Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Durian dan Kakao Bisa jadi Antibiotik Alami

Saturday, September 10, 2011

Share this history on :

Beberapa makanan (hasil) fermentasi mungkin masih belum digemari masyarakat. Padahal, ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari makanan semacam itu. Di antaranya, manfaat antibiotik alami dari fermentasi biji kakao dan durian.

Adalah Urnemi, dosen Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Unmul) yang melakukan penelitian itu. Saat ini, dia sedang menempuh jenjang pendidikan S3 di Universitas Andalas, Sumatera Barat. Karena keterbatasan bahan dan alat, dia melakukan penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, untuk disertasinya. "Disertasi saya tentang fermentasi kakao," ungkapnya.

Dosen bioteknologi ini memang bergelut di bidang mikrobioteknologi tanaman obat, buah-buahan, sayuran, dan hewan. "Dari awal saya tertarik bioteknologi (kultur jaringan) tanaman obat dan buah-buahan sejak S-1," ungkap perempuan kelahiran Padang Panjang, 27 Juli 1965 ini. Jeruk Keprok adalah objek pertama penelitiannya waktu itu.

Tahun 1998 dia berkesempatan menyelesaikan S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB). "S2 saya dapat beasiswa dari Dikti," ujar perempuan yang mengaku merantau sejak tahun 1992 ini. Penelitiannya di S2 juga tentang tanaman. "Penelitian saya waktu itu tentang ekstrak daun jinten sebagai obat batuk rejan dan borok pada manusia," katanya.

Pada 2007, dia kembali memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke program doktoral. "S3 ini saya dapat beasiswa dari Pemprov Kaltim," ucapnya. Setahun menjalani pendidikan Ilmu Farmasi ITB Bandung, dia pindah ke Universitas Andalas.

Saat itu, anak pertamanya, Aisyah Amatullah Almuwaffaqah (21), sedang berkuliah di Padang. "Untuk menghemat biaya, ya, saya kuliah di Padang juga," ungkap ibu empat anak ini. Karena di Universitas Andalas tak ada jurusan kimia, dia memilih Ilmu Kimia Bahan Alam. Sedangkan anaknya di Fakultas Kedokteran.

Selama menyelesaikan kuliah, tiga anaknya yaitu M Abdullah Almuzakki (20), Abdul Hamid Azzaki (8) dan M Azmi Ramadahan (2,5) bersama ayahnya di Bontang. Meskipun tak lama anak keduanya menyusul kuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas juga.

Istri Edmon Hizbullathif ini meneliti berbagai macam makanan fermentasi. Seperti tempoyak, bahan pembuatan lempok durian. Selain itu, dia juga meneliti fermentasi nanas dan kopi luwak. Juga tanaman obat seperti bawang Dayak dan pasak bumi.

"Saya bukan meneliti kandungan yang ada di makanan tersebut. Tapi bakteri-bakteri yang terkandung di dalamnya," ujar perempuan yang pandai memasak makanan Padang ini. Menurutnya, bakteri asam laktat pada objek penelitiannya mengandung probiotik yang berfungsi sebagai antibiotik alami dalam tubuh.

"Saat ini banyak obat antibiotik kimia yang mudah dibeli di apotek," ungkap perempuan berjilbab ini. Menurutnya, mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter justru akan membuat kebal bakteri penyebab penyakit. Selain juga akan membunuh bakteri baik yang ada pada tubuh.

Solusinya, kata dia, yaitu kembali pada gaya hidup alami. "Indonesia banyak memiliki tanaman obat dan buah-buahan yang kaya dengan antibiotik alami," katanya dengan nada tegas.

Urnemi merasa bangga karena di kalangan peneliti, penemuannya banyak diacungi jempol. Hasil penelitiaannya telah dipresentasikan pada Seminar Nasional di Universitas Padjajaran, Bandung, dan dipublikasikan di Proceeding Peternakan. Waktu itu, yang sedang ditelitinya adalah tempoyak. Anggapan bahwa durian hanya mengandung kolesterol tinggi terpatahkan. Ternyata, durian juga mengandung bakteri probiotik yang berfungsi sebagai antibiotik alami dalam tubuh.

Menurutnya, penelitian bukan sekedar syarat memperoleh gelar. Penelitian juga menjadi hobinya. "Lempok durian itu bukan disertasi saya. Tapi ingin menyibukkan diri saja meneliti," jelasnya.

Namun, saat ini dirinya murni melakukan desertasi untuk S3. "Saya sedang meneliti bakteri asam laktat pada kakao," ujar ibu dari empat anak ini.

Dari fermentasi kakao, dia mengisolasi bakteri asam laktat, mengidentifikasi dan mengkaji karakteristiknya. Selanjutnya, bakteri tersebut diujikan dengan bakteri-bakteri pathogen seperti bakteri coli (penyebab diare), bakteri kolera, typus dan lain-lain.

"Ternyata bakteriosin yang saya dapat mempunyai daya hambat yang sangat tinggi terhadap beberapa bakteri pathogen," jelasnya. Dia menggunakan tikus untuk mengetahui kemampuan probiotik yang dihasilkan bakteri tersebut bagi manusia. "Karena sistem pencernaan tikus menyerupai manusia," ungkapnya menjelaskan alasannya menggunakan tikus sebagai media penelitian.

Tidak hanya sampai di situ, dia juga melakukan penelitian bakteri tersebut untuk antibiotik alami bagi ternak. Dengan cara mencampurkan ke pakan ternak. "Sehingga dihasilkan daging ayam rendah kolesterol," jelasnya.

Harapannya, nantinya warga mengkonsumsi lagi daging ayam yang diberi antibiotik kimia. "Saya sarankan makan ayam jangan di bagian pahanya. Karena paha tempat menyuntik antibiotik," ungkapnya.

Lebih jauh, Urnemi berharap kakao di Indonesia lebih dihargai. "Kakao kita masih dianggap berkualitas rendah oleh negara luar, sehingga dihargai rendah," ujarnya. Padahal, kata dia, Indonesia penghasil kakao terbesar kedua di dunia setelah Ghana. Apalagi, di Kaltim banyak petani kakao yang bisa diberdayakan.

"Saya orang Kaltim yang kebetulan lahir di Padang. Jadi setelah desertasi saya selesai, saya ingin fokus mengabdi ke Kaltim," ujar anak terakhir dari tujuh bersaudara ini.

Salah satu cita-citanya, mengajak petani kakao menghasilkan kakao berkualitas tinggi. "Jadi petani kakao di Kaltim bisa menjual hasil kakao dengan nilai jual yang lebih tinggi," ujarnya menutup perbincangan. (*/her/wwn)

JPNN.com, 8 Maret 2011

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...