20flAO7f8jdtQeSXBmL1Y_HaJHIfgVhRuuuaQAf3oR_8tEMylyefwJMAHcgaofRdkos0fNuc7ZjlXdqvlbbDhQwb6uA/s1600-h/W3.bmp"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7EbZU54OXKe0FOc5uoj86nTDGSiUl0nShL3I8rrHYabUPV4ZR20flAO7f8jdtQeSXBmL1Y_HaJHIfgVhRuuuaQAf3oR_8tEMylyefwJMAHcgaofRdkos0fNuc7ZjlXdqvlbbDhQwb6uA/s200/W3.bmp" width="139" height="94" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8c8KGyDjOt5KdI3N5PYfGYOKrihJ5q0Rhux0qmJGmDPX0NVo9m7f4l5aiHCfuv7DwhTAiSITNc5Gra49yOpb7hMWJGUBjixtdGkeLz0TH3zzYZ9Ojw-RTjUIeZIE3SqxLNP7qx1aBB80/s1600-h/W4.bmp"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8c8KGyDjOt5KdI3N5PYfGYOKrihJ5q0Rhux0qmJGmDPX0NVo9m7f4l5aiHCfuv7DwhTAiSITNc5Gra49yOpb7hMWJGUBjixtdGkeLz0TH3zzYZ9Ojw-RTjUIeZIE3SqxLNP7qx1aBB80/s200/W4.bmp" width="139" height="95" /></a></p> <p><b>Selain dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik cair urin kelinci Plus bermanfaat juga untuk pertumbuhan tanaman, herbisida pra tumbuh dan sekaligus dapat mengendalikan serangan hama penyakit. Mengusir hama tikus, walang sangit dan serangga kecil pengganggu lainnya.</b> <br />Uji Terap               : di Kelompok Tani SURYA TANI ORGANIK <br />                                Gapoktan Makaryowono Ds. Tlogowero <br />                                Bansari - Temanggung - Jateng <br />Sumber Teknologi  : BPTP Jateng</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-84785790120137345982011-11-18T12:33:00.001-08:002011-11-18T12:34:01.373-08:00PUPUK ORGANIK CAIR (FERINSAJA)<p>FERINSAJA</p> <p><b>( FERMENTASI URINE SAPI JATINOM)</b></p> <p>PENYELAMAT LINGKUNGAN</p> <p><b>PENDAHULUAN</b><b></b></p> <p>Kesuburan tanah merupakan modal dasar usaha pertanian, dengan kesuburan tanah ini para Petani merasakan akan pentingnya menjaga kesuburan tanah, apabila kesuburan tak dijaga hasil produksi akan menurun walaupun petani sudah berusaha semaksimal munggkin untuk memberikan pupuk kimia , yang senantiasa akan membuat perubahan-perubahan pada kondisi tanah, baik sifat fisik tanah ( tekstur tanah ) maupun sifat kimia tanah ( keasaman, kandungan unsure hara tanah ) dan lain-lain. Perubahan-perubahan inilah yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga akan menimbulkan banyaknya penyakit maupun produksi akan turun.</p> <p>Disisi lain peternak sapi merupakan aset yang sangat penting dalam pengembalian kesuburan tanah, sebab pada usaha ini selain memproduksi daging dan susu, akan mengehasilkan limbah padat dan cair yang sangat tak tenilai harganya, limbah ini bila tidak dikelola dengan baik dan benar akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan ( pencemaran lingkungan /Polusi ) namun bila dikelola dengan baik akan merupakan keuntungan bagi para petani sebab merupakan pupuk organic yang sangat baik.</p> <p>Pupuk ini sangat baik bagi pengembalian kesuburan tanah, limbah padat bisa dibuat Bokhasie dan limbah cair dibuat Ferinsaja, dengan pangguanan Ferinsaja, penggunaan pupuk kimai (N) dapat ditekan hingga 50 % untuk tahap pertama, dan tahap selanjutnya penggunaan pupuk kimia (N) bisa dikurangi lagi, Ferinsaja selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dan akan merubah sifat-sifat tanah karena banyak mengandung mikrobia yang dapat membantu pengembalikan kesuburan tanah. Selain itu keunggulan Ferinsaja ini merupakan pupuk organik cair yang sangat mudah diserap oleh akar tanaman serta mengurangi serangan hama dan penyakit.</p> <p>       Ada bermacam-macam cara atau formula pembuatan Ferinsaja, hal ini sebab akan desesuaikan dengan potensi/ketersediaan bahan lokal yang ada. Dalam brosur  ini akan kami sajikan secara garis besar pembuatan verinsaja yang paling efektif dan murah, namun manfaatnya tidak kalah dengan formula atau pupuk organik lain yang beredar dipasaran </p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVX3bXBZKGa7Sqb7laXildv7l-BKwknknOhmPk2P9uEoytpScC9bJR2ADXLdkVeX9Vf4HNtginOQNL0hMh5r4gOsUTJ6phsPV97-3w1ojIvihVOSkSMMTe_cxfCREy5RnTFDgY6q7ihKM/s1600/DSCN0417.JPG"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVX3bXBZKGa7Sqb7laXildv7l-BKwknknOhmPk2P9uEoytpScC9bJR2ADXLdkVeX9Vf4HNtginOQNL0hMh5r4gOsUTJ6phsPV97-3w1ojIvihVOSkSMMTe_cxfCREy5RnTFDgY6q7ihKM/s200/DSCN0417.JPG" width="200" height="150" /></a></p> <p>CARA PEMBUATAN</p> <p><b>CARA PEMBUATAN FERINSAJA </b></p> <p>Bahan :</p> <p>1. Urine sapi 100 lt.</p> <p>2. Isi Rumen Kambing 3 Ekor.</p> <p>3. 5 Lt Molase/Tetes tebu</p> <p>4. Susu Skim 5 Kg</p> <p>5. 10 Kg Taoge (Kecambah)</p> <p>6. 5 Kg Tomat</p> <p><b>ALAT :</b></p> <p>1. Drum kapasitas 150 lt</p> <p>2. Ember</p> <p>3. Gayung</p> <p>4. Pengaduk</p> <p>5. Jeligen</p> <p>6. Penumbuk/ Blender</p> <p>7. Sarinagn</p> <p><b>Cara Pembuatan :</b></p> <p>1. Campur dan aduk susu skim dengan Urin sapi sedikit demi sedikit hingga benar-benar larut    (Larutan I )</p> <p>2. Campur molase dengan Urine hingga larut       (Campuran II )</p> <p>3. Masukan Campuran I dan Campuran II kedalam Drum volume 150 Lt</p> <p>4. masukan isi rumen kedalam campuran didalam drum dan diaduk hingga rata (homogen)</p> <p>5. Habiskan urine sapi hingga 100 lt sehingga akan terdapat rongga udara ± 1/3 bagian yang kososng untuk rongga udara yang akan terbentuk</p> <p>6.  Tutup rapat drum tersebut dan diaduk 2 hari sekali  dan biarkan hingga 1 minggu </p> <p>7. Setelah 1 minggu Taoge dan tomat kita haluskan (diblender) , masukan pada ferinsa tersebut.</p> <p>8. Tunggu ferinsa 1 minggu lagi agar proses dekomposisi selesai, ferinsa akan selesai mengalami dekomposisi setelah umur  minnggu kemudian  maka siap untuk diaplikasikan. </p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEBF2mMS9E2MVwkzNpV2sHARJLWrQyql6jo6idd_fr1Vwj4i2JyUJy3MaQHzreJCLq7T3JdkDJnJzET2sVtxsoZxMtPEonhp4IJoV2Ij18yykbo-g-ujNkYR4NAclnOW_GSiPh0kkGB0U/s1600/DSCN0472.JPG"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEBF2mMS9E2MVwkzNpV2sHARJLWrQyql6jo6idd_fr1Vwj4i2JyUJy3MaQHzreJCLq7T3JdkDJnJzET2sVtxsoZxMtPEonhp4IJoV2Ij18yykbo-g-ujNkYR4NAclnOW_GSiPh0kkGB0U/s200/DSCN0472.JPG" width="200" height="150" /></a></p> <p>CARA PENGGUNAAN</p> <p><b>Cara penggunaan <i>(Aplikasi) :</i></b></p> <p><b>Tanaman Padi dan jagung :</b></p> <p>· Penyemprotan/pengkocoran pada pagi/sore hari </p> <p>· Dilakukan 3X pada umur 1,3,5 minggu HST</p> <p>· Dosis 25 lt untuk 1 musim tanam/Ha</p> <p>· Tahap pemakaian pertama pupuk kimia bisa ditekan/dikurangi 50 %</p> <p>· Tahab musim tanam berikutnya penekanan ditingkatkan menjadi 70 % dan seterusnya</p> <p><b>Tanaman hortikultura :</b></p> <p>· Penyemprotan/pengkocoran pada pagi/sore hari </p> <p>· Dilakukan 5 s/d 7 X pada umur 1,3,5,7.9,11,13 minggu HST</p> <p>· Dosis 75 lt untuk 1 musim tanam/Ha</p> <p>· Tahap pemakaian pertama pupuk kimia bisa ditekan/dikurangi 50 %</p> <p>· Tahab musim tanam berikutnya penekanan ditingkatkan menjadi 70 % dan seterusnya</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuAZzYMfeJuQBv_ni0vrT4bhWwSjSnXNV-cSZ8YQu60_-ckYpUpCuPW0nUxMEgfkkFFijejwmKh9tFS0gCoMQKgnfZQieqi8xrGgueq2biIL5lg-eZH6m68q_mpGRz6IHxNh8xdLsKoOc/s1600/BALIOHO+KCL.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuAZzYMfeJuQBv_ni0vrT4bhWwSjSnXNV-cSZ8YQu60_-ckYpUpCuPW0nUxMEgfkkFFijejwmKh9tFS0gCoMQKgnfZQieqi8xrGgueq2biIL5lg-eZH6m68q_mpGRz6IHxNh8xdLsKoOc/s200/BALIOHO+KCL.jpg" width="133" height="200" /></a></p> <p>MARI BERSAMA-SAMA  MENYELAMATKAN ALAM</p> <p><i>***Ingat penggunaan Ferinsaja</i><i> harus bersamaan penggunaan pupuk organik/kompos agar lebih efektif.</i></p> <p><i>*** Ingat tanah adalah titipan bagi anak cucu maka jagalah kesuburan tanah agar kita tidak mewariskan tanah yang tandus dan bencana bagi anak cucu kita.</i></p> <p>sumber : <a href="http://bppjatinomklaten.blogspot.com/2011/04/pupuk-organik-cair-ferinsaja_15.html" target="_blank">Jatinom</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-76692505702929082902011-11-18T12:31:00.001-08:002011-11-18T12:31:57.584-08:00cara pembuatan pupuk organik cair dari urine kelinci<p>Cara pembuatan yang diberikan pelatihan sebagai berikut :</p> <p><strong>A. Baha</strong>n</p> <ol> <li>Urin Kelinci : 10 liter </li> <li>Laos / Lengkuas : 0,5 kg </li> <li>Temu ireng : 0,5 kg </li> <li>Kencur : 5 kg </li> <li>Kunyit : 5 kg </li> <li>EM4 : 20 – 40 cc </li> <li>gula merah : 0,2 liter </li> </ol> <p><strong>B. Alat :</strong></p> <ol> <li><strong></strong>Pisau </li> <li>Alu dan Lumpang </li> <li>Penggiling daging </li> <li>Drum Plastik </li> </ol> <p><strong>c. Cara membuatnya.</strong></p> <ol> <li><strong></strong>Semua empon-empon diiris-iris pakai pisau kemudian ditumbuk </li> <li>Sesudah ditumbuk kemudian digiling </li> <li>Masukan urin kelinci dalam drum yang sudah disiapkan. </li> <li>Masukan semua empon-empon, tetes, EM4, . Aduk sampai rata kira-kira ½ jam. </li> <li>Tutup drum dan diamkan. Letakan drum di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan curah air hujan langsung. </li> <li>Setiap hari aduk dua kali dan tutup kembali. </li> <li>Dalam waktu sekitar 14 hr, campuran air kencing kelinci sudah jadi dan dapat digunakan untuk pupuk organik cair. </li> </ol> <p><strong>D. Cara penggunaan pupuk organik cair urine kelinci</strong></p> <p><strong></strong>250 ml pupuk organik cair urien kelinci plus dicampur dengan 14 liter air bersih, dan semprotkan pada seluruh bagian tanaman.  Selain dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik cair urin kelinci Plus bermanfaat juga untuk pertumbuhan tanaman, herbisida pra tumbuh dan sekaligus dapat mengendalikan serangan hama penyakit. Mengusir hama tikus, walang sangit dan serangga kecil pengganggu lainnya.</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-38408599819606304412011-11-18T12:29:00.001-08:002011-11-18T12:29:41.964-08:00Cara membuat pupuk cair organik<p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgbjtyurqHdStPEjqX2A6KKFQ45zmnIbaUCn_1Ft8VJIC1OMDzXDpHYRZGeptTQCW1SBIsGwB90LtQsc7v14oUFyV4UxkfJbRx843V0CABUOEx7herfUJyNWo5sMiC2uWJVH089zPtJfw/s1600/pupuk-cair.jpg"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" border="0" alt="" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgbjtyurqHdStPEjqX2A6KKFQ45zmnIbaUCn_1Ft8VJIC1OMDzXDpHYRZGeptTQCW1SBIsGwB90LtQsc7v14oUFyV4UxkfJbRx843V0CABUOEx7herfUJyNWo5sMiC2uWJVH089zPtJfw/s320/pupuk-cair.jpg" /></a> <br />Bahan dan Alat: <br />1 liter bakteri <br />5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya) <br />0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya <br />1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air <br />30 kg kotoran hewan <br />Air secukupnya <br />Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat <br />Cara Pembuatan: <br />Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. <br />Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. <br />Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. <br />Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. <br />Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. <br />Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya. <br />Kegunaan: <br />Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. <br />Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. <br />Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-60374867237905429472011-11-18T12:26:00.001-08:002011-11-18T12:26:45.148-08:00Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair (POC)<p>Pupuk konvensional, kimiawi, sintetis, artifisial, setelah memberikan “keajaiban” di masa “revolusi hijau”, ternyata menghasilkan banyak masalah. Pertama menurunkan kesuburan tanah, selanjutnya… ketergantungan, harga mahal, barang langka, marak pemalsuan, dan silakan teruskan sendiri. <br />Lalu, kenapa tidak membuatnya dengan tangan sendiri. Bahannya, mudah didapat di sekitar kita.</p> <p>Berikut, salah satu cara mudah membuat <a href="http://cikembar.blogspot.com/2010/08/usaha-pembuatan-pupuk-organik-instan.html">pupuk organik </a>(organic fertilizer) dalam wujud cair. <br />Bahan dan alat: </p> <ol> <li>Kotoran domba/kambing </li> <li>Air bersih (dalam artian tidak tercemar bahan kimia beracun/berbahaya) </li> <li>Ragi tape (boleh ditambah bioaktivator seperti yang banyak dijual di pasar, kalau ada) </li> <li>Tong/drum ukuran volume 100-120 liter </li> </ol> <p>Hanya dengan empat langkah sederhana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Klik pada gambar untuk memperbesar tampilan):</p> <p><a href="http://cikembar.files.wordpress.com/2010/08/membuat-pupuk-organik-cair11.jpg"><img border="0" alt="" src="http://cikembar.files.wordpress.com/2010/08/membuat-pupuk-organik-cair11.jpg?w=300" /></a></p> <p>Setelah satu pekan, pupuk dapat digunakan. Paling cocok untuk diterapkan pada tanaman hortikultura.</p> <p>Sebelum digunakan untuk memupuk, campurkan 15 cc air POC ke dalam 1 liter air. Berikan pada tanaman 1 minggu 1 kali. Manfaatnya adalah keniscayaan.</p> <p>sumber : http://dusunlaman.net</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-53246923199234718272011-11-18T12:05:00.001-08:002011-11-18T12:07:03.849-08:00Membuat Pupuk Cair Bio Urine Kambing<p><a href="http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2010/02/proses-fermentasi-bio-urine.jpg"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" title="Proses Fermentasi Bio Urine" alt="" align="left" src="http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2010/02/proses-fermentasi-bio-urine.jpg?w=150&h=112" width="150" height="112" /></a>Beternak kambing dan domba merupakan satu dari sekian banyak usaha yang ada di dalam dunia peternakan. Banyak potensi, peluang serta keberhasilan yang bisa diraih apabila ditekuni dan dijalankan dengan penuh  motivasi dan konsistensi. Peluang pasarpun masih sangat terbuka lebar baik untuk Susu Kambing, Daging Kambing-Domba, Kebutuhan Aqiqah, Iedul Adha ataupun Pupuk  Organik.</p> <p><a href="http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2010/02/bahan-tambahan-bio-urine.jpg"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" title="Bahan Tambahan Bio Urine" alt="" align="left" src="http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2010/02/bahan-tambahan-bio-urine.jpg?w=150&h=112" width="150" height="112" /></a>Banyak contoh telah ditunjukkan oleh teman-teman peternak senior yang melakukan konsep beternak terintegrasi dengan perkebunan organik yang sudah berhasil. Menarik  namun membutuhkan kerja keras, dipandang dari sudut manapun hal ini sangat menguntungkan, selain menggali dan memanfaatkan secara optimal potensi dari ternak itu sendiri, diperoleh juga hasil dari tanaman yang memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kandang ternak (urine dan srintil) sebagai sumber pupuk. Manfaat lainnya adalah turut menjaga keseimbangan alam dengan melakukan penghijauan. Namun demikian investasinya pun tidak sedikit, tapi dengan niat dan ketekunan saya yakin bisa dimulai dari modal yang kecil untuk menjadi besar.</p> <p><a href="http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2010/02/100_27901.jpg"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" title="100_2790" alt="" align="left" src="http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2010/02/100_27901.jpg?w=150&h=112" width="150" height="112" /></a>Setelah melalui proses pengolahan, maka limbah tersebut bisa dikemas menjadi pupuk organik, yang memiliki keunggulan ganda selain bermanfaat bagi tumbuhan juga dapat memperbaiki unsur hara pada tanah yang tidak dimilki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa dijaga. Lebih lanjut melihat kondisi yang ada pada saat ini dimana melambungnya harga pupuk un-organic atau pupuk kimia pabrikan, maka limbah kandang merupakan satu peluang usaha tambahan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.</p> <p>Sebelumnya saya sudah melakukan kunjungan ke beberapa tempat peternakan  yang sudah mengolah limbah kandang baik urine maupun srintil menjadi pupuk organik, yaitu di tempatnya Kang Agus di Bandung Selatan (Villa Domba) dan Mas Yono di Godean Jogjakarta, luar biasa kata yang bisa saya ungkapkan setelah melihat hasilnya pada tanaman yang menggunakan pupuk organik tersebut.</p> <p>Tertarik untuk memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kambing dan domba paling tidak untuk memenuhi kebutuhan pupuk di area kebun HMT, kebun sengon serta palawija milik sendiri , saya berusaha untuk mendesign kandang sedemikian rupa agar bisa memisahkan urine dan srintil pada  saat dikeluarkan oleh si ternak.  Selanjutnya urine dan srintil akan diproses sesuai kebutuhan di area masing-masing kebun. Lumayan, paling tidak mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang diperlukan di kebun tersebut plus ilmu, experience dan kepuasan yang tidak bisa diukur dengan materi.</p> <p>Dalam artikel kali ini saya coba mempraktekan pembuatan pupuk cair organik dari urine kambing-domba dengan referensi literatur yang saya peroleh dari <strong><em>BPTP-Bali (Membuat Pupuk Cair Bermutu dari Limbah Kambing)</em></strong> dan ditambah pengalaman teman-teman senior yang sudah mengaplikasikannya terlebih dahulu.</p> <p>Namun demikian saya melakukan modifikasi dan coba-coba mengingat pupuk cair bio urine ini untuk dimanfaatkan sendiri, sebagai catatan pembuatan bio urine sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia,  bahan yang diperlukan untuk membuat fermentasi pupuk cair bio urine  adalah sebagai berikut :</p> <ol> <li>1 (Satu) drum plastic urine dengan kapasitas 150 liter. </li> <li>Tetes Tebu/Molasses 750 ml. </li> <li>Empon-empon (Temulawak, Temuireng, Kunyit dll) 5kg. </li> <li>Bacteri R Bacillus dan Azobacter sebagai starter fermenter 250 ml. Karena kesulitan serta tidak tahu belinya dimana bakteri tersebut,  maka saya menggantinya dengan EM4 sebagai starter fermenter. </li> </ol> <p>Bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter kemudian dituangkan ke dalam drum urine, empon-empon dihancurkan dan dimasukan ke dalam drum. Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahan tersebut kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastic ditutup rapat. Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit  dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari.</p> <p>Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa digunakan pada aquarium dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan dberi pupuk bio urine tersebut. Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.</p> <p>Untuk aplikasi pupuk cair ini bisa digunakan dengan cara disiramkan dan atau disemprotkan, kondisi tanah sebelum tanam diolah terlebih dahulu dengan menggunakan kotoran kambing. Berikut cara pemakaian bio urine:</p> <ol> <li>Untuk tanaman semusim dan rumput campur bio urine + air dengan perbandingan 1 : 2. <ol> <li>King Grass : Pemakaian dengan disiramkan setiap setelah rumput diarit. </li> <li>Jagung, Ubi, Singkong, Cabe dll : Pemakaian dengan disiramkan dan disemprotkan 2 minggu sekali. </li> </ol> </li> <li>Untuk tanaman industri dengan asumsi tanamannya baru ditanam dengan ketinggian rata-rata 80 cm, campur bio urine + air dengan perbandingan 1:1. <ol> <li>Sengon(Albasia), Turi, Mahoni, Nangka, Ketapang dll : Pemakaian dengan cara disiram dan disemprotkan 2 minggu sekali. </li> </ol> </li> </ol> <p>Demikian pembuatan pupuk cair bio urine yang saya lakukan, hasil yang diperoleh dari pemakaian pupuk cair bio urine, dan jika ada pengembangan lebih lanjut termasuk apabila ada pemakaian bahan baru dari pupuk kimia sebagai pelengkap akan saya share pada artikel berikut. Tak lupa mohon masukannya  dari para senior apabila ada metoda yang lebih baik dalam pengolahan bio urine tersebut.</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-3611453210179425282011-11-18T11:31:00.001-08:002011-11-18T11:34:58.516-08:00Cara membuat Kompos<p> </p> <p><a href="http://lh6.ggpht.com/-9i2ilqJ6tLI/TsayXty580I/AAAAAAAAA8s/3T4Fspr5-rE/s1600-h/image%25255B5%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="image" border="0" alt="image" align="left" src="http://lh3.ggpht.com/-BSthBboc01o/TsaycqoqERI/AAAAAAAAA80/J-p6c36QLFo/image_thumb%25255B3%25255D.png?imgmax=800" width="331" height="302" /></a> PENGOMPOSAN </p> <p>A. Latar Belakang <br />1. Bahan Organik - Kekayaan Alam yang Terabaikan <br />Sebagai daerah tropis, Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman yang berarti juga mempunyai ketersediaan bahan organik yang berlimpah. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diurai atau dirombak oleh mikroorganisme menjadi unsur-unsur dasar pembentuknya. Pada umumnya jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air rata-rata 75% dan sisanya padatan. Padatan biasanya terdiri dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Namun apabila ditinjau dari susunan unsur, terdiri dari karbon (C) 44%, oksigen (O2) 40%, hidrogen dan abu (semua unsur yang terserap diluar C,H dan O) masing-masing 8%. <br />Berdasarkan kelimpahan bahan organik dan kekayaan kandungannya, sebenarnya para petani tidak perlu kebingungan untuk bercocok tanam. Harga pupuk yang tinggi dan kelangkaan yang sering terjadi, tidak perlu dipersoalkan jika mereka mampu mengelola bahan organik. Proses pelapukan atau dekomposisi bahan organik secara alami, memang berlangsung relatif lama. Sisa-sisa bahan organik yang jatuh di atas tanah mengalami proses pelapukan baik secara fisik (suhu, kelembahan, air, dan panas), secara biologi (mikroorganisme) dan kimia. Akan tetapi mesin pengolah tersedia dimana-mana seperti berbagai jenis hewan ternak yang dapat dipelihara. Ketersediaan biota pengurai juga sangat banyak dan dapat ditemukan di kawasan yang jarang disentuh manusia. <br />Tanah sebagai tumpuan kehidupan memegang peranan utama dalam proses dekomposisi. Akan tetapi, perubahan aktifitas manusia telah menganggu kemampuan tanah dalam melakukan proses dekomposisi dan menyediakan bahan kehidupan. Peran tanah sebagai bio-reaktor dirubah menjadi gudang bahan-bahan kimia yang dimasukkan lewat pupuk dan pestisida non organik. Sumber bahan organik dari biomasa maupun batuan menjadi lambat dirombak, karena biota pengurainya tidak berkembang. Pada akhirnya, mekanisme alamiah perputaran bahan makanan terganggu dan kondisi ini sering disebut tanah sakit atau mati. </p> <p>2. Proses Dekomposisi - Penjaga Keberlanjutan Hidup <br />Sumber bahan organik utama adalah jaringan tanaman, mulai dari batang, daun, buah sampai akarnya. Sedangkan sumber lain adalah fauna dan batuan. Perbedaan sumber bahan organik memberikan dampak masukan yang berbeda juga ke dalam tanah. Akibatnya kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Tipe vegetasi sebagai sumber pasokan utama bahan organik, populasi mikroorganisme, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu dan pengelolaan tanah mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah. Proses dekomposisi ini tidak pernah berhenti jika pasokan bahan organik terus ditambahkan ke dalam tanah. Produkstivitas tanah menjadi bio rektor inilah yang menjadi ukuran dari tingkat kesuburan tanah. <br />Proses dekomposisi secara alami berjalan lambat, proses pelapukan bahan organik menjadi humus setebal 1 cm membutuhkan waktu puluhan tahun. Pertama bahan organik segar menjadi layu, dalam proses ini kandungan air dalam bahan organik berkurang. Selanjutnya proses penghancuran secara fisik oleh mikroorganisme (jamur dan bakteri) maupun hewan tanah (cacing, semut dan lain-lain). Proses ini diikuti dengan proses penguraian oleh aktifitas mikroorganisme sangat tinggi. Tingginya aktifitas menyebabkan suhu menjadi panas, pda proses ini bahan organik mulai terurai menjadi senyawa-senyawa penyusunnya. Tahap terakhir adalah pemasakan kompos. Pada tahap ini aktifitas mikroorganisme sudah menurun, bahan organik yang tidak terurai menjadi senyawa pembentuk humus. <br />Secara biologi, awal proses perombakan yang aktif adalah mikroorganisme aerop atau yang dalam hidupnya membutuhkan oksigen. Aktifitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik menghasilkan panas dan uap air, sehingga pada suhu panas tertentu akan ada seleksi alamiah terhadap mikroorganisme yang berkembang. Ketika suhu tinggi golongan “Bakteri Thermofili yang aktif bekerja merombak bahan organik. <br />Bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, tektur dan warnanya menjadi homogen yang sering disebut kompos. Bahan ini mengandung asam fulvik yang mudah larut dan dapat menyediaan makanan bagi tanaman. Sedangkan sisa proses dekomposisi yang tidak dapat lagi diurai disebut humus. Bahan ini bentuknya ringan dan berbulu serta resisten terhadap proses kimia karena bersifat menyerupai liat (koloidal), amorf (bentuknya tidak beraturan). Humus ini dapat memperbaiki kondisi tanah karena mempunyai beberapa kemampuan seperti; (1) kapasitas tukar ion lebih tinggi dibanding liat dengan jenis muatan negatif, (2) menyerap air sampai 90% dari bobotnya, (3) sumber energi mikroorganisme. </p> <p>3. Tanah - Mesin Alam Penyedia Makanan <br />Tanah pada umumnya mengandung bahan mineral, air, udara, bahan organik, dan mahluk hidup (tumbuhan tingkat tinggi, binatang, bakteri, jamur, ganggang – algae, dan protozoa). Sususan bahan-bahan tersebut bervariasi, umumnya air dan udara dalam tanah porsinya bisa mencapai 50%. Udara dan air memberi porisitas pada tanah. Bagian mineral biasanya tidak sampai mencapai 50%, mineral berasal dari pelapukan batuan. Bahan organik biasanya mencapai 3 – 6%. Sedangkan jasad renik dalam tanah yang aktivitasnya sangat mempengaruhi keseimbangan lingkungan tanah, biasanya jumlahnya kurang dari 1%. <br />Sifat fisik dan kimia tanah akan menentukan keadaan lingkungan tempat tumbuh jasad renik. Keadaan lingkungan yang baik akan memberikan keragaman jenis komunitas jasad renik yang ada, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Lingkungan tanah tempat hidup jasad renik yang baik ditentukan oleh air, udara, dan sumber nutrisi dari zat organik maupun anorganik yang tersedia. Hubungan antara tanah dan jasad renik menjaga keseimbangan lingkungan tanah. Tanah memelihara keadaan dari perubahan drastis yang terjadi karena kondisi cuaca. <br />Secara mikrobiologi, tanah dapat dipandang sebagai wadah, media yang dinamis untuk para penghuni bawah tanah dengan kandungan zat yang sebelumnya tidak bisa diambil langsung oleh tanaman menjadi bisa diambil melalui bantuan jasad renik. Jasad renik dalam tanah tidak hidup sendirian. Kehidupan jasad renik merupakan bagian dari sistem kehidupan dalam lingkungan yang saling kait mengkait diatur oleh keseimbangan lingkungan secara keseluruhan. Aktivitas manusia mempengaruhi keseimbangan kehidupan dalam tanah, misalnya menyemprot tanaman dengan fungisida akan dapat membunuh jamur tetapi juga akan menyebabkan kehidupan jasad renik lainnya terganggu. </p> <p>4. Biota Pengurai - Pekerja Pengolah Makanan <br />Mahluk hidup penghuni tanah terdiri dari bergai jenis, baik yang berukuran besar (makro) maupun berukuran kecil (mikro). Jasad besar (makro organisme) seperti akar tanaman, cacing , berbagai jenis kumbang dan serangga lainnya adalah penghuni yang dapat dilihat secara kasat mata. Sedangkan jasad renik (mikro organisme) terdiri dari bakteri, mycoriza (ragi), jamur, ganggang (algae), protozoa, dan virus. <br />Bakteri atau kuman sering diartikan negatif. Dunia ilmu pengetahuan mengenal kuman dalam kaitan dengan kehidupan kita menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri pathogen dan bakteri probiotik. Bakteri pathogen merupakan bakteri yang menyebabkan sakit, misalkan Cholera, Typhus, TBC, atau bakteri yang menyebabkan penyakit pada tanaman dan hewan ternak. Selain bakteri, ada jenis ragi dan jamur yang juga dapat menyebabkan penyakit. Sedangkan Bakteri Probiotik adalah bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti bakteri Lactobacillus dalam usus yang membantu pencernaan makanan dan ragi untuk membuat tape atau tempe. <br />Biota pengurai (dekomposer) bahan organik memegang peranan penting dalam menjaga keberlanjutan hidup. Melalui aktivitas hidupnya, bahan organik dari tumbuhan atau hewan yang mati diurai menjadi unsur-unsur yang sederhana dan dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Akan tetapi, biota pengurai memerlukan kondisi yang cocok untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Dalam kondisi lingkungan yang kurang mendukung, seperti ketersediaan makanan kurang, kurang air, terlalu asam, atau, jika dalam tanah kurang udara, maka bakteri, ragi, dan jamur sulit tumbuh. <br />Hubungan antara kehidupan jasad renik dengan kehidupan tanaman sangat unik. Jasad renik yang tumbuh di sekitar tanaman akan menghasilkan unsur-unsur seperti mineral, vitamin, enzim, dan hormon yang dapat memberi manfaat untuk kesuburan tanaman. Demikian juga tanaman yang menghasilkan daun-daun berguguran dan kondisi lingkungan yang teduh dan lembab akan memberi lingkungan yang baik untuk jasad renik tumbuh berkembang. Di dalam hutan dengan tanaman yang tumbuhan lebat biasanya terus menerus terjadi peguraian sisa-sisa tanaman yang akan membuat tanah di sekitarnya menjadi gembur dan subur baik untuk jasad renik maupun untuk tanaman itu sendiri. </p> <p>B. Teknik Pengomposan <br />1. Belajar dari Kearifan Leluhur <br />Sejak dahulu manusia sudah menerapkan proses alamiah pengomposan untuk tujuan menggemburkan tanah atau membuat lingkungan tanah agar menjadi subur. Salah satu proses yang sederhana adalah mengambil humus dari hutan kemudian dicampur dengan tanah pertanian. Cara ini dimaksudkan untuk menularkan kondisi humus agar dapat memperbaiki tanah pertanian yang diberi humus. Proses yang lain adalah menimbun sampah atau bahan organik dalam kondisi yang lembab dan membiarkan sampai lapuk kemudian memanfaatkan lapukan bahan organik sebagai kompos. Lubang sampah yang dibuat di pekarangan dan pojokan lahan sawah atau tegal menjadi tabungan pupuk sekaligus sumur resapan. Praktek-praktek sederhana ini dijalankan secara tekun oleh nenek moyang kita, tanpa ajaran teknologi. <br />Kotoran hewan memamah biak (sapi, kerbau, atau kambing) dapat juga digunakan sebagai bahan untuk kompos dengan harapan jasad renik yang lepas dari hewan itu dapat terus bekerja mengurai bahan-bahan organik yang masih tersisa. Penggunaan kotoran hewan bahkan manusia sudah dilakukan sejak dahulu. Kearifan leluhur ini didasarkan pada pitutur “GEMI LEMI” yang diturunkan dari generasi ke generasi. Akan tetapi, perjalanan warisan kearifan leluhur ini terpangkas oleh sebuah gerakan intensifikasi pertanian yang terkenal dengan istilah “Revolusi Hijau”. Perubahan budaya dan sosial masyarakat tani ini mesti dibayar mahal dengan ancaman kemandegan dari keberlanjutan pertanian. </p> <p>2. Mempercepat Proses Dekomposisi <br />Teknologi untuk mempercepat proses dekomposisi mulai diperkenalkan kepada petani indonesia awal tahun 90-an. Prinsip percepatan dekomposisi adalah pengkayaan nutrisi dan stimulus jasad renik pengurai serta menciptakan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung, seperti kelembaban, aerasi, dan dan keasaman (pH). Dengan upaya ini juga jumlah jasad yang bekerja untuk proses dekomposisi dapat mencapai lebih dari 20% jumlah biomas yang diuraikan. Jasad renik pengurai umumnya adalah jasad renik probiotik yang dapat ditemukan di sekitar kita. Kebutuhan hidup jasad renik pengurai biasanya juga sangat sederhana, berupa mineral dan nutrisi dengan kandungan karbohidrat yang cukup. Percepatan proses dekomposisi dengan metode pengkayaan nutrisi dan stimulus jasad renik pengurai ini menjadi teknik pengomposan yang terus berkembang dari tahun ke tahun. <br />Teknik mengisolasi dan memperbanyak jasad renik pengurai diterapkan untuk menyediakan perombak bahan organik dalam jumlah yang cukup banyak. Teknik ini sebenarnya sangat sederhana dengan tiga prinsip yang harus dijalankan, yaitu; (1) membuat media isolasi atau perbanyakan yang steril, (2) menyediakan makanan dengan komposisi yang pas seperti kandungan gula antara 3-5%, dan (3) mengambil sumber jasad renik yang sudah teradaptasi dengan lingkungan kita. Akan tetapi keberhasilan teknik ini direspon para pelaku usaha untuk membuat produk pro-biotik. <br />Persoalan yang muncul adalah masyarakat menanggapi teknologi ini begitu sederhana. Perubahan pola pikir yang ingin serba praktis dan cepat, membentuk perilaku komsumtif dengan membeli produk tanpa pemahaman akan proses kerjanya. Pada akhirnya, teknologi percepatan proses dekomposisi hanya berdampak pada kekaguman dan penerapan selintas. Prinsip menciptakan perputaran nutrisi tidak dijalankan dan hanya cenderung menggunakan pupuk organik. Banjir pupuk organik dengan berbagai bentuk menciptakan ketergantungan baru bagi petani. Gerakan pertanian organik sering hanya ditandai dengan penggunaan pupuk organik. </p> <p>3. Membuat Biang Kompos <br />Jasad renik pengurai sebenarnya secara alamiah ada di sekitar kita dan berkembang ketika ada makanan dan kondisi yang cocok. Sisa panen atau makanan yang membusuk adalah tempat di mana jasad renik pengurai berada. Jenis jasad renik tergantung jenis bahan organik yang diurai, seperti pembusukan buah pisang oleh Bakteri Lakto, sedangkan pembusukan buah nanas oleh Bakteri Anona. Pembusukan umbi-umbian seperti bawang merah, talas, dan empon-empon juga mempunyai jasad renik jenis tersendiri. Dari bahan makanan yang merupakan hasil proses fermentasi, kita juga dapat menemukan jenis jasad renik khusus, seperti pada tempe, tape, atau cuka. Akan tetapi, jika kita membutuhkan jasad renik dengan berbagai jenis dan aktif bekerja, rumen (kotoran ternak di dalam perut) dan humus dari hutan adalah sumber bahannya. <br />Secara umum Biang kompos atau biota pengurai mengandung lima kelompok mikro-oganisme utama yaitu (1) bakteri fotosintetik, (2) bakteri asam laktat, (3) Ragi (yeast), (4) Actinomycetes dan (5) jamur fermentasi. Meskipun tiap kelompok mikro-organisme ini mempunyai fungsi masing-masing dalam proses dekomposisi. Akan tetapi Bakteri Fotosintetik adalah pelaksana terpenting karena mendukung fungsi mikroorganisme lain dan memanfatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lainnya. Cara membuat biang kompos melalui proses fermentasi bahan-bahan yang dapat mengasilkan ke lima kelompok mikro-organisme tersebut. Salah satu cara yang sederhana adalah sebagai berikut: <br />Bahan-bahan : <br />• 2 liter susu sapi atau susu kambing murni (perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang) <br />• 1 kg rumen atau Isi usus ayam/kambing, (yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus). <br />• 250 gram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) <br />• 1 buah nanas (proses pembusukan nanas yang dilakukan bakteri Anona juga berfungsi untuk menghilangkan bau) <br />• 0,5 kg Gula pasir (perasan tebu) <br />• 2 kg bekatul <br />• 10 liter air bersih <br />• Alat; Panci, kompor, blender, parutan, dan kain penyaring. </p> <p>Cara pembuatan : <br />• Nanas diparut atau diblender. <br />• Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan. <br />• Tambahkan susu dan rumen lalu aduk sampai rata. <br />• Wadah fermentasi ditutup rapat selama satu hari dan akan timbul gelembung-gelembung. Aduk kembali adonan ini selama sepuluh menit dan tutup kembali rapat rapat. <br />• Setelah dua hari, proses fermentasi akan selesai dan mengahasilkan larutan yang kental/lengket. </p> <p>Catatan : <br />Biang kompos ini akan menjadi pasif jika tidak dikembangkan pada media tumbuh yang lain. Oleh karena itu, kita perlu memperbanyak sekaligus memperkaya kandungan biota pengurainya. </p> <p>4. Berternak Biota Pengurai </p> <p>Biang kompos yang sudah jadi diperbanyak sebelum digunakan sebagai starter pengomposan. Selain menambah jumlah biota pengurai, proses perbanyakan juga untuk mengatifkan sehingga akan cepat berfungsi. Cara sederhana memperbanyak atau beternak biota pengurai adalah sebagai berikut: <br />Alat dan Bahan </p> <p>• 1 liter biang kompos. <br />• 1 kg bekatul sebagai sumber nutrisi jasad renik <br />• ¼ kg gula merah atau tetes tebu sebagai sumber energi jasad renik <br />• ¼ kg terasi sebagai salah satu sumber bio-fermentasi. <br />• 5 liter air sebagai pelarut bahan <br />• Alat yang diperlukan; ember, pengaduk, dandang/panci untuk memasak, saringan dari kain dan botol untuk menyimpan produk jadi. </p> <p>Cara Pembiakan: <br />• Panaskan 5 liter air sampai mendidih, kemudian masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula, lalu aduk hingga rata (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu). <br />• Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin dan masukkan ke dalam tong atau wadah fermentor (jika tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan). <br />• Masukkan biang bakteri dari bahan tertentu (pisang, nanas, humus) lalu aduk sampai rata. Dan ditutup rapat. <br />• Proses fermentasi berlangsung selama dua hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. <br />• Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup tapi jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigen dari udara). <br />• Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos baik dalam bentuk cair maupun padat. </p> <p>Catatan: <br />Hasil fermetasi biang kompos ini jika ingin digunakan harus dilarutkan dulu ke dalam larutan gula 3-5%. Konsentrasi larutan biang kompos berkisar 10-20% dan disiramkan / disemprotkan pada bahan organik yang kan dibuat kompos. Sedangkan ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dengan menambahkan air matang dingin dan gula 3-5% saja. </p> <p>5. Teknik Pengomposan <br />Pada dasarnya pengomposan adalah pengaturan ruang dan bahan sehingga kondisinya sesuai dengan kebutuhan hidup jasad renik pengurai. Ketersediaan tempat dan makanan akan mendorong jasad renik lebih aktif dan berkembang secara maksimal. Proses perombakan fisik dapat dimanipulasi atau dibantu dengan memotong atau mencacah bahan organik. Semakin kecil ukuran bahan organik maka permukaannya akan semakin luas, sehingga memberi kesempatan yang lebih besar untuk perkembangan jasad penguarai. Contoh sederhana pengomposan adalah sebagai berikut: <br />Bahan dan alat: <br />• 200 kg seresah atau bahan organik dari sisa panen atau biomasa tanaman. <br />• 200 kg kotoran hewan; selain sebagai bahan organik juga penyedia biota pengurai. <br />• 100 kg arang sekam / berambut; berfungsi sebagai pembentuk pori, penetral keasaman sekaligus juga penghilang bau busuk. <br />• 5 kg dedak atau bekatul; sumber makanan bagi biota pengurai. <br />• 1 kg tetes (molasses) atau gula merah; sumber energi biota pengurai. <br />• Kapur pertanian 2 kg; sebagai penetral keasaman. <br />• 1 liter biang kompos (massa bakteri) <br />• Air secukupnya <br />• Alat; cangkul, sekop, ember, gembor. </p> <p>Cara Pembuatan: <br />• Bahan organik (daun-daunan) dipotong-potong atau dihancurkan agar ukurannya menjadi lebih kecil. <br />• Semua bahan organik (daun, kotoran hewan, arang sekam) ditumpuk secara berlapis. lapisan paling bawah adalah hijauan (daun-daunan), kemudian pupuk kandang, diatasnya arang sekam dan paling atas adalah dedak dan kapur pertanian. Dalam satu tumpukan paling tidak ada tiga lapisan dengan ketebalan tiap bahan kurang lebih 20 cm. <br />• Campurkan bakteri ke dalam air dan ditambah molasses atau air gula kemudian siramkan di atas setiap lapisan. <br />• Tutup dengan plastic, daun-daunan atau tanah tipis-tipis. Tiap 4-5 hari sekali disiram dengan air dan diaduk-aduk. <br />• Dalam 12 -15 hari kompos sudah jadi. </p> <p>Teknik pengomposan berkembang dari waktu ke waktu, untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat dan cenderung meningkatkan kepraktisannya. </p> <p>6. Teknik Fermentasi <br />Pada dasarnya fermentasi adalah proses pengomposan dalam kondisi anaerob (tidak tersedia oksigen). Pemahaman di masyarakat, umumnya fermentasi dipahami sebagai proses pengomposan limbah cair. Limbah cair ternak (unine) sangat kaya akan asam amino dan senyawa hara bentuk lainnya. Urine yang difermentasi mengandung unsur nitrogen yang terikat dengan unsur lain yang cukup tinggi. Contoh sederhana pengomposan adalah sebagai berikut: <br />Bahan dan alat: <br />• 100 liter urine ternak (sapi atau kelinci). <br />• 2 kg rumen (kotoran hewan yang masih ada di perut). <br />• 5 kg dedak atau bekatul <br />• 5 kg tetes (molasses) atau gula merah <br />• 1 kg trasi <br />• 2 kg pertanian. <br />• 1 liter biang kompos (massa bakteri) <br />• Empon-empon <br />• Alat; Wadah fermentor (didesian khusus), kompor, panci atau wadah untuk memasak lainnya, ember. </p> <p>Cara Pembuatan: <br />• Memasak 10 liter air sampai mendidih kemudian bekatul, gula merah, trasi dimasukkan dan diaduk merata. <br />• Membuat larutan empon-empon dengan memarut dan memasaknya. <br />• Urine ternak dimasukkan ke dalam wadah fermentor kemudian masukkan rumen dan biang kompos lalu aduk-aduk. <br />• Masukkan 2,5 liter larutan bekatul, gula merah dan trasi kemudian aduk sampai merata. <br />• Biarkan bahan ini mengalami proses fermentasi selama 3 hari. Pada hari ke empat masukkan lagi 2,5 liter larutan bekatul. Proses ini diulang sampai empat kali yang berarti sampai mencapai 12-15 hari fermentasi. <br />• Pada hari ke 15 masukkan larutan empon-empon dan biarkan terfermentasi selama satu hari. <br />• Hasil fermentasi urin ini disaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang bersih atau botol dan siap untuk digunakan atau disimpan. </p> <p>Catatan: Penggunaan fermentasi urine harus dilarutkan dengan konsentrai 5 % untuk disiramkankan dan 10% jika disemprotkan. </p> <p>C. Praktek Pengomposan Terpadu <br />Kita akan kesulitan mendapatkan praktek pengomposan dengan teknik konvensional yang berkelanjutan. Selain perusahaan yang memang bergerak dalam usaha pembuatan pupuk organik, para petani merasa enggan melakukan secara mandiri. Beberapa petani melakukan pengomposan secara sederhana dan tidak menargetkan percepatan waktu. Praktek pengomposan yang dipadukan dengan usaha lainnya, lebih diminati ketimbang terpaku pada pengomposan. <br />1. Keranjang Dekomposer Sampah Rumah Tangga </p> <p>Sampah organik rumah tangga, seperti sisa memasak dan sisa makanan selalu ada di setiap hari. Kita sering membuang sampah tersebut bercampur dengan sampah lain tanpa memperhatikan bahayanya proses pembusukan di sekitar rumah dan potensi berharganya sampah tersebut. Jika sampah rumah tangga dapat diolah menjadi kompos dan dimanfaatkan sebagai media tanam di pekarangan dan pot, kita akan mendapat keuntungan yang berlipat. Selain sumber gizi dan berkhasiat obat, budidaya tanaman di pekarangan juga meningkatkan nilai estetika rumah dan status sosial pemiliknya. </p> <p>Langkah kerja pengolahan sampah organim rumah tangga adalah: </p> <p>1. Pemilahan Sampah: Pilah-pilah sampah sesuai dengan bahannya seperti, sampah organik, kertas, platik, dan kaca. Tempatkan masing-masing jenis sampah pada tempat berbeda dan khusus untuk sampah organik harus segera diolah dalam tempat khusus atau keranjang dekomposer. <br />2. Keranjang Dekomposer; Siapkan keranjang dari plastik atau bahan lain dengan ukuran menampung sekitar 25-50 kg sampah. Pada dinding kerajang bagian dalam dilapisi dengan karton bekas kemasan produk untuk menyerap cairan kompos. Sedangkan pada bagian bawah dan atas dipasang bantal yang berisi sekam bakar. <br />3. Cairan Dekomposer: Siapkan cairan yang berisi biang kompos pada alat semprot ukuran 1 liter. Biang kompos dapat dibuat lebih dahulu dengan melakukan fermentasi buah nanas dan gula (lihat bab membuat biang kompos). <br />4. Peranjangan Sampah: Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang dekomposer sampah organik harus dipotong-potong lebih dahulu supaya ukurannya menjadi lebih kecil. Setelah sampah dimasukkan ke dalam keranjang, semprot dengan biang kompos sampai basah (jangan terlalu berair). Tutup dengan bantal sekam bakar dan diberi beban. Jika kita mempunyai sampah lagi, kita tinggal membuka bantal sekam dan mengaduk-aduk sampah baru ditambahkan potongan sampah baru. (Proses ini selalu dilakukan ketika kita mempunyai sampah organik). <br />5. Pembusukan sampah: proses pembusukan (dekomposisi) sampah berlangsung secara semi aerob (butuh oksigen dalam jumlah kecil) dan membutuhkan waktu 30-40 hari. Jika sampah terlalu becek dan berbau busuk, segera sebarkan arang sekam di atasnya setebal 1 cm. </p> <p>Teknik mengolah sampah dalam keranjang dekomposer pada awalnya dikenal dengan istilah “Takakura”, dan model ini terus berkembang dengan berbagai modifikasi sesuai potensi masyarakat. Teknik ini biasanya mengundang minat dan lebih diterapkan oleh masyarakat di perkotaan yang tidak punya lahan pekarangan. Pekerjaan mengolah sampah organik rumah tangga memang mudah dan sederhana. Akan tetapi jika tidak diikuti dengan niat, minat dan ketekunan, niscaya pekerjaan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan. </p> <p>2. Sumur Resapan dan Tabungan Kompos </p> <p>Banyak petani menggali tanah dengan ukuran tertentu untuk menumpuk bahan organik (seresah sisa tanaman). Mereka akan menutup lubang tersebut jika sudah penuh dengan seresah dan akan membongkarnya beberapa bulan kemudian. Praktek ini sebenarnya cukup menarik jika dikombinasikan dengan teknik membuat sumur resapan. Penentuan lokasi dan pengaturan aliran air secara tepat akan membantu masuknya air hujan ke dalam lapisan tanah dalam. Hal lain yang perlu ditambahkan adalah memberi lapisan ijuk dibagian dasar setebal 20 cm sebagai penyaring sekaligus untuk mengurangi penggenangan air. </p> <p>Berdasar pengalaman beberapa petani, teknik ini cukup membantu jika dipraktekkan pada lahan tegal atau pekarangan yang sering kekeringan. Kelembaban tanah yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di musim kemarau. Masuknya air ke dalam tanah juga berpengaruh pada ketersediaan air di sumur yang digunakan sebagai sumber air baku keluarga. </p> <p>Pertimbangan utama dalam membuat sumur resapan dan tabungan kompos adalah kondisi tekstur dan struktur tanah. Pada tanah ringan dan berpotensi longsor, ukuran sumur resapan harus kecil (1x1 M dengan kedalaman 1,5 meter). Pada tanah berat dengan kandungan liat yang tinggi, ukurasn lubang dapat diperlebar (2x2x2 meter). Untuk menghambat terjadinya longsor, pada bagian atas diperkeras dengan lapisan batu dan semen. </p> <p>3. Budidaya Jahe di Lobang Seresah <br />Beberapa masyarakat yang tinggal di daerah penggunungan, bercocok tanam jahe di dalam lobang tanah yang dimasuki seresah. Mereka membuat lubang berukuran 2x2x2 meter pada lahan yang datar dan kondisinya lembab (biasanya dekat rumpun bambu). Pada awalnya lobang tersebut dimasuki seresah sampai hampir penuh dan ditunggu beberapa bulan. Setelah lapisan seresah terdekomposisi dan menipis sampai seper-empat (1/4) kedalaman lubang, mereka menebar bibit jahe dan menutupnya dengan tanah tipis-tipis. Tanaman jahe akan tumbuh cepat jika mendapat air dan kondisi lembab. Jika tanaman jahe sudah tua dengan daun-daun menguning dan roboh, mereka menambahkan lagi seresah sampai memenuhi lubang. Setelah seresah yang baru mengalami proses dekomposisinya dan menipis, mereka menebar lagi bibit jahe dan ditutup tanah tipis-tipis. Demikian seterusnya, sampai mereka mendapat tiga lapisan bibit jahe yang ditebarkan. <br />Praktek bercocok-tanam jahe dalam lobang seresah ini sangat menarik. Masyarakat mendapat tiga keuntungan, yaitu (1) berfungsi sebagai resapan air, (2) tabungan kompos, (3) panen jahe. Kelemahan praktek ini adalah satu siklus usaha membutuhkan kisaran waktu 14-16 bulan, sehingga dalam produktivitas waktu untuk menghasilkan kompos sangat lambat. Jika kita dapat mengatur waktu membuat lubang secara berkala, dimungkinkan produk kompos akan lebih cepat. Akan tetapi untuk panen jahe tetap membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. </p> <p>4. Arisan Kompos <br />Petani sering memberikan alasan tenaga dan bahan yang tidak cukup, jika ditanya mengapa tidak membuat kompos. Jerami yang berlimpah di musim panen, sering dibiarkan tertumpuk di pojokan sawah atau berserakan di pematang. Untuk menjawab persoalan mereka, beberapa kelompok tani menjalankan arisan kompos. Lima orang petani bersepakat untuk bekerjasama membuat kompos dengan cara bergiliran. Seperti arisan uang, mereka menentukan siapa yang akan dibantu membuat kompos dengan cara dilotre. Mereka secara bersama mengumpulkan bahan organik dan iuran membeli kotoran ternak. Kemudian secara gotong royong, mereka membuat kompos pada lahan anggota yang memenangkan lotre. Dua minggu berikutnya, proses ini diulang dengan menentukan anggota lain yang akan dibantu. <br />Pola kerjasama arisan kompos menarik untuk diterapkan. Poin pentingnya adalah upaya perbaikan lahan menjadi tanggung-jawab bersama. Jumlah anggota arisan dapat diperbanyak tetapi jumlah orang yang mendapat jatah juga diperbanyak. Setiap anggota harus menyediakan lahan dalam luas tertentu untuk pembuatan kompos. Lahan diupayakan dekat dengan sumber bahan organik, pengaturan air mudah dan permukaan datar. </p> <p>5. Tong Penghasil Lindi </p> <p>Masyarakat lebih suka menggunakan pupuk cair ketimbang kompos padat, karena dianggap lebih praktis dan hasilnya lebih cepat kelihatan. Akan tetapi fungsi pupuk cair lebih sebagai sumber nutrisi dan biota pengurai. Sedangkan pupuk organik padat, selain kedua fungsi tersebut adalah sebagai pembenah tanah dengan penambahan bahan organik. Nilai dampak keberlanjutan pupuk padat lebih tinggi dibanding pupuk cair. Cara membuat lindi pupuk cair secara sederhana adalah sebagai berikut: </p> <p>Bahan dan Alat: <br />• 1 liter biang kompos atau massa bakteri <br />• 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar <br />Catatan: Jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti pisang, bambu, dan lain-lainnya). Daun berukuran kecil seperti daun lamtoro mengandung nitrogen tinggi. Sedangkan daun yang tipis tapi lebar seperti bayam banyak mengadung unsur kalium. <br />• 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya <br />• 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu dan dicairkan dengan air <br />• 30 kg kotoran hewan <br />• 200 liter air atau secukupnya. <br />• Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat </p> <p>Cara Pembuatan: <br />• Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam drum dan ditambah cairan gula dan terasi kemudian diaduk-aduk. <br />• Larutkan bakteri dicampur dengan air dan dimasukkan ke dalam drum. <br />• Drum ditutup rapat tapi diberi selang yang dihubungkan dengan air.. <br />• Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan lindi bisa dipanen setiap hari sesuai dengan kebutuhan. <br />• Lindi disaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. Sedangkan ampas yang masih mengandung bakteri ditambah tambah air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Demikian seterusnya. </p> <p>Kegunaan: <br />• Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. <br />• Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. <br />• Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau. </p> <p>6. Gudang Silase <br />Makanan ternak yang bersifat awet dan dan dapat disimpan sangat dibutuhkan masyarakat. Kelimpahan makanan di musim hujan atau masa panen meski diolah untuk mempersiapkan kebutuhan di musim kemarau. Melalui teknik pengomposan, kita dapat membuat makanan ternak yang disimpan dan digunakan dalam waktu yang cukup lama. Cara membuat silase secara sederhana adalah sebagai berikut: <br />Bahan dan Alat: <br />• 20 kg daun-daunan yang mengandung nitrogen tinggi. Biasanya tersedia dari tanaman polong-polongan seperti kaliandra, petai, turi, dll. <br />• 100 kg rumput <br />• 400 kg jerami kering <br />• 1 kg tempe busuk <br />• 5 kg gula merah atau tetes/molases <br />• Beberapa butir ragi (jika untuk makanan ternak jantan) <br />• 10 liter air. <br />• Bambu untuk aerasi <br />• Ember, panci untuk memasak. </p> <p>Cara Pembuatan: <br />• Rebus air sampai mendidih kemudian masukkan gula/tetes dan aduk sampai rata. Estela agak hangat masukkan tempe busuk dan terus aduk sampai hancur. <br />• Daun-daunan ditumbuk lalu dimasukkan ke dalam larutan dan dibiarkan selama satu hari. <br />• Jerami ditumpuk pada tempat khusus yang sudah dipasangi bambu untuk aerasi. Lapisan pertama setinggi 20-30 cm, kemudian di atasnya ditumpuk rumput sambil dipotong-potong dan disiram dengan larutan gula. <br />• Penumpukan ini terus dilakukan sampai mendapatkan lima Lapisan jerami dan rumput. <br />• Proses fermentasi selama 12-15 hari. </p> <p>Kegunaan: <br />• Jerami menjadi awet dan renyah, siap untuk makanan ternak. </p> <p>D. Biogas <br />Tehnologi biogas sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sekitar tahun delapan puluhan, teknologi ini sudah diperkenalkan dengan kontruksi kubah (dom). Akan tetapi, samping mahal kontruksi ini membutuhkan persyaratan yang cukup sulit untuk dikembangkan. Kubah beton dengan diameter 6 m dan membutuhkan kotoran sapi yang cukup banyak untuk menghasilkan gas dalah salah satu kelemahannya. Konstruksi biogas yang cukup sederhana, murah dan bisa dibangun oleh masyarakat dalam skala rumah tangga menjadi pilihannya. <br />Persoalan limbah ternak yang sangat berlimpah semakin komplek jika tidak dikelola secar baik. Satu ekor sapi secara rata-rata menghasilkan 20 Kg kotoran padat dan cair. Selama ini potensi bahan organik ini dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan manusian dan lingkungan. Kebiasaan masyarakat pedesaan yang menumpuk kotoran ternak di dekat kandang sampai selama enam bulan, memang bisa menjadi sumber penyakit dan pencemar air. Oleh karena itu teknologi biogas dapat menjadi salah satu solusi untuk menjawab persoalan ini, sekaligus membuka ruang baru bagi penyediaan energi secara mandiri. <br />Teknologi biogas dengan bahan plastik Poly Ethylene (UV) cukup menjanjikan karena murah dan mudah dilakukan dalam sekala rumah tangga yang rata-rata hanya memiliki dua ekor sapi. Secara sederhana urutan membuat teknologi biogas ini adalahsebagai berikut: <br />1. Membuat digester dan tandon gas</p> <ul> <li>Potong lembaran plastik Poly Ethylene (UV) yang berupa lembaran plastik rangkap dengan ukuran 5 m (untuk tendon gas) dan 7 m untuk digester.</li> <li>Press kedua ujung plastik dengan menggunakan press plastik atau menggunakan lilin. Sisakan sedikit lubang (30 cm) pada bagian tengah untuk pemasangan pipa lubang masuk (in let) dan lubang keluar (out-let) digester.</li> <li>Bentangkan 2 lembar plastik tersebut di halaman yang luas dan datar, kemudian Ikat kedua lubang masuk dan keluar digester dengan tali. Masukkan udara dengan menggunakan blower atau pompa ban sampai plastik tersebut mengembang sempurna.</li> <li>Untuk menguji kebocoran sambungan plastik, larutkan detergen dengan air kemudian siramkan dengan hati-hati pada plastik. Amati jika ada gelembung udara yang muncul. Perbaiki bagian yang bocor.</li> </ul> <p>2. Memasang lubang keluaran gas</p> <ul> <li>Letakkan cincin karet yang diapit oleh cincin PVC pada lubang keluaran gas lalu sambungkan dengan shock drat dalam dan luar, sehingga terdapat lubang keluaran gas yang kedap udara. Gunakan lem PVC untuk memperkuat sambungan tersebut.</li> <li>Sambungkan ujung PVC tersebut dengan selang air dan kunci dengan menggunakan klem agar sambungan tersebut tidak bergerak.</li> </ul> <p> <br />3. Memasang lubang masuk (in let) dan keluar (out let) </p> <ul> <li>Potong PVC sebagai lubang masuk dan lubang keluar. Sambungkan dengan Knee dan atau T, kemudian masukkan paralon pada lubang keluar.</li> <li>Masukan plastik digester dan lipat plastik sisa mengelilingi paralon lalu ikat dengan karet ban. Untuk melindungi karet agar tahan lama, lapisi sambungan tersebut dengan menggunakan isolasi ban.</li> </ul> <p>4. Membangun instalasi digester</p> <ul> <li>Gali lubang tanah dengan ukuran 7m x1m x 1m (desain ini cukup untuk minimal 2 ekor sapi). Jika kondisi permukaan tanah miring dan bersifat labil, dianjurkan menggunakan konstruksi batu bata.</li> <li>Letakkan plastik digester pada galian dan usahakan platik tidak tertekuk, terpelintir, terlipat atau tertusuk sisa perakaran yang menyebabkan plastik bocor.</li> <li>Isi digester tersebut dengan udara sampai mengembang sempurna lalu lipat ujung selang keluaran gas sehingga udara tidak keluar.</li> <li>Isi paralon lubang masukan dan keluaran dengan air untuk menghalangi agar udara tidak keluar.</li> <li>Digester siap diisi dengan kotoran ternak.</li> </ul> <p>5. Membangun instalasi bak pemasukan dan bak keluaran</p> <ul> <li>Bak pemasukan dan keluaran bisa dibuat dari pasangan batu semen atau bak platik.</li> <li>Sambungkan pipa paralon dengan bak penampung atau bak keluaran.</li> <li>Periksa kembali agar tidak terjadi kebocoran pada sambungan tersebut.</li> </ul> <p>6. Membuat regulator gas</p> <ul> <li>Regulator gas berfungsi untuk mengatur tekanan gas. Jika gas tidak digunakan maka tekanan gas dalam tendon gas dan digester menjadi tinggi yang dalam jangka panjang tekanan ini akan merusak plastik.</li> <li>Regulator dibuat dari pipa paralon atau botol aqua 1 liter. Sambung paralon menggunakan paralon T. Sambungkan dua ujung T ke paralon dari digester dan paralon menuju tendon gas. Ujung T ketiga dimasukkan kedalam botol aqua atau paralon tertutup dengan lubang pada bagian atasnya. Isi botol aqua atau tabung paralon dengan air.</li> <li>Jika tekana gas penuh regulator akan melepas tekanan gas. Jika tekanan gas kurang, regulator meneruskan tekanan gas untuk disimpan dalam tandon gas.</li> </ul> <p>7. Modifikasi Kompor Gas</p> <ul> <li>kompor gas yang dijual secara umum dan kompor gas bantuan program konversi minyak tanah dirancang untuk digunakan dengan menggunakan LPG dengan tekanan gas yang cukup tinggi, sementara tekanan dari biogas tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi tertentu. <br />Pipa besi gas diganti dengan paralon ½” sedangkan spuyer dibuang atau disambung langsung dan tidak difungsikan. Sementara bagian lain tetap seperti semula. Penggunaan kompor seperti penggunaan kompor biasa kecuali pemantik otomatis yang tidak bisa difungsikan.</li> <li>Sambungkan kompor yang telah disesuaikan dengan selang dari biogas.</li> <li>Pada waktu menggunakan kran biogas dibuka dan disukut dengan api secara hati-hati.</li> </ul> <p>8. Pengoperasian <br />Hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian biogas adalah laju pengumpanan kotoran sapi. Jika jumlah sapinya 2 ekor maka pemasukan kotoran sapi harus dimasukkan setiap hari. Akan tetapi, jika jumlah sapi lebih dari 6 ekor maka tidak semua kotoran bisa dimasukkan. Jika kotoran terlalu banyak, kotoran sapi yang ada di dalam akan keluar lagi, karena terdorong oleh kotoran yang baru sehingga gas belum sempat dihasilkan. <br />9. Pemeliharaan <br />Kebocoran digester yang pernah terjadi adalah tertimpa ranting pohon, terinjak kucing atau ayam. Platik sangat peka terhadap tekanan tertentu terutama jika saat terisi gas. Untuk mengurangi resiko ini anyaman bambu bisa dipakai sebagai penutup. Jika plastik gas tidak pernah terisi penuh ada kemungkinan terjadi kebocoran pada plastik gas. Jika disertai bau yang cukup menyengat kemungkinan kebocoran terjadi di plastik digesternya. Gunakan sabun detergent yang dilarutkan dalam air untuk melacak titik kebocoran. Gunakan lakban untuk menambal titik yang bocot. </p> <p>BAHAN PEMBUATAN KONTRUKSI BIOGAS <br />1. Alat Pres Plastik <br />2. Blower <br />3. Plastik PE (Poly ethylene) ukuran 7 m x 1 m untuk tabung digester dan 5x1 m tendon gas <br />4. Klem <br />5. Selang dan lem PVC <br />6. T PVC (Paralon) <br />7. Cincin Karet dan PVC <br />8. Tali karet dari bekas ban dalam sepeda motor <br />9. Isolasi <br />10. Sock drat dalam ½” dan shock drat dalam luar ½” </p> <p>PROSES PEMBUATAN KONTRUKSI BIOGAS <br />1. Memotong plastik PE sepanjang 7 meter dan 5 meter <br />2. Pengepresan ujung platik yang berlubang <br />3. Pemasukan gas dengan blower <br />4. Pengetesan kebocoran plastik <br />5. Memasang lubang keluaran gas <br />6. memasang selang untuk aliran gas <br />7. Menguji kebocoran <br />8. Memasang lubang masuk (in let) <br />9. Memasang lubang keluar (out let) <br />10. Membangun instalasi digester <br />11. Membangun instalasi bak pemasukan dan bak keluaran </p> <p>PROBIOTIK </p> <p>1. Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas spp ) <br />Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa yang bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organic dan atau gas-gas berbahaya (misalnya hydrogen sulfide), dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang semuanya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. <br />Hasil-hasil metabolisme yang diproduksi oleh bakteri ini dapat diserap langsung oleh tanaman dan juga berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus dapat bertambah. Jadi pertumbuhan bakteri fotosintetik di dalam tanah juga akan meningkatkan pertumbuhan bakteri lainnya, sebagai contoh VA mycorhyza dalam zona perakaran akan bertambah karena tersedianya senyawa-senyawa nitrogen (asam amino) yang dikeluarkan bakteri fotosintetik yang berguna sebagai substrat. VA mycorhyza dapat hidup berdampingan dengan Azotobacter, sebagai baketri pengikat nitrogen dan meningkatkan kemampuan tanaman leguminosa untuk mengkat nitrogen. <br />2. Bakteri Asam Laktat( Lactobacillus spp.) <br />Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan yeast (ragi). Berbagai jenis makanan dan minuman seperti yogurt dan asinan, sudah sejak lama dibuat orang dengan menggunakan bakteri asam laktat. Namun bakteri asam laktat sendiri adalah suatu zat yang dapat mengakibatkan kemandulan (sterilizer). Oleh karena itu asam laktat akan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organik. Baketri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organic seperti lignin dan sellulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik. Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan Fusarium, yaitu suatu mikroorganisme merugikan yang menimbulkan penyakit pada lahan yang terus menerus ditanami. <br />3. Ragi/Yeast (Saccharomyces Spp) <br />Melalui proses fermentasi Ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organic dan akar-akar tanaman. Zat-zat bioaktif seperti hormone dan enzim yang dihasilkan oleh Ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik untuk mikroorganisme effectif seperti bakteri asam laktat dan Actinomycetes. <br />4. Actinomycetes <br />Actinomycetes merupakan suatu grup mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, mereka menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbhan jamur dan bakteri. Actinomycetes dapat berdampingan dengan baketri fotosintetik. Dengan demikian kedua spesies ini sama-sama meningkatkan mutu lingkungan tanah, dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah. <br />5. Jamur Fermentasi <br />Jamur fermentasi (peragian) seperti Aspergilus dan Penicillium menguraikan bahan organic secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat yang merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya. </p> <p><a href="http://timbuljoglo.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-kompos-ala-timbul-joglo.html" target="_blank">Timbul Joglo Tani</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-4254390402518038082011-11-18T10:39:00.001-08:002011-11-18T10:39:49.004-08:00Memproduksi Mikroba dengan Fermentor Sederhana<p>Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang <a href="http://isroi.wordpress.com/2008/10/24/fermentor-sederhana-untuk-produksi-mikroba/">fermentor sederhana</a>. Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan tentang penggunaan dari fermentor tersebut. Fermentor ini lebih cocok untuk memperbanyak bakteri, oleh karena itu di dalam tulisan ini saya mengambil contoh bakteri. <br />Memproduksi bakteri melalui beberapa tahapan umum, yaitu:</p> <p>a. Peremajaan kultur stok. <br />b. Membuat starter. <br />c. Membuat inokulan. <br />d. Perbanyakan dalam fermentor.</p> <p><img alt="bagan fermentor sederhana" src="http://isroi.files.wordpress.com/2008/10/fermentor.jpg?w=500" width="400" /></p> <p><strong>A. Peremajaan kultur stok</strong> <br />Isolat atau biakan murni biasanya disimpan di dalam media agar miring dan disimpan di dalam lemari pendingin. Sebelum diperbanyak isolat ini perlu diremajakan terlebih dahulu. Prosedur umum untuk meremajakan biakan murni atau biakan stok adalah sebagai berikut: <br />- Isolat murni dikeluarkan dari lemari pendingin. Diamkan beberapa saat agar suhunya menyamai suhu ruang. <br />- Siapkan media agar cawan. <br />- Ambil kultur di dalam agar miring dan digorekan secara aseptis ke media agar cawan. <br />- Inkubasi agar cawan di dalam suhu ruang selama 2 atau 3 hari. <br />- Setalah isolat tampak tumbuh, isolat bisa digunakan untuk produksi mikroba. <br />Dalam beberapa kasus seringkali biakan murni sulit untuk ditumbuhkan. Apalagi umurnya sudah cukup lama dan agar mulai mongering. Ada trik sederhana untuk menumbuhkan isolat semacam ini. Di dalam agar miring dituangkan secara aseptis kurang lebih 2 ml media cair. Vortek tabung agar kultur bisa larut di dalam media cair. Tabung didiamkan semalaman. Kemudian ditumbuhkan ke dalam media cawan dengan metode agar tuang. Setelah itu isolat diinkubasi selama beberapa hari.</p> <p><strong>B. Membuat starter</strong> <br />Setelah isolat mikroba sudah tumbuh di dalam cawan, selanjutnya adalah membuat ‘starter’. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: <br />- siapkan media cair di dalam Erlenmeyer ukuran 100 ml atau 250 ml. <br />- masukkan secara aseptis kultur dari cawan ke dalam media cair tersebut. <br />- Erlenmeyer digoyang atau di’shaker’ selama beberapa hari.</p> <p><strong>C. Membuat Inokulan</strong> <br />Kultur mikroba di dalam ‘starter’ terlalu sedikit jika digunakan untuk meng’inokulasi’ media di dalam fermentor. Oleh karena itu perlu disiapkan kultur inokulan untuk fermentor. Kapasitas kerja fermentor sederhana kurang lebih 10 liter. Inokulan untuk media di dalam fermentor tersebut kurang lebih 10% dari volume total agar dapat tumbuh lebih cepat. 10% dari 10 liter adalah 1 liter. Jadi inokulan yang disiapkan adalah sebanyak 1 liter. Jumlah inokulan ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan. Langkah-langkahnya kurang lebih adalah sebagai berikut: <br />- siapkan media cair sebanyak 1 liter dalam Erlenmeyer ukuran 2 liter. <br />- tuangkan secara aseptis ‘starter’ ke dalam media cair tersebut. <br />- Erlenmeyer digoyang atau di’shaker’ selama beberapa hari.</p> <p><strong>D. Perbanyakan Di dalam Fermentor</strong> <br />Kini saatnya menggunakan fermentor sederhana tersebut untuk memproduksi mikroba. Siapkan media sebanyak 9 liter. Volume 9 liter ini adalah 10 liter – 1 liter. Satu liter adalah inokulan yang kita biakan sebelumnya. <br />- media dimasukkan ke dalam fermentor sebanyak 9 liter. Tutup mulut fermentor dengan alumunium foil. Fermentor disterilkan dengan autoclave. <br />- Perlengkapan fermentor yang lain juga disterilkan secara terpisah, seperti: pipa kaca dan petutup, selang-selang karet, saringan milipore, dan lain-lain. <br />- Setelah media menjadi dingin, tuangkan satu liter inokulan ke dalam fermentor. <br />- Pasangkan pula secara aseptis tutup karet plus pipa kaca, selang karet, dan milipore. <br />- Pasangkan selang inlet dengan pompa udara dan pipa outlet ke dalam botol yang diisi air plus clorin/alcohol. <br />- Hidupakan pompa udara. <br />- Isolat ditumbuhkan di dalam fermentor sampai pertumbuhannya maksimum.</p> <p></p> Sumber : <a href="http://isroi.wordpress.com/2008/11/04/memproduksi-mikroba-dengan-fermentor-sederhana/" target="_blank">Isroj</a> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-30397440478608629962011-11-18T10:23:00.001-08:002011-11-18T10:23:11.317-08:00Reproduksi Bakteri<h4></h4> <p><a name="7694990779497660018"></a></p> <h5><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDNsc8TXdSM8dFLHeHVO_D_QFrcuOENvwpfbPGP87F1JT5WBkeQbIQayKFXOhRt_H75ayCbwiGEPDJr0XpA7IU87aGMN50SxulkH0f9isZEK0Y4VvMqodIWaIzIlKxHNPQ-ro3-GRL_bnn/s1600-h/Konjugasi.JPG"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" border="0" alt="" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDNsc8TXdSM8dFLHeHVO_D_QFrcuOENvwpfbPGP87F1JT5WBkeQbIQayKFXOhRt_H75ayCbwiGEPDJr0XpA7IU87aGMN50SxulkH0f9isZEK0Y4VvMqodIWaIzIlKxHNPQ-ro3-GRL_bnn/s320/Konjugasi.JPG" /></a> <br /></h5> <p>Reproduksi Bakteri ialah perkembang-biakan bakteri. Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika ( rekombinasi genetik ). Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri. <br />Vegatatif/Aseksual <br />Pembelahan Biner <br />Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut. <br />1)Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus. <br />2)Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang. <br />3)Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni. <br />Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel. <br />Para Seksual <br />1)Transformasi <br />Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi <br />Proses ini pertama kali ditemukan oleh Frederick Grifith tahun 1982. <br />2)Transduksi <br />Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952. <br />3)Konjugasi <br />Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel peneima dan ADN dipindahkan melalui pilus tersebut. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor = faktor F )</p> <p>sumber : <a href="http://brian34.blogspot.com/2008/10/reproduksi-bakteri.html" target="_blank">Brian</a></p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-27896944183226958362011-11-18T10:18:00.001-08:002011-11-18T10:18:49.185-08:00Cara Membuat POC<p><strong>Bahan dan Alat:</strong></p> <p>1 liter bakteri <br />5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya) <br />0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya <br />1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air <br />30 kg kotoran hewan <br />Air secukupnya <br />Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat</p> <p><strong>Cara Pembuatan:</strong></p> <p>Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. <br />Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. <br />Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. <br />Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. <br />Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. <br />Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.</p> <p><strong>Kegunaan:</strong></p> <p>Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. <br />Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. <br />Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-73225852973196254742011-11-18T10:05:00.001-08:002011-11-18T10:05:51.218-08:00Pembiakan Bakteri Aktivator Kompos<p>Pada bagian pertama kita sudah membahas tentang keranjang Takakura yang sederhana,  dalam pembahasan itu disebut adanya effective microorganisme 4 atau disingkat EM 4. Dalam pembahasan ini kita akan mengulas tentang microorganisme (terutama bakteri komposter) tersebut.</p> <p><a href="http://www.spektrasurabaya.com/"><img style="margin: 0px 10px 0px 0px; display: inline" align="left" src="http://www.spektrasurabaya.com/joomla/images/stories/gambar_program/em1-pertanian_thumb_medium160_461.jpg" /></a></p> <p>Dipasaran selain EM 4 terdapat bakteri biakan lain yang dapat digunakan sebagai aktivator kompos, misalnya :</p> <ul> <li>OrgaDec </li> <li>Stardec </li> <li>Harmony </li> <li>Fix-up plus, dan lain-lain </li> <li></li> </ul> <p>Jumlah kebutuhan EM4 disesuaikan dengan luas lahan pertanian atau seberapa besar kompos yang diproses, maka untuk menghemat biaya pengadaan bakteri aktivator kompos perlu upaya untuk membiakkan bakteri-bakteri tersebut secara mandiri. Saat ini harga 1 liter EM4 berada dikisaran Rp 25.000, maka biaya yang diperlukan dapat diketahui.</p> <p>EM-4  pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang. Dalam EM 4 ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor. Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu:</p> <ol> <li>Bakteri fotosintetik </li> <li>Lactobacillus sp </li> <li>Streptomycetes sp </li> <li>Ragi (yeast) </li> <li>Actinomycetes </li> </ol> <p><strong>Bakteri fotosintetik</strong></p> <p>Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya.  Hasil metabolir yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan.</p> <p><strong>Lactobacillus sp.</strong></p> <p>Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguaraian gula dan karbohidrat lain yang bekerjasama dengan bakteri fotosintesis dan ragi.  Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.</p> <p><strong>Streptomycetes sp.</strong></p> <p>Streptomycetes sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan.  <br />Ragi (yeast)</p> <p>Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara fermentasi.  Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi  berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar.  Ragi ini juga berperan dalam perkembangan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan bacteri asam laktat.</p> <p><strong>Actinomycetes</strong></p> <p>Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esential untuk pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain.  <br /><strong>Pembuatan Aktivator Kompos</strong></p> <p>Bahan baku</p> <ol> <li>Induk EM-4 1 liter </li> <li>Air Kelapa   1 liter </li> <li>Molase atau air gula 1 liter </li> <li>Ditambahkan air 7 liter </li> </ol> <p>Cara Pembuatan</p> <ol> <li>Campurkan ke empat bahan </li> <li>Masukkan dalam tempat tertutup seperti botol air mineral, jerigen atau drum </li> <li>Diamkan sampai keluar gas </li> <li>Setiap hari gas yang dihasilkan dibuang </li> <li>Setelah 14 hari bahan siap dipakai. </li> </ol> <p>Cara Pemakaian</p> <ol> <li>Aktivator yang telah dibuat dengan cara diatas ditambah 10 liter air kelapa </li> <li>Ditambah 10 liter air gula/molase </li> <li>Ditambah 70 liter air </li> <li>Diamkan selama 1 hari 1 malam </li> <li>Campurkan ke kompos yang akan dibuat </li> <li>Larutan 100 liter EM-4 dapat dipakai untuk campuran 2.000 kg bahan baku kompos. </li> </ol> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-1938496555288052312011-11-18T10:01:00.001-08:002011-11-18T10:06:50.814-08:00Keranjang Takakura<p>Dewasa ini pengelolaan sampah mandiri di Surabaya banyak menggunakan keranjang “sakti” Takakura. Keranjang sakti Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik dari keranjang Takakura adalah bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di rumah. Keranjang ini disebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik sangat baik.</p> <p>Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah organik di rumah tangga. Sampah organik setelah dipisahkan dari sampah lainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik tersebut ke dalam keranjang sakti Takakura. Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada keranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilah keunggulan pengomposan dengan keranjang Takakura. Karena itulah keranjang Takakura disukai oleh ibu-ibu rumah tangga. </p> <p>Keranjang kompos Takakura adalah hasil penelitian dari seorang ahli Mr. Koji TAKAKURA dari Jepang. Mr. Takakura melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari sistim pengolahan sampah organik. Selama kurang lebih setahun Mr. Takakura bekererja mengolah sampah dengan membiakkan bakteri tertentu yang “<em>memakan</em>” sampah organik tanpa menimbulkan bau dan tidak menimbulkan cairan. Dalam pelaksanaan penelitiannya, Mr. Takakura mengambil sampah rumah tangga, kemudian sampah dipilah dan dibuat beberapa percobaan untuk menemukan bakteri yang sesuai untuk pengomposan tak berbau dan kering. Jenis bakteri yang deikembang biakkan oleh Takakura inilah yang kemudian dijadikan <em>starter kit</em> bagi keranjang Takakura. Hasil percobaan itu, Mr. Takakura menemukan keranjang yang disebut “<em><strong>Takakura Home Method</strong></em>” yang dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama keranjang sakti Takakura.</p> <p>Selain Sistim Takakura Home Method, Mr. Takakura juga menemukan bentuk-bentuk lain ada yang berbentuk “Takakura Susun Method”, atau modifikasi yang berbentuk tas atau kontainer. Penelitian lain yang dilakukan Takakura adalah pengolahan sampah pasar menjadi kompos. Akan tetapi Takakura Home Method adalah sistim pengomposan yang paling dikenal dan disukai masyarakat karena kepraktisannya.</p> <p>Mr. Takakura, melakukan penelitian di Surabaya sebagai bagian dari kerjasama antara Kota Surabaya dan Kota <a href="http://www.city.kitakyushu.jp">Kitakyushu </a>di Jepang. Kerjasama antar kedua kota difokuskan pada pengelolaan lingkungan hidup. Kota Kitakyushu terkenal sebagai kota yang sangat berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup. Keberhasilan kota Kitakyushu sudah diakui secara internasional. Karena keberhasilan kota Kitakyushu itulah kota Surabaya melakukan kerjasama pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk kerjasama berupa pemberian bantuan teknis kepada kota Surabaya.</p> <p>Bantuan teknis yang diberikan Pemerintah Jepang adalah dengan menugaskan sejumlah tenaga ahli untuk melakukan penelitian tentang pengolahan sampah yang paling sesuai dengan kondisi Surabaya. Mr. Takakura adalah salah satu ahli yang ditugaskan itu. Sehari-harinya Mr. Takakura bekerja di perusahaan <a href="http://www.jpec.co.jp">JPec,</a> anak perusahaan dari J-Power Group. Suatu perusahaan yang sesungguhnya bergerak di bidang pengelolaan energi. Mr. Takakura adalah expert yang mengkhususkan diri dalam riset mencari energi alternatif.</p> <p>Kerjasama Kitakyushu-Surabaya untuk mengelola sampah dimulai dari tahun 2001 sampai 2006. Takakura menjadi peneliti kompos selama kerjasama tersebut sekaligus sebagai ahli pemberdayaan masyarakat. Selama itu Takakura dan timnya secara berkala datang ke Surabaya untuk melakukan penelitian dan melaksanakan hasil penelitian itu. Kadang-kadang Takakura datang ke Surabaya sampai enam kali dalam setahun. Selama penelitian kompos biasanya bisa mencapai 3 minggu ia harus mengamati perkembangan bakteri kompos. Yang unik dari Mr. Takakura adalah bahwa selama ia berada di Surabaya ia senantiasa memakai baju batik. Padahal dalam keadaan sehari-harinya di Jepang, biasanya Mr. Takakura memakai setelan jas lengkap ke kantor sebagaimana orang Jepang lainnya.</p> <p>Sumbangsih Mr. Takakura terhadap upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Surabaya sangatlah besar. Keberhasilan itu malah diapresiasi oleh lembaga internasional <a href="http://www.iges.or.jp">IGES</a> (Institut for Global Environment and Strategy). Pada bulan Februari 2007, IGES mensponsori studi banding 10 kota dari 10 negara untuk melihat pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Surabaya. Kota-kota itu ingin mencontoh sistem pengomposan yang dikembangkan oleh Surabaya dengan bantuan Takakura Composting System.</p> <p>Keberhasilan Mr. Takakura menemukan sistim kompos yang praktis tidak saja memberikan sumbangsih bagi teknologi penguraian sampah organik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi pengelolaan sampah berbasis komunitas. Mr. Takakura jauh-jauh datang dari Jepang meneliti dan melakukan pengomposan di Surabaya. Kalau seseorang yang datang dari jauh, yang tadinya “<em>saudara bukan, teman juga tidak</em>” begitu peduli mengurangi sampah Surabaya. Apakah warga Surabaya sendiri tidak lebih peduli dengan sampahnya. Prinsip inilah yang terus dikembangkan di Surabaya. Dengan didukung oleh sejumlah tenaga sukarela (volunteer) termasuk <em><a href="http://www.togarsilaban.com/2007/04/09/mtv-surabaya/">MTV Surabaya</a></em>, maka pengurangan sampah organik di sumbernya, kini sangat membanggakan Surabaya. (<a href="http://www.togarsilaban.com/2007/05/09/takakura/" target="_blank">Togarsilaban</a>)</p> <p>Keranjang TAKAKURA adalah sebuah media komposter sederhana yang dapat digunakan untuk skala rumah tangga (skala kecil), cara pembuatan keranjang yang mudah dan murah serta tidak memerlukan tempat yang luas menjadi salah satu kelebihan komposter ini.</p> <p>Berikut ini adalah cara pembuatan Keranjang Takakura paling sederhana.</p> <p>Alat dan bahan :</p> <ol> <li>Kerangjang plastik berlubang ukuran 50 liter (dengan penutupnya) </li> <li>Kardus bekas </li> <li>Sekam secukupnya, masukkan dalam kain yang mudah menyerap air (atau jaring plastik) kemudian jahit menyerupai bantal, buat 2 bantal sekam. </li> <li>Kain bekas sukuran penutup keranjang (usahakan lebih) </li> <li>Kompos yang sudah jadi, kira-kira 8 Kg </li> <li>Isolasi dan tali secukupnya untuk merekatkan kardus pada keranjang </li> </ol> <p><img alt="takakura 1" src="http://www.spektrasurabaya.com/joomla/images/stories/gambar_program/takakura%201.jpg" width="524" height="393" /></p> <ol></ol> <p>Cara Pembuatan:</p> <ol> <li>Lapisi bagian dalam keranjang dengan kardus secara menyeluruh  </li> <li>Letakkan bantal sekam pada dasar keranjang yang berfungsi sebagai penyerap air </li> <li>Masukkan 4 kg kompos secara merata dengan ketebalan kurang lebih 5 cm. </li> <li>Campurkan bahan-bahan yang akan dijadikan kompos (sampah organik rumahtangga) dengan 2 Kg kompos jadi, masukkan dalam keranjang. </li> <li>Masukkan bahan-bahan kompos kedalam keranjang </li> <li>Taburkan sisa kompos jadi diatas bahan kompos. </li> <li>Tutup dengan bantal sekam </li> <li>Tutup dengan kain </li> <li>Tutup keranjang dengan rapat </li> </ol> <p>Kompos jadi berfungsi sebagai starter karena mengandung mikroorganisme pengurai yang merubah sampah menjadi kompos. Jika memiliki Efektif Mikroorganisme (EM4), bisa disemprotkan bersamaan dengan pencampuran bahan kompos dengan kompos jadi atau bisa mencampurkan kotoran ayam yang masih berada dalam usus.</p> <p>Perawatan dan pemanenan.</p> <p>Setiap hari bisa ditambahkan sampah organik rumahtangga seperti sisa sayur mentah atau sisa makanan.</p> <p>Penambahan bahan:</p> <ol> <li>Gali starter kompos di dalam keranjang tersebut dengan cetok. Luasan dan kedalaman galian, sesuaikan dengan banyaknya sampah yang hendak dimasukkan. </li> <li>Masukkan sampah pada lubang yang digali. Tusuk-tusuk sampah tersebut dengan cetok. </li> <li>Timbun sampah tadi dengan kompos di tepian lubang. </li> <li>Tutup kompos tersebut dengan bantalan sekam. </li> <li>Tutup permukaan keranjang dengan kain. </li> <li>Yang terakhir, tutuplah dengan tutup keranjang.</li> </ol> <p>Sisa-sia sayur sebelum dimasukkan harus dipotong-potong terlebih dahulu dengan ukuran 2 cm, semakin kecil ukuran bahan makan mempercepat proses komposting.</p> <p>Bila kompos di dalam Keranjang Takakura telah penuh, ambil 1/3-nya dan kita matangkan selama seminggu di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sisanya yang 2/3 bisa kita gunakan kembali sebagai starter untuk pengolahan berikutnya.</p> <p><i>Catatan:</i> <br />Letakkan Keranjang Takakura di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung. <br />Bila kompos kering, perciki air bersih sambil diaduk merata. Suhu ideal adalah 60 derajat celsius. Jika proses komposting berjalan dengan baik maka keranjang akan tesasa hangat.</p> <p>Ganti kardus selama 3-6 bulan sekali atau ketika sudah hancur (<a href="http://www.spektrasurabaya.com/joomla/index.php?option=com_content&view=article&id=81:keranjang-takakura&catid=35:artikel-umum&Itemid=63" target="_blank">SpectraSurabaya</a>) </p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-47328037989435909642011-11-18T09:53:00.001-08:002011-11-18T09:53:03.028-08:00Membiakkan Bakteri Anaerob<p>Masyarakat urban tidak jarang menjumpai persoalan kloset mampet. Penghuni apartemen menemui saluran pencuci piring tersumbat sisa-sisa makanan. Aroma tak sedap pun sering merebak dari saluran air kotor permukiman. </p> <p>Jika penyebabnya adalah bahan-bahan organik, bakteri-bakteri pengurai bisa memperbaiki keadaan tersebut. Bakteri-bakteri pengurai dipilih dari jenis bakteri anaerob.</p> <p>Bakteri anaerob merupakan jenis bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Bakteri anaerob tumbuh tanpa terkontaminasi udara bebas. Salah satunya tumbuh di dalam kotoran hewan yang masih berada di dalam perut.</p> <p>Ada dua cara untuk memperolehnya. Cara pertama, mengambil bakteri anaerob dari kotoran di dalam perut hewan yang disembelih. Cara kedua, mengambil kotoran dari dalam perut hewan ternak yang dipertahankan tetap hidup. Cara ini menggunakan teknologi medis dengan operasi fistula.</p> <p>Operasi fistula untuk membuat saluran pengambilan kotoran hewan ternak dari dalam perut tanpa menyebabkan hewan itu mati. Secara ilmiah, terbukti kandungan bakteri anaerob paling banyak berada di rumen, yaitu bagian perut pertama pada hewan pemamah biak. Bagian ini terletak di antara kerongkongan dan perut jala.</p> <p>”Kotoran yang mengandung bakteri anaerob dapat diambil setiap hari dari hewan yang dioperasi fistula,” kata Suryadi, periset pada Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Minggu (21/3) di Jakarta.</p> <p>Batan sejak tahun 2006 mengembangkan riset pemanfaatan bakteri anaerob yang diambil dari hewan ternak yang dioperasi fistula. Hewan sapi dan kerbau yang dipilih.</p> <p>”Operasi fistula sudah dilakukan pada tiga ekor sapi dan seekor kerbau. Pada uji coba pertama mengakibatkan seekor sapi mati,” ujar Suryadi.</p> <p>Hewan yang akan dioperasi fistula harus berusia di atas dua tahun. Setiap pagi dapat diambil kotoran melalui lubang operasi fistula di bagian samping atas perut sapi atau kerbau tersebut.</p> <p>Pengambilan kotoran dalam bentuk cairan sekitar 120 mililiter, tetapi berisi jutaan bakteri anaerob yang siap dikembangbiakkan.</p> <p>Selanjutnya, pembiakan bakteri bisa untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menghasilkan bahan peluruh bahan-bahan organik yang menimbulkan sumbatan-sumbatan pada kloset, wastafel, saluran cuci piring, dan sebagainya.</p> <p>”Batan sendiri mengembangkan untuk campuran pakan ternak yang dikeringkan. Pakan ternak dengan kandungan bakteri anaerob (direkayasa dalam keadaan mati suri) akan membantu proses pencernaan ternak,” kata Suryadi.</p> <p>Bakteri anaerob yang sebelumnya direkayasa supaya mati suri itu akan kembali hidup ketika masuk ke dalam perut hewan bersamaan dengan bahan makanan yang dikonsumsi. Dengan imbuhan bakteri anaerob, proses pencernaan makanan menjadi lebih cepat.</p> <p><strong>Pembiakan bakteri</strong></p> <p>Suryadi selama ini juga mendampingi usaha skala kecil dan menengah untuk usaha produktif pembiakan bakteri anaerob. Salah satunya, Koperasi Serba Usaha Agro Makmur di Karanganyar, Jawa Tengah.</p> <p>Soelaiman Budi Sunarto selaku pendiri koperasi tersebut menuturkan, proses membiakkan bakteri bisa dilakukan di tingkat petani dengan bahan baku pedesaan yang melimpah. Koperasinya membuatnya dengan produk yang diberi merek ”BioJoos”.</p> <p>”Medianya bisa menggunakan sekam padi yang digiling atau umbi-umbian yang dijadikan tepung,” kata Budi.</p> <p>Menurut Budi, langkah pertama, yaitu mempersiapkan media tepung sekam padi atau umbi-umbian. Kotoran ternak yang sudah diambil lalu diperas. Air perasan itu mengandung biang bakteri. Air itu lalu dicampur dengan tepung sekam atau tepung umbi-umbian. ”Namanya proses probiotik,” ujarnya.</p> <p>Proses itu harus seminimal mungkin terkontaminasi udara bebas agar kandungan bakteri aerob (bakteri yang membutuhkan oksigen) tidak tumbuh subur di media tersebut.</p> <p>Media tepung sekam atau umbi-umbian yang sudah dicampuri biang bakteri kemudian diperam dalam wadah tertutup rapat. Lamanya diperam sampai dua minggu, tetapi setiap dua hari sekali harus diaduk-aduk selama beberapa menit.</p> <p>Proses selesai setelah dua minggu diperam. Media tepung sekam atau umbi-umbian itu sudah mengandung bakteri anaerob yang mati suri dan siap digunakan.</p> <p>”Kalau tidak akan digunakan langsung, sebaiknya dikemas ke dalam plastik yang tertutup rapat,” kata Budi.</p> <p>Penyimpanan produk disarankan pada suhu 30 derajat celsius dalam keadaan tertutup rapat sehingga bakteri anaerob tetap mati suri dan bisa bertahan sampai bertahun-tahun lamanya. (<a href="http://www.agrobost.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=756:bakteri-anaerob-serba-guna&catid=25:teknologi&Itemid=165" target="_blank">Kompas</a>)</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-23218701705312073832011-11-18T09:51:00.001-08:002011-11-18T09:51:17.868-08:00Cara Membiakkan Bakteri<p>Cara membiakkan bakteri/inokulan dengan tujuan untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut: <br />Bahan dan Komposisi: </p> <ul> <li>1 liter bakteri </li> <li>3 kg bekatul (minimal) </li> <li>¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu) </li> <li>¼ kg terasi </li> <li>5 liter air </li> </ul> <p>Alat dan Sarana: </p> <ul> <li>Ember </li> <li>Pengaduk </li> <li>Panci pemasak air </li> <li>Botol penyimpan </li> <li>Saringan (dari kain atau kawat kasa) </li> </ul> <p>Cara Pembiakan: <br />Panaskan 5 liter air sampai mendidih. <br />Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata. <br />Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan). <br />Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari. <br />Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. <br />Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara). <br />Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini. <br />Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.</p> Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-9013425933135689847.post-75126007135514766892011-11-18T09:46:00.001-08:002011-11-18T09:46:47.164-08:00Membuat Bakteri Padat<p><strong>Peralatan dan Bahan :</strong></p> <ol> <li>bekatul </li> <li>sekam </li> <li>keset, </li> <li>garu </li> <li>gembor </li> <li>sekop </li> <li>bakteri cair </li> <li>termometer </li> </ol> <br /><img src="http://www.pusdakota.org/images/thumbbakteripadat01.jpg" width="200" height="150" /> <p><strong>Cara Membuat :</strong></p> <p>Campurkan sekam dan bekatul dengan perbandingan 10 : 1 aduk secara merata dengan penambahan air secukupnya alias tidak ada rembesan air jika diperwas, tambahkan air tebu dan bakteri cair yang sudah dibuat diatas, aduk kembali hingga merata,tumpuk dalam satu lokasi terwtentu kemudian tutup permukaan adonan dengan keset.</p> <p><img src="http://www.pusdakota.org/images/thumbbakteripadat02.jpg" width="200" height="150" /></p> <p>Bakteri padat dipanen dengan memasukkan ke dalam glangsing, sesuai tekhnologi yang dipersiapkan, bakteri dapat digunakan untuk bahan campuran ketika kita mengolah sampah.</p> <p><img src="http://www.pusdakota.org/images/thumbbakteripadat03.jpg" width="200" height="150" /></p> <p>Kontrol setiap hari dengan mengukur suhu,kelembaban dan bau jika bakteri terlalu panas lakukan pengadukan dan penyiraman secukupnya, kemudian timbun kembali ke tempat semula. Diamkan selama 4 – 7 hari bakteri dalam zat padat dapat digunkan untuk pengkomposan dan asupan teknologi yang lain </p> <p><img src="http://www.pusdakota.org/images/thumbbakteripadat04.jpg" width="200" height="150" /></p> <p><strong>Catatan :</strong></p> <p>Pada dasarnya pembuatan bakteri padat untuk menambah asupan bakteri menguntungkan agar sampah organik dapat tereduksi dengan cepat. Karena biasanya sampah organik yang akan dikelola sebelumnya sudah kemasukan jenis bakteri lain yang disebarkan oleh lalat dan proses pembusukan.</p> <p>Alasan dibuat padat, karena dalam mengelola sampah prinsip utama adalah kelembaban, aerasi , suhu harus terjaga. Jika meteri yang dikomposkan terlalu basah akan mengganggu proses aerasi sehingga pertumbuhan bakteri menguntungkan terganggu.</p> <p></p> sumber : <a href="http://www.pusdakota.org/bakteripadat.php" target="_blank">Pusdakota</a> Unknownnoreply@blogger.com