Dalam kegiatan yang akan dilakukan oleh Rabbit Hobbies Community Palembang salah satu agendanya adalah membentuk Bank Pupuk Organik. Untuk tahap awal pupuk organik yang akan dibuat berbahan dasar urine kelinci yang didapat dari kandang-kandang anggota RHC. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk tanaman.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
Cara Membuat Pupuk Organik dari Urin Kelinci :
Sebelum urin tersebut kita manfaatkan, maka sebaiknya urin difermentasikan dulu. Secara umum fermentasi akan “memperkaya” kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman sehingga lebih mudah dicerna oleh tanaman karena sudah “matang”. Selain itu juga baunya sudah tidak menyengat.
Fermentasi ini dilakukan supaya hasil/kandungan kimia urin lebih baik, dengan bantuan mikroorganisme fermentasi. Kita bisa menggunakan bakteri dari genus Saccharomyces yang banyak terdapat pada mollase/tetes tebu, atau lebih praktisnya pakai EM-4 yang banyak dijual di pasar. Caranya begini untuk tiap 1 liter urin bisa dicampur dengan 5-10 cc EM-4 ditambah dengan 50-100 gram gula merah/50 cc mollase. Gula atau mollase ini fungsinya kurang lebih untuk menyediakan makanan bagi mikroba fermenter untuk melakukan proses fermentasi. Nah, dengan bantuan mikroba fermenter, proses fermentasi dapat dipercepat menjadi sekitar 10-14 hari saja. Jadi prinsip dasarnya starter bakteri EM4 ditambahkan dalam urine, dan agar bakteri dapat berkembang biak ditambahkan larutan gula pekat yang berfungsi sebagai sumber makanan dan energi bagi bakteri.
Percobaan pembuatan Pupuk Organik ini dilakukan pada tanggal 20-2-2011 di Kandang Palembang Rabbitry.
Bahan :
· Urin Kelinci sebanyak 10 liter
· Starter bakteri EM4 sebanyak 0,5 % /liter urin (5 ml/liter urine) Jadi untuk 10 liter urin kelinci harus menyediakan sebanyak 10 X 5 ml larutan EM4 = 50 ml EM4.
· Larutan gula pekat sebanyak 1 % / liter urin (10 ml/liter urine), jadi untuk bahan urin sebanyak 10 liter anda harus menyediakan 10 X 10 ml = 100 ml laurtan gula pekat. Anda bisa menggantikan larutan gula pekat dengan molase (dosis sama).
Peralatan :
· Drum plastik bertutup
· Gelas ukur
· Alat Pengaduk
Cara pembuatan :
1. Masukkan 1 Sendok makan gula pasir kedalam gelas berisi sedikit air dan diaduk. Jika gula masih terlarut kita tambahkan lagi sambil terus diaduk, hingga diperoleh larutan air gula yang pekat.
2. Urin kelinci ditempatkan dalam drum plastik
3. Masukkan Starter bakteri EM4 sebanyak 50 ml ke dalam urine, dan aduk rata.
4. Tambahkan larutan gula pekat sebanyak 100 ml sambil diaduk
5. Drum ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 minggu agar terjadi proses fermentasi dan degredasi urine sehingga bau urine akan hilang.
6. Setiap 1 minggu sekali Urine diaduk.
7. Setelah 3 minggu Pupuk urine cair yang kaya akan unsur N,P,K ini siap untuk digunakan (ditandai dengan tidak adanya bau).
Cara Penggunaan :
Pupuk urin diencerkan dengan menambahkan air, perbandingan 1 bagian pupuk urin : 1 bagian air, kemudian semprotkan pada daun tanaman. Untuk tanaman hias pengenceran dapat dilakukan dengan perbandingan 1 bagian pupuk urine : 10 bagian air.
Untuk tanaman hias pemberian pupuk seminggu sekali sudah cukup, pemberian sebaiknya dilakukan sekitar jam 09.00 – 10.00 karena pada saat itu stomata daun sedang terbuka.
Cara sederhana menguji pupuk kimia, pupuk organik, dan pupuk hayati. (A) kontrol, tanpa pemupukan sama sekali. Tanaman terlihat sangat merana. (B) Diberi pupuk kimia, tanaman tetap merana meskipun tumbuh lebih baik. (C) Diberi pupuk organik lain. Hasilnya jauh lebih baik. (D) Diberi pupuk cair organik Tumbuhnya paling baik. (sumber photo http://www.isro.wordpress.com/)
Tahapan selanjutnya dari porject Bank Pupuk Organik adalah melakukan uji laboratorium terhadap kandungan pupuk organik yang sudah jadi untuk mendapatkan data kandungan N,P,K nya sehingga bisa dijadikan pembanding dengan pupuk yang sudah beredar dipasaran.
Pengujian atau aplikasi terhadap pupuk akan dilakukan dengan menyemaikan bibit tanaman yang sama dalam media tanam yang berbeda (satu menggunakan pupuk organik ini dan satu lagi tanpa pupuk).
Uji coba dilakukan beberapa kali terhadap berbagai tanaman (dengan berbagai dosis pemberian), sehingga kita tahu persis berapa dosis yang dibutuhkan untuk masing-masing jenis tanaman, jangan lupa mencatat data pertumbuhannya agar kita bisa membandingkan hasilnya. Untuk uji coba ini kebetulan ada anggogat yang akan menjadikannya topik tugas akhir.
Peluang dikomersialkan:
Bila data hasil uji telah lengkap, kita bisa mulai mendesain kemasan dengan mencantumkan komposisi hasil uji laboratorium (bisa dilakukan di Fakultas Pertanian atau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian). Setelah itu meski sederhana perlu dibuat brosur dan kartu nama, produk dapat dipromosikan secara door to door atau titip di stand pameran.Tetapi dengan pembuatan pupuk secara kolektif maka penjualan dapat dilakukan dalam skala besar yang bisa ditawarkan ke petani. Catatlah setiap pengalaman tentang keberhasilan konsumen anda untuk dibuat menjadi “Testimoni / kesaksian Konsumen” kalau bisa lengkap dengan foto dan persetujuan yang bersangkutan. Kisaran harga konsumen sekitar Rp. 10.000,- per liter. Gunakan tenaga pemasaran, jangan semua ditangani sendiri…tentunya mereka juga harus ada untung dari bisnis ini. Satu hal lagi jika memanfaatkan jasa pemasaran maka jangan cantumkan alamat dan no telp pada label kemasan, karena orang lain akan malas menjualkan produk anda…sebab konsumen mereka selanjutnya bisa berhubungan langsung dengan anda. Semoga info ini bermanfaat.
Beberapa isi diambil dari : http://sonitarosningsih.wordpress.com/
Bagaimana Dasyatnya Pupuk Organik dari urine kelinci ini,simak artikel di bawah ini :
Pupuk adalah kebutuhan mendasar bagi kelangsungan kegiatan agribisnis. Pupuk bisa jadi mahal bisa pula menjadi barang murah, bahkan mubadzir. Semua tergantung persepsi dan sikap kita terhadapnya.
Bagi peternak yang tak memiliki kebutuhan akan tanaman bisa jadi sampah yang tiada bernilai. Hal ini tentu berbeda dengan para pengelola agribisnis yang setiapkali musim tanam selalu melihat pupuk sebagai barang berharga, saking berharganya bisa pula menjadi sesuatu yang ekseklusif.
Ada banyak jenis pupuk, tetapi dari sekian jenis pupuk kandang, pupuk kelinci yang terdiri dari tahi (feses) dan kencing (urine) dipadukan, ia akan menjadi pupuk handal untuk menghasilkan produksi tanaman.
Satu ekor kelinci yang berusia dua bulan lebih, atau yang beratnya sudah mencapai 1 Kg akan menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein. (Spreaadburi dan Yono C. Rahardjo: 1978)
Di dalam kandungan pupuk tersebut, Majalah Domestik Rabbit di Amerika Serikat tahun 1990 silam menyebutkan terdapat kandungan 2,20% Nitrogen, 87% Fosfor , 2,30% Potassium, 36 Sulfur%, 1,26% Kalsium, 40% Magnesium.
Hasil riset tiga peneliti dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak Bogor), Sajimin, Yono C. Rahardjo dan Nurhayati D. Purwantari (2005) menyimpulkan, pupuk kandang dari kotoran kelinci berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun produksi rumput P.maximum dan leguminosa S.hamata setelah 6 kali panen (umur 258 hari). Sedangkan dengan penambahan probiotik pada pupuk kelinci interaksinya telah memberikan pengaruh nyata pada tanaman pakan dan meningkatkan produksi hijauan sebesar 34,8-38,0%.
Menurut penelitian tersebut, “komposisi bahan organik C:N rasio, unsur makro dan mikro lebih tinggi pada pupuk kelinci yang ditambahkan probiotik pada waktu proses dekomposisi. Penggunaan probiotik pada pupuk kelinci untuk tanaman sayuran kentang dan kubis juga berdampak positif di mana dengan perlakukantrichoderma rata-rata produksinya lebih tinggi 16,3% (kentang) dan 5% (kubis) di banding tanaman kontrol.”
Sedangkan pada tabel berikut ini menyebutkan kandungan unsur-unsur dalam feses dan urin kelinci berbanding ternak lainnya sebagai berikut.
Sumber: Trubus (1996). Klaus (1985 dalam Kartadisastra (2001); Baririh, N.R, Wafiatiningsih, I.Sulistyo, R.A. Saptati BPPT Kaltim 2005) Djiman Santoso, jutawan kelinci dari Sleman Yogyakarta sebagaimana ditulis di Tabloid Agrina 29 Nopember 2006 lalu mengatakan, “harga pupuk kotoran kelinci mencapai Rp7.500/kg, sedangkan air kencingnya Rp5.000/liter. Seratus ekor kelinci menghasilkan 25 kg kotoran basah per hari.”
Mereka yang memahami manfaat pupuk kelinci wajar jika kemudian memilihnya sebagai pendorong produktivitas. Mu’tazim Fakkih, peternak kelinci dan penggerak pertanian Serikat Islam di Klaten misalnya, sudah bertahun-tahun memanfaatkan pupuk kelinci.
Sebagaimana diulas dalam Tabloid Kontan 29 April 2009 lalu, Tazim membuktikan pupuk dan urin kelinci membuat tanaman sayuran dan buah lebih netral dan kesegarannya lebih tahan lama. Sayangnya, sekalipun ia memiliki ratusan ekor kelinci, pasokan untuk kegiatan agribisnisnya masih kurang.
Di Negara-negara yang sudah menerapkan proyek agribisnis atau agroindustri seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Spanyol dan lain-lain pupuk kelinci telah memainkan peranan sebagai bagian terpenting menghasilkan tanaman yang baik, termasuk sebagai cara menghasilkan uang paling hebat dalam pasar pertanian modern.
Saking potensialnya, pupuk kelinci justru mendapatkan perhatian yang serius sehingga dalam mendesain kandang harus diperhatikan. Tujuan membuat desain kandang selain untuk menghindari kemubadziran feses dan urin juga untuk tujuan memudahkan pembersihan keduanya. Selamat mencoba.
Faiz Manshur.-Penulis buku Kelinci (pemeliharaan secara ilmiah tepat dan terpadu): dan buku Ternak Uang (panduan bisnis, marketing dan pemberdayaan ternak kelinci).