Beternak kambing dan domba merupakan satu dari sekian banyak usaha yang ada di dalam dunia peternakan. Banyak potensi, peluang serta keberhasilan yang bisa diraih apabila ditekuni dan dijalankan dengan penuh motivasi dan konsistensi. Peluang pasarpun masih sangat terbuka lebar baik untuk Susu Kambing, Daging Kambing-Domba, Kebutuhan Aqiqah, Iedul Adha ataupun Pupuk Organik.
Banyak contoh telah ditunjukkan oleh teman-teman peternak senior yang melakukan konsep beternak terintegrasi dengan perkebunan organik yang sudah berhasil. Menarik namun membutuhkan kerja keras, dipandang dari sudut manapun hal ini sangat menguntungkan, selain menggali dan memanfaatkan secara optimal potensi dari ternak itu sendiri, diperoleh juga hasil dari tanaman yang memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kandang ternak (urine dan srintil) sebagai sumber pupuk. Manfaat lainnya adalah turut menjaga keseimbangan alam dengan melakukan penghijauan. Namun demikian investasinya pun tidak sedikit, tapi dengan niat dan ketekunan saya yakin bisa dimulai dari modal yang kecil untuk menjadi besar.
Setelah melalui proses pengolahan, maka limbah tersebut bisa dikemas menjadi pupuk organik, yang memiliki keunggulan ganda selain bermanfaat bagi tumbuhan juga dapat memperbaiki unsur hara pada tanah yang tidak dimilki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa dijaga. Lebih lanjut melihat kondisi yang ada pada saat ini dimana melambungnya harga pupuk un-organic atau pupuk kimia pabrikan, maka limbah kandang merupakan satu peluang usaha tambahan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
Sebelumnya saya sudah melakukan kunjungan ke beberapa tempat peternakan yang sudah mengolah limbah kandang baik urine maupun srintil menjadi pupuk organik, yaitu di tempatnya Kang Agus di Bandung Selatan (Villa Domba) dan Mas Yono di Godean Jogjakarta, luar biasa kata yang bisa saya ungkapkan setelah melihat hasilnya pada tanaman yang menggunakan pupuk organik tersebut.
Tertarik untuk memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kambing dan domba paling tidak untuk memenuhi kebutuhan pupuk di area kebun HMT, kebun sengon serta palawija milik sendiri , saya berusaha untuk mendesign kandang sedemikian rupa agar bisa memisahkan urine dan srintil pada saat dikeluarkan oleh si ternak. Selanjutnya urine dan srintil akan diproses sesuai kebutuhan di area masing-masing kebun. Lumayan, paling tidak mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang diperlukan di kebun tersebut plus ilmu, experience dan kepuasan yang tidak bisa diukur dengan materi.
Dalam artikel kali ini saya coba mempraktekan pembuatan pupuk cair organik dari urine kambing-domba dengan referensi literatur yang saya peroleh dari BPTP-Bali (Membuat Pupuk Cair Bermutu dari Limbah Kambing) dan ditambah pengalaman teman-teman senior yang sudah mengaplikasikannya terlebih dahulu.
Namun demikian saya melakukan modifikasi dan coba-coba mengingat pupuk cair bio urine ini untuk dimanfaatkan sendiri, sebagai catatan pembuatan bio urine sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia, bahan yang diperlukan untuk membuat fermentasi pupuk cair bio urine adalah sebagai berikut :
- 1 (Satu) drum plastic urine dengan kapasitas 150 liter.
- Tetes Tebu/Molasses 750 ml.
- Empon-empon (Temulawak, Temuireng, Kunyit dll) 5kg.
- Bacteri R Bacillus dan Azobacter sebagai starter fermenter 250 ml. Karena kesulitan serta tidak tahu belinya dimana bakteri tersebut, maka saya menggantinya dengan EM4 sebagai starter fermenter.
Bakteri EM4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter kemudian dituangkan ke dalam drum urine, empon-empon dihancurkan dan dimasukan ke dalam drum. Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahan tersebut kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastic ditutup rapat. Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari.
Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa digunakan pada aquarium dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan dberi pupuk bio urine tersebut. Kemudian pupuk cair ini siap digunakan.
Untuk aplikasi pupuk cair ini bisa digunakan dengan cara disiramkan dan atau disemprotkan, kondisi tanah sebelum tanam diolah terlebih dahulu dengan menggunakan kotoran kambing. Berikut cara pemakaian bio urine:
- Untuk tanaman semusim dan rumput campur bio urine + air dengan perbandingan 1 : 2.
- King Grass : Pemakaian dengan disiramkan setiap setelah rumput diarit.
- Jagung, Ubi, Singkong, Cabe dll : Pemakaian dengan disiramkan dan disemprotkan 2 minggu sekali.
- Untuk tanaman industri dengan asumsi tanamannya baru ditanam dengan ketinggian rata-rata 80 cm, campur bio urine + air dengan perbandingan 1:1.
- Sengon(Albasia), Turi, Mahoni, Nangka, Ketapang dll : Pemakaian dengan cara disiram dan disemprotkan 2 minggu sekali.
Demikian pembuatan pupuk cair bio urine yang saya lakukan, hasil yang diperoleh dari pemakaian pupuk cair bio urine, dan jika ada pengembangan lebih lanjut termasuk apabila ada pemakaian bahan baru dari pupuk kimia sebagai pelengkap akan saya share pada artikel berikut. Tak lupa mohon masukannya dari para senior apabila ada metoda yang lebih baik dalam pengolahan bio urine tersebut.