Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TANAMAN OBAT

Saturday, September 10, 2011

Share this history on :

Saat ini industri tanaman obat tradisional telah berkembang pesat di Indonesia, tetapi apakah produknya sudah optimal dan memenuhi standar mutu, terutama pada skala industri rumah tangga. Pada kesempatan ini kami menginformasikan bagaimana teknik pengolahan dari beberapa jenis tanaman obat yang baik (jahe, temulawak, kunyit, kencur, sambiloto, pegagan). Teknik pengolahan sangat berpengaruh terhadap khasiat dari produk tanaman yang diperoleh. Jika penanganan ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.

Teknik pengolahan tanaman obat terdiri dari sortasi, pencucian, penjemuran/penirisan, pengirisan/perajangan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk. Tanaman obat dapat diolah menjadi simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental/kering, kapsul, tablet dan minuman (sirup, instant, permen) dll.

Karakteristik Inovasi Teknologi

Penyortiran

Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, terutama untuk komoditas temu-temuan, seperti: kunyit, temulawak, jahe dan kencur. Rimpang yang baik dengan yang busuk harus segera dipisahkan juga tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus segera dibersihkan. Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil daunnya maupun herba (Sambiloto, pegagan), setelah dipanen langsung disortir, daun yang busuk, kering maupun gulma lainnya harus segera dipisahkan.

Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih jangan dibiarkan tanah berlama-lama menempel pada rimpang karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti : air dari mata air, sumur atau PAM. Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama.

Penirisan dan Pengeringan

Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak pengering. Hal ini dilakukan sampai bahan tidak meneteskan air lagi. Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang dilakukan selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja. Setelah kering rimpang disortir kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan atau mungkin dapat diolah lebih lanjut. Khusus untuk rimpang jahe, standar perdagangan dikategorikan sbb: Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur, Mutu II : bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur dan Mutu III: bobot lebih kecil, kulit terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3% dan kapang maksimum 10%.

Penyimpanan

Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala plastik, kertas maupun karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman yang digunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat bersih.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik, tidak bocor, suhu gudang maksimal 30°C, kelembaban udara serendah mungkin 65% dan gudang bebas dari hewan, serangga maupun tikus dll.

Pengolahan

Dalam pengolahan tanaman obat perlu diperhatikan teknik pengolahan yang baik karena menyangkut standar mutu. Hal ini ada hubungannya dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.

NILAI TAMBAH INOVASI

Tanaman obat dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti:simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan, sirup, permen dll,sehingga dapat menambah nilai ekonomi tanaman obat sekaligus menambah pendapatan petani. Disamping itu produk yang telah diolah tahan lebih lama disimpan dari pada bentuk segar. Panen dengan hasil yang berlebihan (panen raya) harga akan turun sehingga perlu diolah lebih lanjut.

CARA PENGGUNAAN INOVASI

Simplisia Pengirisan/Perajangan

Pengirisan dilakukan bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan. Hasil dari pengeringan diperoleh produk berupa simplisia. Ketebalan perajangan berbeda-beda, untuk temulawak 7-8 mm dan jahe, kunyit maupun kencur 3-5 mm. Perajangan terlalu tebal memerlukan waktu lama dalam pengeringan dan kemungkinan besar bahan mudah terkontaminasi baik oleh bakteri maupun jamur. Sedangkan jika terlalu tipis dapat menyebabkan kadar minyak atsiri maupun zat aktif yang terdapat pada bahan menurun. Teknik perajangan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinles ataupun menggunakan mesin perajang. Kemudian bentuk irisan membujur (split). Sedangkan bahan yang berupa daun atau herba tidak perlu dirajang langsung dikeringkan saja.

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain: memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Pengeringan temu-temuan dapat dilakukan diatas para-para dengan menggunakan sinar matahari dan ditutupi dengan kain hitam juga dapat dilakukan dengan kombinasi antara sinar matahari dengan alat.

Hasil dari pengeringan untuk temulawak diperoleh kadar kurkumin 1,36%, kadar xantorizol 1,92%, kadar minyak atsiri 6,48%, sedang kunyit kadar kurkuminnya 6,57% dan kadar minyak atsiri 4,39% dan jahe kadar total fenolnya 3,79% dan minyak atsiri 2,80%. Untuk sambiloto dan pegagan cara pengeringan yang baik adalah mengeringkan bahan dipanas matahari sampai layu kemudian dimasukkan kedalam alat baik oven maupun fresh dryer. Penjemuran dilakukan sampai bahan/simplisia dapat dipatahkan dan suhu pengeringan 30-50ÕC. Untuk cabe jawa kadar piperin simplisia 2,88% dan kadar minyak atsiri 1,30%. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%.

Simplisia

Simplisia merupakan hasil pengeringan dari tanaman obat yang belum diolah lebih lanjut atau baru dirajang saja yang kemudian dijemur. Dari simplisia dapat diolah menjadi berbagai macam produk, seperti : serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental/oleoresin, ekstrak kering maupun kapsul.

Serbuk

Serbuk dapat diperoleh dengan cara menggiling simplisia dengan menggunakan mesin penepung. Ukuran serbuk disesuaikan dengan keperluan. Untuk dibuat teh ukuran serbuk agak kasar (20-40 mesh), untuk ekstraksi 40-60 mesh) dan jika ingin dibuat kapsul ukuran serbuk harus halus (80-100 mesh).

Ekstrak Kental/Oleoresin

Ekstrak kental/oleoresin dapat diperoleh dengan cara mengekstrak bahan baik yang berasal dari rimpang maupun daun. Simplisia yang telah digiling dicampur dengan pelarut etanol 70% kemudian dikocok. Setelah dikocok didiamkan semalam besoknya baru disaring. Hasil saringan (filtrat) duapkan menggunakan rotavapor sehingga dihasilkan ekstrak kental dan selanjutnya dianalisis bahan aktifnya.. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh mutu simplisia dan teknik ekstraksi. Untuk tanaman sambiloto, teknik ekstraksi yang optimal adalah menggunakan serbuk berukuran 60 mesh, jenis pelarut yang digunakan alkohol 70%, perbandingan bahan dengan pelarut 1:10 dan lama ekstraksi 6 jam. Dari hasil tersebut diperoleh kadar andrografolid ekstrak sambiloto sebesar 7,55%. Untuk temulawak teknik ekstraksi yang optimal adalah ukuran bahan 60 mesh, lama ekstraksi 4 jam, dihasilkan kadar kurkumin 2,88% dan kadar xanthorizol 14,25%. Untuk kunyit ukuran bahan 40 mesh dan lama ekstraksi 4 jam dihasilkan kadar kurkumin 16,39%, jahe ukuran bahan 60 mesh dan lama ekstraksi 6 jam diperoleh total fenol 9,08% dan pegagan ukuran bahan 40 mesh dan lama ekstraksi 6 jam dihasilkan kadar asiaticosit 2,83%.

Ekstrak Kering 

Ekstrak kering merupakan hasil olahan lebih lanjut dari oleoresin. Cara pembuatan ekstrak kering dapat dilakukan dengan mengeringkan ekstrak kental baik menggunakan sinar matahari, oven, spray dryer maupun frezee dryer. Untuk ekstrak yang berasal dari temu-temuan maupun daun dapat diolah menjadi ekstrak kering dengan bantuan spray dryer maupun frezee dryer. Untuk mempersingkat waktu pengeringan kedalam ekstrak ditambahkan bahan pengisi baik berupa dekstrin ataupu amylum. Kemudian diaduk-aduk lalu dikeringkan. Pengeringan dengan sinar matahari juga boleh dilakukan tetapi hasilnya kurang higienis.

Minyak atsiri

Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara menyuling simplisia yang sebelumnya sudah diperkecil ukurannya. Penyulingan dapat dilakukan dengan penyuling uap maupun uap dan air. Untuk temu-temuan lama penyulingan berkisar antara 4-10 jam dan daun-daunan 4-6 jam. Jahe kadar minyak atsirinya 3,8%, kencur 4-7%, temulawak 10,6% dan kunyit 4%.

Instan

Instan dapat diperoleh dengan cara mengekstrak tanaman yang masih segar ataupun simplisia. Tapi pada umumnya untuk instan bahannya dari segar sehingga hasilnya lebih khas. Cara pembuatan instan yaitu bahan yang telah dicuci bersih, dikupas kalau temu-temuan tapi kalau daun-daunan cukup dicuci saja. Setelah dicuci bahan dihancurkan kemudian disaring sehingga dihasilkan filtrat. Filtrat tersebut lalu dikeringkan hingga dihasilkan instan dalam bentuk serbuk. Pengeringan dapat menggunakan spray dryer hanya suhunya agak tinggi yaitu diatas 100°C. Untuk bahan-bahan tertentu ada yang tidak tahan suhu tinggi. Instan dapat juga dibuat dengan cara mengeringkan filtrat sambil ditambahkan gula baik gula pasir maupun gula merah dan bahan penyedap lainnya seperti kayu manis, pandan, jeruk nipis, kapolaga, kemukus dll kemudian dimasak dengan api kecil sambil diaduk-aduk. Pengadukan dilakukan sampai i terjadi kristal sehingga dihasilkan produk instan.

Sirup

Sirup dapat dibuat dengan memanfaatkan ampas sisa pembuatan instan ataupun dibuat bahan yang baru. Cara pembuatannya yaitu sisa ampas digodok kembali atau bahan yang baru dihancurkan sambil ditambahkan air dengan perbandingan 1:4 untuk rimpang kunyit dan jahe sedangkan temulawak 1:6. Kemudian disaring dan ditambahkan gula 60% dan bahan penyedap seperti : jeruk nipis, pandan,kayu manis dll sehingga rasanya lebih segar. Sirup dimasak sampai mendidih kemudian diangkat dan siap untuk dikemas dalam botol yang bersih dan steril.

(Bagem Sofianna Sembiring, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, E-mail : anna.sembiring@yahoo.com )

sumber : http://embundaun.wordpress.com
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...